ARTHA SENNA, REPORTER GREEN RADIO
Hasil riset Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan KIARA menyebut bahwa kerusakan keanekaragaman hayati di laut Indonesia empat kali lebih parah dari wilayah daratan.
“Lewat metode pengambilan gambar memakai sistem informasi geografis, hasilnya beberapa fakta kerusakan ditemukan khususnya di 4 wilayah, yaitu teluk Jakarta, pesisir Kalimantan bagian selatan, pesisir Jawa Tengah tepatnya Semarang dan Selat Madura,” kata Abdul Halim, Koordinator Program Kiara.
Abdul Halim menambahkan, penyebab kerusakan keaneragaman hayati di lautan disebabkan karena aktifitas manusia di daratan. “Ada beban antropogenik, dimana aliran sungai yang kelaut dijadikan tempat buangan limbah. Dan kedua, pemerintah lewat kementerian terkait yang memiliki program konservasi laut mestinya dapat berkoordinasi sehingga tidak sia-sia dalam menjalankan program-programnya serta tidak bersifat sektoral. Dan ini harusnya diubah,” tandas Abdul Halim saat berbincang bersama dengan Green Radio.
Hasil riset KIARA menurut Agus Dermawan, Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Ditjen Kelautan Pesisir dan Pulau, Kementerian Kelautan dan Perikanan, memang terjadi.
“Karena sebelumnya kita fokus pada daratan. Hutan saja masih banyak yang kebocoran apalagi di lautan yang tidak kelihatan. Dari hasil penelitian LIPI juga menyebutkan hanya 30 persen terumbu karang yang sangat baik dan baik, sementara 70 persen kondisinya buruk dan sangat buruk, dan ini fakta yang harus diperbaiki,” kata Agus.
Untuk itu, kata Agus, pihaknya melakukan penyelamatan lewat program nasional rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang. “Program ini sudah dilakukan sejak 1998 lalu hingga sekarang dengan tujuan meyelematkan terumbu karang dan sudah dilaksankan di 8 provinsi dan 15 kabupaten kota di selruh Indonesia,” tandasnya.
Persoalan koordinasi antar sektor menurut Agus juga masih menjadi kendala dan hingga kini masih melakukan penyelarasan antar sektor. “Jadi sejak 2006 kita berbagi kewenangan antar Kementerian Kelautan dan Kehutanan sehingga nanti bisa mengatasi persoalan khususnya soal keanekaragaman hayati di lautan dan koordinasi ini sangat penting,” ujarnya.
Kerusakan dan kepunahan keanekargaman hayati di laut sulit termonitor, kata Antung Dedy Radiansyah, Asdep KLH Bidang Keanekaragaman hayati. “Yang harus dilakukan selain menyadarkan bagi para penambang terumbu karang untuk tidak melakukan pengambilan dengan tidak merusak lingkungan juga koordinasi antar sektor. KLH sebagai vocal point melakukan koordinasi dalam pengelolaan keanekargaman hayati antar sektor,” kata Antung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar