Pemanasan global telah memercepat
pertumbuhan cyanobacteria, bakteri beracun yang berusia 3.500 juta
tahun.
Hal ini terungkap dari hasil penelitian
terbaru Spanish Foundation for Science and Technology yang
diterbitkan untuk publik Selasa (3/7).
Cyanobacteria adalah salah satu jenis
mikroorganisme dalam air yang membantu memroduksi oksigen di bumi.
Saat ini jumlah mereka terus meningkat dengan pesat.
Pemanasan global telah menjadi penyebab
terus meningkatnya jumlah bakteri ini di lingkungan, juga
meningkatnya racun yang dihasilkan oleh bakteri berbahaya ini.
"Cyanobacteria menyukai air
hangat. Meningkatnya suhu bumi abad ini telah memercepat perkembangan
mereka, terutama bakteri beracun yang berbahaya bagi lingkungan dan
kesehatan," ujar Rehab El-Shehawy, peneliti dari IMDEA Agua yang
turut menyusun laporan yang sudah diterbitkan dalam jurnal "Water
Research" ini.
Rehab dan timnya saat ini tengah
mengembangkan alat guna memantau pertumbuhan bakteri ini.
Perkembangan pesat bakteri terjadi di danau, tempat penampungan air
dan sungai di seluruh dunia, termasuk di wilayah muara dan laut
seperti di wilayah Baltik.
Menurut para ahli, fenomena ini selain
menimbulkan masalah lingkungan juga menimbulkan masalah ekonomi
karena berdampak pada kualitas sanitasi dan terhadap industri seperti
industri pariwisata.
Di Spanyol, dampak negatif pertumbuhan
bakteri beracun ini telah terbukti meningkatkan jumlah kematian satwa
liar di wilayah lahan basah Doñana, Spanyol.
Pertumbuhan bakteri beracun ini juga
berdampak pada kesehatan manusia. "Racun dari bakteri ini bisa
menyerang liver, sistem syaraf, sel, membran dan organ-organ lain
seperti mata, juga bisa menyebabkan penyakit kulit dan alergi,"
ujar Francisca F. del Campo, peneliti di Autonomous University of
Madrid yang turut menyusun laporan ini.
Para peneliti meminta pemerintah dan
masyarakat mewaspadai masalah kesehatan dan lingkungan yang
ditimbulkan oleh bakteri beracun yang selama ini belum banyak
diketahui.
Penelitian yang dilakukan oleh Centre
for Studies and Experimentation of Public Works (CEDEX)
mengungkapkan, sekitar 20% lokasi penampungan air di Spanyol
mengandung cyanobacteria dalam jumlah yang lebih tinggi dari 2
mm3/liter, yang menjadi patokan kualitas air mandi WHO.
Dari lokasi dengan kandungan
cyanobacteria di atas batas aman WHO, sebanyak 45% lokasi penampungan
air tersebut mengandung "microcystins" (racun yang
menyerang liver) di atas 1 mikrogram/liter, yang menjadi batas
maksimal yang direkomendasikan oleh WHO dan pemerintah Spanyol.
Redaksi Hijauku.com
http://www.hijauku.com - @hijaukudotcom - Situs Hijau Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar