17 September, 2012

Kerapu Raja Sunu Sudah Langka

flora-fauna-kerapu-01rev Populasi ikan kerapu raja sunu (Plectropoma laevis) di alam sudah sangat langka. Bahkan sudah masuk daftar merah (red list).
Meski belum masuk daftar CITES, ikan kerapu raja sunu sudah jauh lebih langka dibanding ikan napoleon yang sudah masuk CITES. Padahal, ikan kerapu raja sunu termasuk salah satu jenis kerapu bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia.

Sebagai upaya melindungi populasinya di alam, pemenuhan kebutuhan pasar dan diversifikasi usaha budi daya ikan kerapu perlu segera dilakukan. Sayangnya usaha tersebut masih terkendala pada langkanya benih alam.

Beruntung, Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL), Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP), Kementerian Kelautan dan Perikanan, berhasil memproduksi benih ikan kerapu sunu secara massal. Keberhasilan pembenihan ikan kerapu raja sunu itu merupakan yang pertama di Indonesia bahkan di dunia.

“Penelitian domestikasi dan pematangan induk ikan kerapu raja sunu telah dilakukan sejak 2009. Satu tahun kemudian, tim peneliti berhasil memijahkan induknya serta memelihara larvanya. Selanjutnya pada 2011 telah berhasil memproduksi benih secara massal,” ungkap Dr Tri Heru Prihadi MSc, Kepala BBRPBL, Balitbang KP kepada Majalah Sains Indonesia beberapa waktu lalu.

Menurutnya, saat ini BBRPBL mempunyai stok induk sebanyak 50 ekor (F0), calon induk (F1) sebanyak 200 ekor, dan benih ukuran 4– 5 cm sekitar 1.000 ekor. Keberhasilan produksi benih secara massal tersebut diharapkan dapat membuka peluang berkembangnya usaha budi daya ikan kerapu raja sunu.
Induk ikan kerapu raja sunu yang dikumpulkan merupakan hasil tangkapan nelayan dari ekosistem alami di Perairan Bali, Jawa Timur, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Irian. Induk-induk tersebut dipelihara di Keramba Jaring Apung (KJA) berukuran 3x3x3 m dengan kepadatan 50 ekor per KJA.

Induk betina yang dapat digunakan berukuran berat 3-7 kg dan panjang 55-70 cm, sedangkan jantan berukuran berat 7-9 kg dan panjang 70-80 cm. Seleksi induk dilakukan dengan pengukuran panjang dan berat tubuh serta kematangan gonad (oocyt) pada saat bulan gelap (bulan baru).

Pengamatan kematangan gonad induk betina dilakukan dengan pengambilan sampel isi gonad dengan cara kanulasi. Sampel isi gonad yang didapat diperiksa di mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer untuk membedakan jenis kelamin ikan, serta pengukuran diameter telur dalam gonad pada induk betina.

Artikel selengkapnya bisa anda baca di Majalah SAINS Indonesia Edisi 09
http://www.sainsindonesia.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=270:kerapu-raja-sunu-sudah-langka&catid=30&Itemid=135 

Tidak ada komentar: