TERNATE
– LSM Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Maluku Utara menyerukan semua pihak
di daerah ini segera menyelamatkan Teluk Buli Halmahera Timur dari bencana
ekologi. Seruan itu disampaikan melalui rilis Selasa (29/10) yang
ditandatangani Direktur Pengkampanye Tambang dan Energi Fahrudin Maloko.
Melalui rilis itu disampaikan
bahwa Pulau Halmahera sebagai pulau terbesar di provinsi Maluku Utara dengan
luasan wilayah darat mencapai 17.780 Km2 dengan kandungan
sumber daya mineral berupa nikel terus dieksploitasi oleh sejumlah perusahaan
tambang nasional maupun internasional.
Data Walhi Malut, pertambangan di Tanjung Buli sudah 13 tahun lamanya.
Data Walhi Malut, pertambangan di Tanjung Buli sudah 13 tahun lamanya.
Dulunya kawasan menjadi
penghasil ikan teri. Hampir secara keselurahan desa di sana memiliki mata
pencaharian nelayan ikan teri (nelayan bagan). Misalnya Desa Maba Pura, dan
Wailukum. Kini, nelayan ikan teri atau “Nelayan Bagan” sudah tidak ditemukan
lagi. Hilangnya ikan teri sejak 2001 sejak adanya pertambangan di Tanjung
Buli. “Sebelumnya tangkapan ikan teri 1-2 ton ikan per perahu
bagan namun kini produksi ikan teri telah hilang. Bahkan perahu bagan
tidak ditemukan lagi. Pesisir laut Tanjung Buli juga kini memerah akibat muntahan
tanah mengandung nikel dari kegiatan pertambangan.”katanya. Nelayan
yang membuang jaring ikan di perairan teluk Buli di wilayah tanjung Laleban
juga hanya terkena lumpur merah. Karena masalah ini Walhi Malut, akan
mendukung aksi di lokasi bongkar muat Nikel di tanjung Buli oleh nelayan 28
November 2013 nanti. (ici)
Sumber: http://malutpost.co.id/?p=60813
Tidak ada komentar:
Posting Komentar