Sekumpulan ikan melintas di antara terumbu karang di perairan kawasan pulau Babi, Kabupaten Sikka, NTT. ANTARA/Anis Efizudin
TEMPO.CO, Jakarta
- Kerusakan terumbu karang Indonesia terus meningkat setiap tahun.
Penelitian terbaru yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) pada 2011 menunjukkan 30,76 persen terumbu karang memiliki
kondisi yang kurang baik atau rusak. Data yang dihimpun 1.076 stasiun
pengamatan itu mengungkap hanya 5,58 persen karang yang kondisinya
sangat baik; 26,95 persen baik dan 36,90 persen sisanya cukup baik.
Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Zainal Arifin, mengatakan kerusakan terumbu karang terus meningkat saban tahun karena perilaku nelayan dalam menangkap ikan. Para nelayan masih menggunakan teknik yang tidak ramah lingkungan, seperti bubu, lampara dasar, kelong, gillnet, racun dan bom.
"Cara-cara tersebut merusak terumbu karang. Kini hanya tinggal 5 persen terumbu karang di Indonesia dalam kondisi sangat baik," kata Zainal dalam siaran pers, Rabu 31 Oktober 2012.
Ia mengatakan, terumbu karang merupakan ekosistem khas daerah tropis. Ekosistem ini berperan penting dari segi ekologi, estetika dan ekonomi.
Secara ekologi, terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai, sumber perikanan serta sumber nutrisi bagi biota yang hidup di dalamnya, seperti Ikan karang, udang, teripang, dan berbagai jenis kerang. Dari sisi ekonomi, ekosistem ini merupakan sumber mata pencaharian bagi nelayan, penghasil kapur dan bahan bangunan.
"Dari segi estetika, terumbu karang memiliki keindahan bawah laut yang menjadi aset pariwisata," kata dia.
Zainal menyayangkan kondisi terumbu karang di perairan Indonesia yang memprihatinkan dan semakin terancam punah. Berangkat dari kondisi itu LIPI, lewat program Coral Reef Rahabilitation and Management Program (COREMAP), berupaya menyelamatkan terumbu karang.
Program yang digagas sejak 1998 ini bertujuan menciptakan pengelolaan terumbu karang secara berkelanjutan agar dapat direhabilitasi, diproteksi dan dikelola untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kemiskinan. Melalui salah satu bidang di dalamnya, Coral Reef Information and Training Center (CRITC), COREMAP LIPI telah mengumpulkan data primer dan sekunder terumbu karang se-Indonesia secara rutin.
Data-data tersebut digunakan untuk membangun dan mengembangkan sistem informasi untuk pengelolaan terumbu karang; mempersiapkan sumberdaya manusia yang memiliki keahlian di bidang riset, monitoring dan pengelolaan data maupun informasi; serta membangun sistem jaringan informasi berskala nasional dan internasional dalam pengelolaan terumbu karang dan sumber daya laut lainnya.
Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Zainal Arifin, mengatakan kerusakan terumbu karang terus meningkat saban tahun karena perilaku nelayan dalam menangkap ikan. Para nelayan masih menggunakan teknik yang tidak ramah lingkungan, seperti bubu, lampara dasar, kelong, gillnet, racun dan bom.
"Cara-cara tersebut merusak terumbu karang. Kini hanya tinggal 5 persen terumbu karang di Indonesia dalam kondisi sangat baik," kata Zainal dalam siaran pers, Rabu 31 Oktober 2012.
Ia mengatakan, terumbu karang merupakan ekosistem khas daerah tropis. Ekosistem ini berperan penting dari segi ekologi, estetika dan ekonomi.
Secara ekologi, terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai, sumber perikanan serta sumber nutrisi bagi biota yang hidup di dalamnya, seperti Ikan karang, udang, teripang, dan berbagai jenis kerang. Dari sisi ekonomi, ekosistem ini merupakan sumber mata pencaharian bagi nelayan, penghasil kapur dan bahan bangunan.
"Dari segi estetika, terumbu karang memiliki keindahan bawah laut yang menjadi aset pariwisata," kata dia.
Zainal menyayangkan kondisi terumbu karang di perairan Indonesia yang memprihatinkan dan semakin terancam punah. Berangkat dari kondisi itu LIPI, lewat program Coral Reef Rahabilitation and Management Program (COREMAP), berupaya menyelamatkan terumbu karang.
Program yang digagas sejak 1998 ini bertujuan menciptakan pengelolaan terumbu karang secara berkelanjutan agar dapat direhabilitasi, diproteksi dan dikelola untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kemiskinan. Melalui salah satu bidang di dalamnya, Coral Reef Information and Training Center (CRITC), COREMAP LIPI telah mengumpulkan data primer dan sekunder terumbu karang se-Indonesia secara rutin.
Data-data tersebut digunakan untuk membangun dan mengembangkan sistem informasi untuk pengelolaan terumbu karang; mempersiapkan sumberdaya manusia yang memiliki keahlian di bidang riset, monitoring dan pengelolaan data maupun informasi; serta membangun sistem jaringan informasi berskala nasional dan internasional dalam pengelolaan terumbu karang dan sumber daya laut lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar