Sumberdaya Ikan sangat berlimbah di selat malaka sehingga banyak nelayan memanfaatkan kesuburan perairan tersebut selain itu banyak kapal-kapal ikan asing melakukan illegal fishing di perairan Zona Ekonomi Esklusif Indonesia Selat Malaka. Nyatanya selama kurung waktu enam bulan ini mulai Desember 2010 sampai Mei 2011 ini sudah 15 (lima belas) kapal illegal fishing asal malaysia yang ditangkap oleh jajaran Kapal patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan dimana kelima belas kapal tersebut disidik oleh Stasiun Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan sebanyak 13 kapal dan TNI Angkatan Laut sebanyak 2 Kapal. Dari 13 kapal yang disidik oleh PPNS Stasiun PSDKP Belawan 4 kapal sudah P21, dan 7 kapal sementara proses dan 2 kapal tidak terbukti bersalah sehingga harus dibebaskan demi hukum.
Melihat kenyataan ini maka Bakorkamla melaksanakan pemantaun udara melihat dari dekat kegiatan illegal fishing di Selat Malaka pada tanggal 29 Mei 2011 dengan menggunakan pesawat Casa CN 212 seri 200 milik TNI Angkatan Laut. Dalam pemantauan ini di komando oleh Kepala Pelaksana Harian Bakorkamla Laksdya TNI Y. Didik Heru Purnomo, Wabaharkam Polri Irjen Bambang Suparno, Kasi Penyindakan dan Penyidikan Beacukai Belawan Muhamad Gunawan dan KKP yang diwakili Kepala Stasiun Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Belawan Bapak Mukhtar, A.Pi serta 3 orang wartawan.
Selama perjalanan memantau keadaan permatasan di Selat Malaka terlihat beberapa kapal ikan Indonesia maupun Malaysia sedang melalukan penangkapan ikan, selain itu terlihat juga kapal KRI Angkatan Laut RI sedang melakukan patroli. Dari penglihatan diudara nyata laut begitu bersih dari kapal illegal fishing asing karena satu kapal Patroli dari TNI Angkatan Laut dan dua kapal potroli Kementerian Kelautan dan Perikanan sementara berpatroli di sepanjang perbatasan selat malaka.
Sebelum dilakukan pemantau udara ini Kepala Pelaksana Harian Bakorkamla Laksdya TNI Y. Didik Heru Purnomo membuka kegiatan Penyegaran Nahkoda/ Komandan Kapal Patroli lingkup Bakorkamla yang dilaksanakan di Hotel Grand Angkasa Internasional Hotel mulai tanggal 29 Mei 2011 sampai tanggal 30 Mei 2011.
Jenderal Bintang Tiga Tangkap Basah Provokasi Kapal Malaysia
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN ‑ Kalakhar (Kepala Pelaksana Harian) Bakorkamla RI Laksamana Madya (Laksda) Didik Heru Purnomo melakukan patroli mendadak ke perairan Selat Malaka, di sela seminar Penyegaran Para Komandan/Nakhoda Kapal Patroli Bakorkamla di Hotel Grand Angkasa, Medan, Senin (30/5/2011).Tribun yang tiba di seminar ini sekitar pukul 09.40 WIB, langsung diajak jenderal bintang tiga TNI AL ini ke Bandara Polonia ikut patroli perbatasan Selat Malaka menggunakan pesawat Cassa milik TNI AL. Patroli mendadak ini juga diikuti, Staf Khusus Kalakhar Putut Prabantoro, Wabaharkam Irjen Bambang Suparno, Kepala Stasiun Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Belawan, Mukhtar APi, Kasi Penindakan dan Penyidikan (P2) Bea Cukai Belawan Muhammad Gunawan.
Tribun satu‑satunya media yang ikut terbang ke ke Selat Malaka dan melihat langsung sikap provokasi yang dilakukan kapal patroli Malaysia.
“Ini baru tentara benaran. Setiap melakukan patroli harus senyap dan tidak boleh diketahui siapapun. Takutnya patroli bisa bocor dan lawan bisa menghindar, makanya kita harus tiba‑tiba terbang melakukan patroli laut melalui udara,” ujar Putut.
Saat terbang di atas perairan perbatasan Selat Malaka, tiba-tiba pilot bermanuver ke bawah dan menurunkan ketinggian. Ternyata satu kapal patroli Malaysia bersenjata lengkap tertangkap basah sedang berada di perbatasan.
Setelah mengetahui ada pesawat patroli TNI AL, kapal patroli yang berwarna dominan putih dan belum diketahui identitasnya itu, berbalik arah ke perairan mereka. Awalnya kapal ini berlayar lurus. Tapi karena menangkap radar pesawat, tiba‑tiba kapal tadi berbalik arah sebelah kiri, dan langsung menghindar.
“Jangan, biarkan saja mereka. Itu namanya provokasi. Mereka hanya melintas‑lintas di perbatasan, jika kita melakukan manuver kita yang dituduh melakukan provokasi. Lebih baik kita tetap di atas saja,” ujar Laksdya Didik.
Jenderal bintang tiga ini menduga seandainya saja tidak ada patroli udara TNI AL, bisa jadi kapal patroli Malaysia tersebut masuk ke wilayah teritorial Indonesia.
”Inilah pentingnya menjaga kerahasiaan patroli. Tidak boleh diketahui siapapun, agar setiap kapal yang masuk bisa diketahui,” katanya.
“Itu membuktikan dia jenderal pintar. Dia mengintruksikan jangan menuju ke bawah dekat kapal Malaysia. Jika itu dilakukan, bisa pesawat Indonesia yang dituduh melakukan provokasi,” ujar Putut memuji Laksdya Didik.
Di sela penerbangan sekitar dua jam terbang di atas ketinggian kurang lebih 500 kaki sampai 700 kaki, Laksdya Didik, menjelaskan patroli kemarin tidak beruntung. Tidak banyak ditemui kapal Malaysia.
“Kurang beruntung kita hari ini, sepi kapal Malaysia,” ujarnya.
Kepala Stasiun PSDKP Belawan, Mukhtar mengatakan dominan kapal Malaysia yang masuk ke wilayah Indonesia adalah kapal‑kapal besar. Menggunakan jangkar‑jangkar besar, mereka biasanya berlayar di kawasan Selat Malaka selama berhari‑hari.
“Tangkapan mereka bisa mencapai 10 ton lebih. Itu tergantung lama tidaknya mereka berlayar. Kalau untuk patroli sendiri, kapal‑kapal Malaysia biasanya tertangkap berjarak satu sampai dua hari saja. Tidak pernah lama mereka di laut lepas sudah kita tangkap,” ujarnya.
Dari pantauan udara, di laut lepas milik Indonesia banyak limbah berupa serpihan‑serpihan kayu. Limbah kayu itu terlihat seperti bercak‑bercak yang menyelimuti lautan biru. Mukhtar mengatakan limbah itu berasal dari pabrik yang sengaja diangkut kapal dan dibuat di perairan Indonesia.
Patroli dadakan menggunakan pesawat Cassa TNI AL, tidak senyaman pesawat komersial yang biasa kita nikmati. Suara deru mesin pesawat dan manuver yang dilakukan membuat mual perut. Setibanya tiba di Bandara Polonia, rombongan langsung dijemput oleh Pomal untuk menuju ke Hotel Grand Angkasa, melakukan seminar kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar