"Ironi Negeri Bahari" itulah judul tajuk sebuah harian nasional. Pasalnya Indonesia yg 2/3 wilayahnya adalah perairan ternyata "dipaksa" oleh orang2 yg kebetulan punya kesempatan mengelola sebagian urusan negara ini untuk meng-impor jutaan ton GARAM senilai jutaan US dollar.
Seorang rekan saya sampai menulis bahwa bakal banyak rakyat Indonesia akan mengidap penyakit darah tinggi, karena "geram" dgn kebijakan pengelola yg seenaknya saja impor garam.
Salah seorang rekan pernah memberikan informasi bahwa dia dan ratusan rekan2nya dari Kementrian KP sedang melakukan rapat kerja perencanaan perikanan laut nasional di Bandung sebuah kota yg tidak punya pantai. Entahlah apa masalah impor garam dan impor ikan juga sempat dibahas atau direncanakan lalu dilanjutkan dengan keputusan nasional untuk melaksanakannya.
Diberitakan pula nelayan2 nasional sudah barang tentu keberatan dg kebijakan ini. Dari Bitung disebutkan harga ikan tuna kecil anjlok dari biasanya Rp 15,000/kg menjadi Rp10,000/kg.
Dari semenjak Indonesia merdeka hingga sekarang sebagian besar nelayan kita masih belum beranjak dari strata terbawah dari masyarakat kita. Berbagai program untuk nelayan sdh pernah dilaksanakan namun faktanya secara keseluruhan kehidupan nelayan kita belum meningkat dg baik. Sebagian besar kapal atau perahu2 nelayan kita tidak bisa dikategorikan sebagai kapal2 atau perahu nelayan yg "layak laut". Sehingga tidaklah aneh bila musim barat tiba banyak diantara mereka yg tidak bisa melaut. Kondisi ini selalu saja berulang-ulang terjadi setiap tahun.
Nelayan pada musim biasa saja sering menjadi bulan2an tengkulak ikan, walaupun dibanyak tempat sudah banyak dibangun pusat2 pendaratan ikan, tempat pelalang ikan dan juga gudang2 penyimpan ikan berpendingin mekanis (cold storage) seberapa besar sarana2 pendukung ini berfungsi secara effektif dalam kerangka acuan untuk memberdayakan dan meningkatkan taraf hidup nelayan2 kita.
Program motorisasi dan mekanisasi kapal2 penangkap ikan serta pemberian kredit juga sudah banyak diluncurkan, namun yg jarang diberitakan atau dilakukan adalah evaluasi terhadap effektivitas atau keberhasilan atau kelemahan/kekurangan dari program tersebut, apa yg bisa dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan hasilnya.
Ditengah-tengah berbagai masalah yg sedang dihadapi oleh nelayan2 kita termasuk petani2 garam kita, sangat tidak masuk akal kalau pemerintah dengan mudahnya melakukan impor ikan dan impor garam. Kepentingan siapa yg sedang dibela?
Diberitakan pula nelayan2 nasional sudah barang tentu keberatan dg kebijakan ini. Dari Bitung disebutkan harga ikan tuna kecil anjlok dari biasanya Rp 15,000/kg menjadi Rp10,000/kg.
Saya tidaklah terlalu akurat dalam hal ini, mungkin banyak rekan2 yg masih berkecimpung di dunia perikanan bisa memberikan gambaran yg lebih jelas dan akurat. Atau ada lembaga2 penelitian dan pengembangan perikanan yg bisa memaparkan kepada masyarakat berkaitan dg dunia perikanan kita, mengapa harus impor ikan, garam dlsb, lalu kira2 apa jalan keluar pemecahannya, kapan, dsb.
Kita tunggu informasi2 itu.
Salam
Kukuh Kumara


Tidak ada komentar:
Posting Komentar