Pulau Rupat, Bengkalis, 13 Maret 2012 – Raptor Indonesia (RAIN) simpul Riau dan Kelompok Studi Lingkungan Hidup - KSLH Riau berencana mempresentasikan hasil pemantauan migrasi raptor di Pulau Rupat kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau dan Dinas Kehutanan Bengkalis, pada 16 Maret 2012 mendatang.
Hal ini diungkapkan oleh Koordinator RAIN simpul Riau Heri Tarmizi. Heri mengatakan, presentasi dilakukan sebagai bentuk dorongan kepada pemerintah agar perlindungan Pulau Rupat sebagai pintu masuk migrasi raptor dari Asia Timur menuju Indonesia, segera dilakukan. Sebab, lanjut Heri, kondisi Pulau Rupat hingga saat ini dalam ancaman berat, yaitu deforestasi akibat pembukaan lahan untuk perkebunan.
“Pemantauan yang dilakukan untuk memperkuat data yang sudah ada. Selain menjadi pintu masuk dan areal perlintasan, kami juga menemukan bahwa Rupat menjadi wilayah singgah atau resting area raptor untuk mengumpulkan energi sebelum melanjutkan perjalanan ke Asia Timur,” ujar Heri.
RAIN dan KSLH Riau juga berencana mengajak pemerintah untuk menjadikan Pulau Rupat menjadi kawasan lindung bagi raptor, baik migran maupun penetap. Koordinator Riset dan Pendidikan KSLH Riau Rahmad Adi Ronsyah Batubara mengungkapkan, Pulau Rupat sangat berpotensi menjadi daerah wisata edukasi dan konservasi burung pemangsa migran.
“Secara finansial, tentu kegiatan pengamatan akan mengangkat potensi daerah. Di sisi lain, Pulau Rupat menjadi salah satu arena edukasi bagi masyarakat Indonesia dan dunia yang tertarik untuk mempelajari raptor. Dari ketertarikan akan memunculkan kepedulian bagi upaya konservasi raptor, termasuk nilai-nilai penting konservasi jenis dan habitat bagi raptor.”
Wisata edukasi raptor migran telah dilakukan oleh Malaysia dan Thailand. Selain RAIN simpul Riau dan KSLH Riau, saat ini pemantauan kolaborasi bersama Raptor Study Group – Malaysian Nature Society juga dilakukan di Selat Malaka. Hingga hari ketiga pemantauan migrasi raptor di Teluk Rhu, Rupat Utara, sedikitnya 5000 ekor raptor kembali menuju Asia Timur melalui Tanjung Tuan, Malaysia. Dari 56 jenis raptor migrant di Asia, 24 jenis di antaranya bermigrasi ke Indonesia, dan sebanyak 19 jenis bermigrasi melalui Pulau Rupat. Jenis-jenis tersebut di antaranya, Sikep Madu Asia (Pernis ptilorhynchus), Elangalap Nipon/Jepang (Accipiter gularis), Elang Kelabu (Butastur indicus), Baza Hitam (Aviceda leuphotes), Elangalap Cina (Accipiter soloensis), dan Alap-alap Kawah (Falco peregrinus). Dari pulau seluas 1.500 kilometer persegi ini, raptor menuju wilayah Indonesia lain seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, serta Nusa Tenggara, mulai akhir September hingga keluar dari Indonesia pada bulan April.
Catatan :
Raptor Indonesia adalah sebuah jaringan kelompok kerja yang bergerak dalam upaya penelitian dan pelestarian burung pemangsa “raptor” di Indonesia.
KSLH Riau adalah komunitas muda yang bergerak di bidang pendidikan lingkungan dan konservasi dalam upaya penyadaran lingkungan dan konservasi
Informasi mengenai raptor atau burung pemangsa dapat diakses di raptorindonesia.org
Untuk informasi lebih lanjut hubungi :
Asman Adi Purwanto, CEO Raptor Indonesia-RAIN, 081319633321, 08568209985
Heri Tarmizi, Koordinator Simpul RAIN Riau, 0813 6500 0096
Rahmad Adi Ronsyah Batubara, Koordinator Riset dan Pendidikan, Kelompok Studi Lingkungan Hidup – KSLH Riau, 0852 7831 7073
--------------
Ninuk Setya Utami
Volunteer untuk Media Campaigner
KSLH Riau
Phone : 0813 8504 9005
Email : kslh_riau@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar