Apa dan Siapa Mola-Mola
Salah satu sumberdaya ikan spesifik yang dimilki Provinsi Bali dan bukan sebagai sasaran produksi melalui tangkapan adalah ikan Mola Mola yang habitatnya berada diperairan Nusa Panida. Selama ini kemunculan ikan ini diketahui pada musim tertentu, antara bulan Juli s.d Oktober dengan daerah penyebaran tidak lebih dari satu mil laut dari Nusa Panida. Namun sesungguhnya banyak data dan informasi yang belum diketahui mengenai spesies ini, meskipun dalam beberapa kesempatan pertemuan secara parsial informasi pernah disampaikan, sehingga menggugah minat CI-I untuk menggali informasi tersebut melalui presentasi diskusi ini.
- Ikan yang tergolong langka (di Indonesia hanya terdapat diperairan Nusa Penida?) ini, antara lain sebagai berikut:
- Sampai saat ini diseluruh bagian dunia yang menjadi daerah sebaran ikan ini diketahui ada tiga jenis, yaitu; Common Mola (Mola Mola) antara lain yang ada di Bali, Sharp-tailed mola (Masturus lanceolatus), dan Slender mola
(Ranzania leavis). Spesies ini menghuni perairan tropis sampai sub tropis (Samudra Hindia, Pasifik dan Atlantik) pada umumnya menghuni pada kedalaman 40 – 50 meter, selama siang hari dapat menyelam sampai kedalaman 300 meter, bahkan 600 meter, pada malam hari sering mereka tidak aktif dekat permukaan air yang sebenarnya membahayakan mereka. - Mola adalah ikan yang tumbuh cepat, dalam kurun waktu 14 bulan tumbuh 364 kg dengan makanan utamanua ubur-ubur. Puncak pertumbuhannya dicapai pada umur 10 tahun dan mampu hidup sampai dengan 20 tahun, beratnya pada saat ini 60 juta kali pada saat larvanya. Ikan terbesar yang pernah tertanggkap di Jepang (1996), yaitu sepanjang 2,7 meter dengan berat 2.300 kg. Informasi dari lapangan, Mola mola yang tanpa sengaja terjerat jaring nelayan di sekitar perairan Nusa Penida seberat 2.000 kg. Pada umumnya ikan ini berenang berkelompok, sehingga memberikan pemandangan yang sangat menarik dalam kondisi seperti ini.
- Larva dan anakannya mengkonsumsi zooplankton, kemudian akan memakan ubur-ubur, cumi-cumi, ikan, krustecea, algae, bahkan invertebrata yang hidup didasar perairan. Tetapi Mola mola juga menjadi mangsa singa laut, hiu, paus pembunuh, bahkan larva dan anakannya dimangsa ikan-ikan karnivora. Meskipun diketahui induk yang memiliki panjang 1,4 meter mampu menghasilkan telor sampai 300 juta butir, tetapi pemangsanya seperti itu menyebabkan populasinya di alam sangat kecil, labih-lebih karena gerakan berenangnya sangat lamban. Mola mola dewasa mempunyai ketebalan kulit sampai 5 cm, sehingga meskipun ada 40 genera perasit yang menyerang, tidak menyebabkan kematiannya secara alamiah.
-
ANCAMAN TERHADAP KEBERADAAN MOLA MOLA
- Keberadaan ikan Mola mola diperairan Nusa Penida selama ini menjadi salah satu andalan sajian wisata selam, disamping diyakini mempunyai peran ekologis , jika kemudian pernah dilaporkan ada ikan yang tertangkap, bahkan ditemukan dipasar, banyak yang berharap hal itu sebagai sesatu ketidak sengajaan. Namun hal seperti ini harus diwaspadai oleh semua pihak, agar kemudian tidak menjadi ancaman serius mengingat di Negara-negara; Jepang, Taiwan, Hongkong, sejumlah restoran sudah mulai menyajikan masakan daging Mola Mola secara eksklusif.
PERLU UPAYA PERLINDUNGAN
- Tanggal 17 Oktober 2007 telah diselenggarakan diskusi ikan Mola mola di Sanur. Pertemuan ini menghadiri ahli ikan Mola mola dari Monterey Bay Aquarium California, yang telah meneliti sebaran, biologi, dan kondisi populasinya di berbagai perairan Iternational, Ms. Tiemey Thys, PhD. Bersama “Tim Mola mola Bali”, sejak 9 Oktober 2008 mulai melakukan penelitian Mola mola di Bali dengan memasangkan label/tag satelit pada dua ekor mola mola. Alat tersebut akan mencatat pergerakan Mola mola selama enam bulan, dan akan terlepas secara otomatis pada akhir April 2009. Alat yang telah lepas mengapung akan mengirim datanya ke satelit dan kemudian data akan dikirim ke perangkat computer peneliti.
- Dalam diskusi ini, meskipun belum menjadi kesepakatan tertulis, namun semua peserta baik dari Bali maupun peserta asing setuju jika Pemerintah Provinsi Bali bersama Kabupaten Klungkung mebuat langkah kearah konservasi habitat dan perlindungan terhadap spesies ini. Peran serta Masyarakat pesisir maupun kalangan wisata selam sangat diharapkan agar spesies unik ini tetap lestari dan menjadi milik masyarakat Bali.
Penulis : http://dkpbali.wordpress.com/2008/12/01/mola-mola/
Putu Suasana (Humas DKP Bali)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar