28 Oktober, 2012

Nelayan Asing Buru Penyu Sisik di Laut Indonesia

Oleh Andi Fachrizal (Kontributor Kalimantan Barat), 

KAPAL Pengawas Hiu Macan-001 milik Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan menangkap kapal ikan asing berbendera Indonesia di perairan laut teritorial Natuna. Kapal berawak 18 warga Vietnam ini tertangkap basah sedang menangkap penyu, ikan-ikan karang, siput, dan teripang.

Kapal ikan bernama KM Sudita-14, dinakhodai Mr Ngu Yen Luan (31), warga Vietnam. Selain menggunakan alat tangkap gill net atau jaring dasar, kapal berbobot mati 129 gross tonage ini dilengkapi kompresor sebagai alat bantu penyelaman dan alat tangkap lain seperti tombak.

Kini, kapal dan seluruh alat bukti serta ke-18 ABK asal Vietnam ada di Kantor Stasiun PSDKP Pontianak guna penyidikan lebih lanjut. “Serah terima kapal tangkapan dan ABK sudah hari ini bersama kapten KP Hiu Macan-001,” kata Bambang Noegroho, Kepala Stasiun PSDKP Pontianak, Kamis(4/10/2012).

Koordinator Site Paloh WWF Indonesia, Dwi Suprapti, saat meninjau bangkai penyu sisik hasil tangkapan nelayan asing, yang berhasil diamankan Ditjen PSDKP di Pontianak. Foto: Andi Fachrizal

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Barat, Gatot Rudiyono, mengatakan, penangkapan kapal ikan asing yang berburu penyu sisik di sekitar perairan Kalbar baru kali pertama ditemukan. “Beberapa tahun lalu, kasus serupa pernah terjadi. Tapi lokasi di Berau, Kalimantan Timur.”

Gatot menduga, perburuan penyu sisik ini sudah sejak lama. Hanya, baru terungkap. Dari 12 kapal ikan asing yang tertangkap di perairan barat Indonesia sepanjang 2012, aparat pengawas belum menemukan ada kasus perburuan penyu sisik. Baru penangkapan ke-13 ini ditemukan tujuh ekor penyu sisik dewasa dalam palka kapal.
“Ini sekaligus menjadi bukti konkret laut kita masih rawan illegal fishing. Kita meyakini semua komoditas laut Indonesia yang laku di pasaran dunia akan menjadi target perburuan. Salah satu penyu sisik. Penyu itu satwa dilindungi lantaran populasi sudah susut,” ucap Gatot.

Gatot memperkirakan, jumlah kapal pengawas di perairan laut Indonesia idealnya ditambah. Namun, berkaitan pembengkakan biaya operasional kapal, jalan paling ideal memperbanyak pelabuhan perikanan samudera, di mana kapal-kapal pengawas perikanan bisa sandar dan siaga.
Koordinator Site Paloh WWF-Indonesia, Dwi Suprapti, usai menyaksikan barang bukti tujuh ekor penyu sisik yang mati itu meyakini penyu-penyu ini sudah merambah dewasa. “Saya sudah ukur. Panjang karapas 62 centimeter dan lebar 50 sentimeter. Itu sudah masuk kategori dewasa. Tapi kita belum mengidentifikasi jenis kelamin penyu itu.”

Habitat penyu sisik ini ada di perairan karang karena feeding area memang di terumbu karang. Nelayan memburu penyu sisik hanya dengan satu alasan: karapas bernilai jual tinggi dan bisa dijadikan perhiasan. “Kita berharap semua pihak dapat bekerja sama melindungi penyu sisik ini dari ancaman kepunahan.”

Bangkai penyu sisik. Foto: Andi Fachrizal

Tidak ada komentar: