Ujang nelayan Ciamis, mengatakan bahwa untuk sekali melaut harus mengeluarkan 10 liter dengan harga 6000 rupiah belum perbekalan lainnya. Sekarang aja cari ikan sulit karena cuaca malah ditambah kenaikan BBM. Senada dengan Kursin nelayan asal Cirebon bahwa untuk kebutuhan melaut harus mengeluarkan 120 liter dalam 5 hari walau di SPBN adalah 4300 perliter solar, karena harus membeli kepada pengecer yang juga sebagai pengepul ikan, dan sudah tak sebanding lagi pengeluaran dan pemasukan apalagi persoalan cuaca.
Sementara Budi Laksana sekjend Serikat Nelayan Indonesia (SNI) yang sedang berada di Cirebon menyampaikan walau BBM telah disubsidi oleh pemerintah, tapi masalahnya bagi nelayan kecil sangat kesulitan mengakses BBM bersubsidi tersebut. Saya tidak bisa membayangkan jika BBM ini naik maka sangat luar biasa beban ekonomi keluarga para nelayan. Maka sudah sewajibnya para nelayan di Indonesia dan bagi anggota SNI yang ada ditiap Wilayah dan Desa untuk menolak pemberlakuan kenaikan BBM sebelum April nanti, tambahnya.
Terkait sikap politik SNI tentang kenaikan BBM, Ketua Serikat Nelayan Indonesia (SNI) Kabupaten Cirebon Jamhuri, mengatakan nelayan Cirebon dan Indramayu akan merespon dengan aksi yang akan direncanakan di Jakarta nanti. Kita masih tunggu informasi SNI dari Ciamis, dan Garut.
Walau Kementerian Kelautan dan Perikan (KKP) Syarif Cicip Sutardjo menjamin akan diberikannya subsidi bagi nelayan termasuk nelayan dengan bobot kotor 100 Gt.
Pemerintah boleh saja mengatakan demikian, tapi faktanya dilapangan nelayan kecil kesulitan mendapatkan BBM bersubsidi. Dan harus dikrimanalisasikan jika membawa drigen ke SPBU karena harganya lebih murah. Tutup Jamhuri.
http://sni.or.id/2012/03/13/sudah-tak-ada-ikan-malah-bbm-naik/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar