17 September, 2012

Raja Ampat Memendam Potensi Sumber Antibiotik

wisata-04 Para peneliti gabungan dari sebuah kelompok kemitraan internasional tengah mengembangkan prospek bioteknologi kelautan.
Misi tersebut dicanangkan selain untuk menemukan antibiotik baru dari mikroorganisme laut, juga terkait dengan upaya perlindungan dan keberlanjutan terumbu karang.

Kemitraan tersebut melibatkan tiga institusi Indonesia, yakni Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah, Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sulawesi Selatan, dan Lembaga Eijkman. Institusi asing yang terlibat adalah dari Universitas California Santa Cruz (UCSC), Amerika Serikat.

Pakar`mikrobiologi laut dari Universitas Diponegoro, Ocky Karna Radjasa, menyatakan, salah satu lokasi paling potensial sebagai sumber bahan baku antibiotik laut adalah Perairan Raja Ampat. Perairan yang terkenal dengan keindahan bawah lautnya itu memendam potensi antibiotik ampuh yang mampu melawan bakteri patogen dan bakteri yang telah resisten dengan antibiotik yang sudah beredar saat ini.

Menurut Ocky, tim gabungan meneliti  keragaman mikroorganisme yang bersimbiosis dengan invertebrata seperti karang lunak, karang batu, spons, dan siput laut. Selain di Perairan Raja Ampat, riset juga dilakukan di Perairan Karimunjawa. Ocky sangat yakin perairan-perairan lain seperti Ujung Kulon, Wakatobi, Bunaken, Komodo, dan Taman Nasional Teluk Cenderawasih juga menyimpan potensi besar untuk bahan baku farmasi, khususnya antibiotik.

Sementara itu, dari bakteri antibiotik yang ditemukan, kebanyakan bakteri termasuk golongan Bacillus (berbentuk batang). Kelebihan dari bakteri itu adalah menghasilkan enzim yang mampu mengurai limbah maupun mengatasi hama yang menyerang terumbu karang. Itu artinya bakteri tersebut kemungkinan juga mampu melawan bakteri sumber penyakit atau bakteri patogen.

”Kami menemukan 10 mikroba di Raja Ampat dan 10 mikroba di wilayah Karimunjawa berpotensi menghasilkan senyawa antibiotik,” ujar Ocky kepada Majalah Sains Indonesia.
Dari hasil penelitian lanjutan, diketahui bakteri yang ditemukan memiliki kemampuan hebat melawan penyakit. Selain mampu melawan bakteri patogen, bakteri yang ditemukan terbukti mampu melawan bakteri lain yang telah resisten pada antibiotik (MDR Strain). Ini tentu menjadi kabar gembira bagi dunia farmasi, khususnya di Indonesia.

”Ini sangat penting karena berarti mikroorganisme yang kita peroleh punya kemampuan memproduksi anti-agent yang lebih powerful daripada antibiotik yang ada saat ini,” jelas Ocky.
Indonesia sangat kaya akan mikroba laut yang bisa menghasilkan senyawa berharga. Penggalian potensi mikroba laut adalah salah satu cara memanfaatkan sumber daya alam untuk mendatangkan keuntungan bagi masyarakat. ”Dalam penelitian di Raja Ampat kemarin saja, 80 persen spons yang kita temukan  belum teridentifikasi. Jadi, ini baru. Kalau jenisnya baru, maka mikroba dan senyawanya juga baru. Ini potensi luar biasa,” urai Ocky.

Indonesia bisa berupaya untuk mengidentifikasi senyawa yang dihasilkan suatu mikroba, memahami fungsinya, serta mematenkannya. Temuan yang telah dipatenkan bisa ditawarkan ke perusahaan farmasi untuk diproduksi. Indonesia pun mendulang uang dari paten.

“Kita harus bergegas agar kekayaan ini tidak diambil orang asing,” kata Ocky. Menurut Ocky, kekayaan Indonesia terancam dibajak lewat praktik biopiracy. Sampel jaringan biota Indonesia mudah diambil, disimpan, diidentifikasi gennya dan diperdagangkan.

Mikroba Sangat Potensial
Terumbu karang merupakan jenis invertebarata yang memiliki kemampuan mempertahankan diri yang luar biasa. Terumbu karang adalah invertebrata yang selalu diam di tempatnya dan tidak punya pertahanan fisik. Faktanya terumbu karang mampu bertahan di dasar laut dengan baik. Padahal, di air laut itu terdapat berbagai macam organisme. Tiap mililiter air laut mengandung 10 juta virus, 1 juta bakteri, 1.000 jamur, dan 1.000 mikro-alga.

Artikel selengkapnya bisa anda baca di Majalah SAINS Indonesia Edisi 09

Tidak ada komentar: