TEMPO.CO, Bengkulu
-- Keberadaan Pulau Tikus yang masuk wilayah Kota Bengkulu semakin hari
keberadaannya semakin memprihatinkan karena terus terkikis oleh abrasi.
Dari luas awal 2 hektare, saat ini pulau itu hanya tersisa 0,8 hektare.
Padahal keberadaan pulau kecil ini sangat vital dalam transportasi
laut.
Menurut Kepala Mercusuar Pulau Tikus, Adelbert Gultom, tiga bulan terakhir, pulau ini mengalami abrasi 1 meter. "Bisa dibayangkan, tidak perlu waktu lama, pulau yang hanya bersisa 8.000 meter ini hanya tinggal nama," kata Adelbert, Senin, 27 Mei 2013.
Adel menjelaskan, keberadaan pulau yang hanya berpenduduk dua kepala keluarga ini sangat penting untuk memandu lalu lintas kapal-kapal yang melintasi pulau tersebut. Berdasarkan pengalamannya, saat mercusuar tertembak petir beberapa waktu lalu, hanya dalam waktu satu malam, ada beberapa kapal yang kandas dan tersesat tidak tentu arah.
Menurut dia, sejauh ini, pemerintah sendiri masih banyak berdiam diri melihat kondisi Pulau Tikus. Adapun Kepala Bidang Pesisir dan Pertambangan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Bengkulu, Ferry Vandalis, mengatakan, bukan hanya pulau, keberadaan ekosistem terumbu karang juga terancam punah. "Terumbu karang sebagai penyangga ekosistem Pulau Tikus saat ini juga sudah mati," kata
Ia mengatakan, pemerintah harus serius melihat kondisi ini. Sebab, selain berfungsi sebagai petunjuk navigasi laut, pulau ini berperan penting sebagai penahan gelombang tsunami.
Gubernur Bengkulu Junaidi Hamzah yang dijumpai seusai menghadiri paripurna, Senin, 27 Mei 2013, mengatakan, pemerintah menggandeng LIPI untuk melakukan rehabilitasi terumbu karang. "Kita menggandeng LIPI untuk merehabilitasi terumbu karang yang mati," kata Junaidi Hamzah.
Pemerintah provinsi, ia menambahkan, juga telah menghentikan aktivitas kapal tongkang di sekitar wilayah tersebut. Sebab, loading muatan batu bara merupakan salah satu penyebab kerusakan terumbu karang.
Menurut Kepala Mercusuar Pulau Tikus, Adelbert Gultom, tiga bulan terakhir, pulau ini mengalami abrasi 1 meter. "Bisa dibayangkan, tidak perlu waktu lama, pulau yang hanya bersisa 8.000 meter ini hanya tinggal nama," kata Adelbert, Senin, 27 Mei 2013.
Adel menjelaskan, keberadaan pulau yang hanya berpenduduk dua kepala keluarga ini sangat penting untuk memandu lalu lintas kapal-kapal yang melintasi pulau tersebut. Berdasarkan pengalamannya, saat mercusuar tertembak petir beberapa waktu lalu, hanya dalam waktu satu malam, ada beberapa kapal yang kandas dan tersesat tidak tentu arah.
Menurut dia, sejauh ini, pemerintah sendiri masih banyak berdiam diri melihat kondisi Pulau Tikus. Adapun Kepala Bidang Pesisir dan Pertambangan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Bengkulu, Ferry Vandalis, mengatakan, bukan hanya pulau, keberadaan ekosistem terumbu karang juga terancam punah. "Terumbu karang sebagai penyangga ekosistem Pulau Tikus saat ini juga sudah mati," kata
Ia mengatakan, pemerintah harus serius melihat kondisi ini. Sebab, selain berfungsi sebagai petunjuk navigasi laut, pulau ini berperan penting sebagai penahan gelombang tsunami.
Gubernur Bengkulu Junaidi Hamzah yang dijumpai seusai menghadiri paripurna, Senin, 27 Mei 2013, mengatakan, pemerintah menggandeng LIPI untuk melakukan rehabilitasi terumbu karang. "Kita menggandeng LIPI untuk merehabilitasi terumbu karang yang mati," kata Junaidi Hamzah.
Pemerintah provinsi, ia menambahkan, juga telah menghentikan aktivitas kapal tongkang di sekitar wilayah tersebut. Sebab, loading muatan batu bara merupakan salah satu penyebab kerusakan terumbu karang.
Tragis, Pulau Tikus di Bengkulu Terancam Hilang
PHESI ESTER JULIKAWATI (Senin, 27 Mei 2013 | 15:03 WIB)
http://www.tempo.co/read/news/2013/05/27/058483522/Tragis-Pulau-Tikus-di-Bengkulu-Terancam-Hilang
http://www.zonabmi.org/kutipan-media-abrasi-pantai/384-tragis-pulau-tikus-di-bengkulu-terancam-hilang.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar