MEMBABAT
DAN MENGKONVERSI LAHAN HUTAN MANGROVE MILIK NEGARA MENJADI TAMBAK ATAU
KEBUN SAWIT UNTUK PARA SWASTA KAPITALIS ADALAH SUATU KEBODOHAN,
MONOPOLISTIS NEO-IMPERIALISME MERAMPAS HAK
SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT, KEJAHATAN LINGKUNGAN SUMBERDAYA ALAM FLORA
DAN FAUNA PESISIR YG LUAR BIASA DAN MENGHANCURKAN PROGRAM NEGARA UNTUK
MENSEJAHTERAKAN LEBIH 60 JUTA ORANG RAKYAT PESISIR.
FUNGSI DAN MANFAAT MANGROVE :
1. Sebagai proteksi dari abrasi/erosi, gelombang atau angin kencang. Menjaga garis pantai agar tetap stabil dan kokoh dari abrasi air laut. Hutan mangrove mampu meredam energi arus gelombang laut sekitar 60% (Pratikto et al. (2002) dan Instiyanto et al. (2003).
2. Pelindung terhadap bencana alam. Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi.Keberadaan hutan mangrove dapat memperkecil gelombang tsunami yang menyerang daerah pantai.
3. Melindungi tebing/bibir sungai daerah pesisir dari proses erosi atau abrasi.
4. Menahan dan menyerap tiupan angin kencang dari laut ke darat pada malam hari.
5. Mencegah dan pengendali intrusi air laut yg mengandung garam (salt intrution) ke arah darat. Mangrove berfungsi sebagai filter alam yg mengolah air laut menjadi air tawar, sehingga tanah daratan daerah tsb menghasilkan sumber air tawar. Proses instrusi sangat memungkinkan munculnya sumber air tanah di daerah yang sebelumnya sangat gersang. Proses intrusi itu akan lebih cepat bila ditunjang oleh penghijuauan di darat berupa reboisasi bukit-bukit gundul dengan tanaman pohon yang berumur panjang dan daunnya tidak mudah gugur pada musim kemarau.
6. Mempercepat pembangunan perluasan lahan pantai secara alamiah melalui proses sedimentasi secara periodik sampai terbentuk lahan baru.
7. Memelihara kualitas air (meredukasi polutan, pencemar air). Sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah, pengolah alamiah bahan-bahan limbah hasil pencemaran industri dan kapal di laut.
8. Sebagai penyerap polusi udara berupa karbondioksida (CO2).
9. Ekosistem hutan mangrove memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas primer ekosistem mangrove ini sekitar 400-500 gram karbon/m2/tahun adalah tujuh kali lebih produktif dari ekosistem perairan pantai lainnya (White, 1987). Oleh karenanya, ekosistem mangrove mampu menopang keanekaragaman jenis yang tinggi. Daun mangrove yang berguguran diuraikan oleh fungi, bakteri dan protozoa menjadi komponen-komponen bahan organik yang lebih sederhana (detritus) yang menjadi sumber makanan bagi banyak biota perairan (udang, kepiting dan lain-lain) (Naamin, 1990). Proses penyerapan karbon dioksida dikemukakan contoh hasil oleh para petani di Jepang, yaitu bahwa hasil padi di sekitar hutan mangrove 3 sampai 4 kali lebih banyak dari pada daerah lain.
10. Mangrove sejak lama telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitarnya (Saenger et al., 1983). Tercatat sekitar 67 macam produk yang dapat dihasilkan oleh ekosistem hutan mangrove dan sebagian besar telah dimanfaatkan oleh masyarakat, misalnya untuk bahan bakar (kayu bakar, arang, alkohol); bahan bangunan (tiang-tiang, papan, pagar); alat-alat penangkapan ikan (tiang sero, bubu, pelampung, tanin untuk penyamak); tekstil dan kulit (rayon, bahan untuk pakaian, tanin untuk menyamak kulit); makanan, minuman dan obat-obatan (gula, alkohol, minyak sayur, cuka); peralatan rumah tangga (mebel, lem, minyak untuk menata rambut); pertanian (pupuk hijau); chips untuk pabrik kertas dan lain-lain.
11. Hutan mangrove juga menghasilkan hawa yang sejuk dan mudah terjadi turunnya hujan. Hawa itu ternyata bukan dinikmati manusia saja, tetapi juga oleh semua margasatwa.
12. Penambat racun. Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif. Jaringan anatomi tumbuhan mangrove mampu menyerap bahan polutan, misalnya seperti jenis Rhizophora mucronata dapat menyerap 300ppm Mn, 20 ppm Zn, 15 ppm Cu (Darmiyati et al., 1995), dan pada daun Avicennia marina terdapat akumulasi Pb ³ 15 ppm, Cd ³ 0,5 ppm, Ni ³ 2,4 ppm (Saepulloh, 1995).
13. Pengendapan lumpur. Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
14. Penambah unsur hara. Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
15. Pengontrol penyakit malaria.
16. Habitat tumbuhnya vegetasi berbagai jenis flora pasang-surut daerah pesisir. Mangrove adalah sekumpulan pohon dan semak-semak yang tumbuh di daerah intertidal (daerah pasang surut). Masyarakat lebih mengenal pohon bakau yang tumbuh di pinggir pantai yang berawa-rawa. Mereka mengenal berjenis-jenis dan ada yang daun serta buahnya dapat dimakan oleh manusia maupun hewan. Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi. Mangrove dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu: mangrove sejati dan mangrove assosiasi. Mangrove sejati sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu mangrove mayor dan mangrove minor. Mangrove mayor terdiri dari 34 jenis, sedangkan mangrove minor terdiri dari 20 jenis. Mangrove assosiasi adalah pohon dan mempunyai banyak kesamaan dengan pohon bakau, sehingga digabungkan juga sebagai kelompok bakau. Mangrove assosiasi terdiri dari 60 jenis (P.B. Tomlinson, 1986, The Botany of Mangrove).
17. Sebagai habitat alami bagi berbagai jenis biota darat dan laut. Habitat berbagai jenis fauna: ikan, udang, kepiting bakau, sidat (anguilla), unggas/burung, serangga, ular, biawak, buaya, dll.
18. Habitat satwa langka. Hutan bakau sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat mendaratnya ribuan burung pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus).
19. Sebagai sumber plasma nutfah dan sumber genetika.
20. Sebagai penghasil bahan pelapukan yang merupakan sumber makanan penting bagi invertebrata kecil pemakan bahan pelapukan (detritus) yang kemudian berperan sebagai sumber makanan bagi hewan yang lebih besar.
21. Sebagai kawasan pemijahan (spawning ground) dan daerah asuhan (nursery ground) bagi udang.
22. Sebagai daerah mencari makanan (feeding ground) bagi plankton.
23. Sebagai kawasan untuk berlindung, bersarang, mencari makan, memijah dan berkembang biak (feeding ground, breeding ground dan nursery ground) berbagai jenis fauna.
24. Sebagai laboratorium alam pesisir yang hidup untuk penelitian dan pengembangan iptek berbagai cabang ilmu pengetahuan. Sebagai tempat praktek lapang sumber belajar bagi pelajar, mahasiswa dan stake holder.
25. Zona konservasi sumberdaya alam terbarukan meliputi flora dan fauna pesisir.
26. Zona wisata alam hutan pesisir. Sebagai kawasan wisata alam pantai untuk membuat trail mangrove.
27. Penghasil bahan baku industri, misalnya pulp, tekstil, makanan ringan. Penyediaan bahan home industri masyarakat pesisir. Buah mangrove dapat menghasilkan bahan untuk pembuat kuliner berupa Sirup Buah Mangrove, Dodol Buah Mangrove, Kue/Roti Mangrove, Kerupuk mangrove.
28. Penghasil bibit ikan, udang, kerang dan kepiting, telur burung serta madu (nektar).
29. Penghasil kayu bakar, arang serta kayu untuk bangunan dan perabot rumah tangga.
30. Mangrove jenis Nipah dapat menghasilkan bahan bakar Bio Premium dengan kualitas kelas Pertamax dapat dikelola dengan teknologi industri kecil skala rumah tangga.
31. Kesejahteraan kesempatan lapangan usaha bagi masyarakat pesisir. Jumlah masyarakat pesisir Indonesia sekitar 60 juta orang.
32. Dapat digunakan sebagai program penguatan usaha masyarakat pesisir dalam PNPM Kelautan Perikanan Kehutanan dan Home Industri Mandiri berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (Blue Economi).
Dari berbagai sumber: (http://hutan-bakau1.blogspot.com/) (http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/11/fungsi-hutan-mangrove.html)
(4 foto)FUNGSI DAN MANFAAT MANGROVE :
1. Sebagai proteksi dari abrasi/erosi, gelombang atau angin kencang. Menjaga garis pantai agar tetap stabil dan kokoh dari abrasi air laut. Hutan mangrove mampu meredam energi arus gelombang laut sekitar 60% (Pratikto et al. (2002) dan Instiyanto et al. (2003).
2. Pelindung terhadap bencana alam. Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi.Keberadaan hutan mangrove dapat memperkecil gelombang tsunami yang menyerang daerah pantai.
3. Melindungi tebing/bibir sungai daerah pesisir dari proses erosi atau abrasi.
4. Menahan dan menyerap tiupan angin kencang dari laut ke darat pada malam hari.
5. Mencegah dan pengendali intrusi air laut yg mengandung garam (salt intrution) ke arah darat. Mangrove berfungsi sebagai filter alam yg mengolah air laut menjadi air tawar, sehingga tanah daratan daerah tsb menghasilkan sumber air tawar. Proses instrusi sangat memungkinkan munculnya sumber air tanah di daerah yang sebelumnya sangat gersang. Proses intrusi itu akan lebih cepat bila ditunjang oleh penghijuauan di darat berupa reboisasi bukit-bukit gundul dengan tanaman pohon yang berumur panjang dan daunnya tidak mudah gugur pada musim kemarau.
6. Mempercepat pembangunan perluasan lahan pantai secara alamiah melalui proses sedimentasi secara periodik sampai terbentuk lahan baru.
7. Memelihara kualitas air (meredukasi polutan, pencemar air). Sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah, pengolah alamiah bahan-bahan limbah hasil pencemaran industri dan kapal di laut.
8. Sebagai penyerap polusi udara berupa karbondioksida (CO2).
9. Ekosistem hutan mangrove memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas primer ekosistem mangrove ini sekitar 400-500 gram karbon/m2/tahun adalah tujuh kali lebih produktif dari ekosistem perairan pantai lainnya (White, 1987). Oleh karenanya, ekosistem mangrove mampu menopang keanekaragaman jenis yang tinggi. Daun mangrove yang berguguran diuraikan oleh fungi, bakteri dan protozoa menjadi komponen-komponen bahan organik yang lebih sederhana (detritus) yang menjadi sumber makanan bagi banyak biota perairan (udang, kepiting dan lain-lain) (Naamin, 1990). Proses penyerapan karbon dioksida dikemukakan contoh hasil oleh para petani di Jepang, yaitu bahwa hasil padi di sekitar hutan mangrove 3 sampai 4 kali lebih banyak dari pada daerah lain.
10. Mangrove sejak lama telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitarnya (Saenger et al., 1983). Tercatat sekitar 67 macam produk yang dapat dihasilkan oleh ekosistem hutan mangrove dan sebagian besar telah dimanfaatkan oleh masyarakat, misalnya untuk bahan bakar (kayu bakar, arang, alkohol); bahan bangunan (tiang-tiang, papan, pagar); alat-alat penangkapan ikan (tiang sero, bubu, pelampung, tanin untuk penyamak); tekstil dan kulit (rayon, bahan untuk pakaian, tanin untuk menyamak kulit); makanan, minuman dan obat-obatan (gula, alkohol, minyak sayur, cuka); peralatan rumah tangga (mebel, lem, minyak untuk menata rambut); pertanian (pupuk hijau); chips untuk pabrik kertas dan lain-lain.
11. Hutan mangrove juga menghasilkan hawa yang sejuk dan mudah terjadi turunnya hujan. Hawa itu ternyata bukan dinikmati manusia saja, tetapi juga oleh semua margasatwa.
12. Penambat racun. Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif. Jaringan anatomi tumbuhan mangrove mampu menyerap bahan polutan, misalnya seperti jenis Rhizophora mucronata dapat menyerap 300ppm Mn, 20 ppm Zn, 15 ppm Cu (Darmiyati et al., 1995), dan pada daun Avicennia marina terdapat akumulasi Pb ³ 15 ppm, Cd ³ 0,5 ppm, Ni ³ 2,4 ppm (Saepulloh, 1995).
13. Pengendapan lumpur. Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
14. Penambah unsur hara. Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
15. Pengontrol penyakit malaria.
16. Habitat tumbuhnya vegetasi berbagai jenis flora pasang-surut daerah pesisir. Mangrove adalah sekumpulan pohon dan semak-semak yang tumbuh di daerah intertidal (daerah pasang surut). Masyarakat lebih mengenal pohon bakau yang tumbuh di pinggir pantai yang berawa-rawa. Mereka mengenal berjenis-jenis dan ada yang daun serta buahnya dapat dimakan oleh manusia maupun hewan. Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi. Mangrove dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu: mangrove sejati dan mangrove assosiasi. Mangrove sejati sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu mangrove mayor dan mangrove minor. Mangrove mayor terdiri dari 34 jenis, sedangkan mangrove minor terdiri dari 20 jenis. Mangrove assosiasi adalah pohon dan mempunyai banyak kesamaan dengan pohon bakau, sehingga digabungkan juga sebagai kelompok bakau. Mangrove assosiasi terdiri dari 60 jenis (P.B. Tomlinson, 1986, The Botany of Mangrove).
17. Sebagai habitat alami bagi berbagai jenis biota darat dan laut. Habitat berbagai jenis fauna: ikan, udang, kepiting bakau, sidat (anguilla), unggas/burung, serangga, ular, biawak, buaya, dll.
18. Habitat satwa langka. Hutan bakau sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat mendaratnya ribuan burung pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus).
19. Sebagai sumber plasma nutfah dan sumber genetika.
20. Sebagai penghasil bahan pelapukan yang merupakan sumber makanan penting bagi invertebrata kecil pemakan bahan pelapukan (detritus) yang kemudian berperan sebagai sumber makanan bagi hewan yang lebih besar.
21. Sebagai kawasan pemijahan (spawning ground) dan daerah asuhan (nursery ground) bagi udang.
22. Sebagai daerah mencari makanan (feeding ground) bagi plankton.
23. Sebagai kawasan untuk berlindung, bersarang, mencari makan, memijah dan berkembang biak (feeding ground, breeding ground dan nursery ground) berbagai jenis fauna.
24. Sebagai laboratorium alam pesisir yang hidup untuk penelitian dan pengembangan iptek berbagai cabang ilmu pengetahuan. Sebagai tempat praktek lapang sumber belajar bagi pelajar, mahasiswa dan stake holder.
25. Zona konservasi sumberdaya alam terbarukan meliputi flora dan fauna pesisir.
26. Zona wisata alam hutan pesisir. Sebagai kawasan wisata alam pantai untuk membuat trail mangrove.
27. Penghasil bahan baku industri, misalnya pulp, tekstil, makanan ringan. Penyediaan bahan home industri masyarakat pesisir. Buah mangrove dapat menghasilkan bahan untuk pembuat kuliner berupa Sirup Buah Mangrove, Dodol Buah Mangrove, Kue/Roti Mangrove, Kerupuk mangrove.
28. Penghasil bibit ikan, udang, kerang dan kepiting, telur burung serta madu (nektar).
29. Penghasil kayu bakar, arang serta kayu untuk bangunan dan perabot rumah tangga.
30. Mangrove jenis Nipah dapat menghasilkan bahan bakar Bio Premium dengan kualitas kelas Pertamax dapat dikelola dengan teknologi industri kecil skala rumah tangga.
31. Kesejahteraan kesempatan lapangan usaha bagi masyarakat pesisir. Jumlah masyarakat pesisir Indonesia sekitar 60 juta orang.
32. Dapat digunakan sebagai program penguatan usaha masyarakat pesisir dalam PNPM Kelautan Perikanan Kehutanan dan Home Industri Mandiri berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (Blue Economi).
Dari berbagai sumber: (http://hutan-bakau1.blogspot.com/) (http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/11/fungsi-hutan-mangrove.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar