KUALASIMPANG – Penebangan pohon bakau di alur Sungai Tamiang, Desa Pusong Kapal, Kecamatan Seruway, Aceh Tamiang, sejak tiga bulan terakhir semakin meningkat. Kondisi tersebut telah membuat para nelayan i resah.
Keuchik (Datok) Pusong Kapal, Bramsyah kepada Serambi, Senin (31/10) mengatakan, penebangan kayu bakau di pesisir laut Aceh Tamiang dan alur Sungai Tamiang mulai meningkat kembali. Kayu bakau yang dipotong dijadikan arang di desa tetangga, seperti Teluk Halban dan Teluk Kepayang, Kecamatan Bendahara.
Kegiatan yang merusak lingkungan itu, tidak ada upaya pencegahan sema sekali dari dinas terkait, sementara warga tak berani melarangnya takut terjadi bentrok fisik. “Mereka yang menebang kayu bakau hanya mengambil upah kemudian di jual kepada toke dapur arang,”ujar Bramsyah.
Dua tahun belakangan, kayu bakau dipesisir Aceh Tamiang mulai tumbuh, namun sekarang di tebang warga padahal masih kecil. Keberadaan hutan bakau, sebut Datok, membawa berkah bagi nelayan kecil yang mencari udang pada malam hari. Selain itu, hutan bakau tersebut juga menjadi hutan penyangga untuk mengatasi abrasi. “Masyarakat resah, jika hal ini terus dibiarkan, maka dikhawatirkan hutan bakau muda yang baru tumbuh itu akan punah kembali,”ujar Datok Bramsyah.(md)
Keuchik (Datok) Pusong Kapal, Bramsyah kepada Serambi, Senin (31/10) mengatakan, penebangan kayu bakau di pesisir laut Aceh Tamiang dan alur Sungai Tamiang mulai meningkat kembali. Kayu bakau yang dipotong dijadikan arang di desa tetangga, seperti Teluk Halban dan Teluk Kepayang, Kecamatan Bendahara.
Kegiatan yang merusak lingkungan itu, tidak ada upaya pencegahan sema sekali dari dinas terkait, sementara warga tak berani melarangnya takut terjadi bentrok fisik. “Mereka yang menebang kayu bakau hanya mengambil upah kemudian di jual kepada toke dapur arang,”ujar Bramsyah.
Dua tahun belakangan, kayu bakau dipesisir Aceh Tamiang mulai tumbuh, namun sekarang di tebang warga padahal masih kecil. Keberadaan hutan bakau, sebut Datok, membawa berkah bagi nelayan kecil yang mencari udang pada malam hari. Selain itu, hutan bakau tersebut juga menjadi hutan penyangga untuk mengatasi abrasi. “Masyarakat resah, jika hal ini terus dibiarkan, maka dikhawatirkan hutan bakau muda yang baru tumbuh itu akan punah kembali,”ujar Datok Bramsyah.(md)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar