21 April, 2011

Kadar Klorofil Laut Turun Drastis

Penghasilan nelayan tradisional menurun drastis akibat penurunan kadar klorofil di laut. Mata rantai biota laut terancam putus

JAKARTA -Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mendesak pemerintah untuk menghentikan pembuangan limbah tambang Newmont ke laut. Saat ini, telah terjadi penurunan produktivitas laut di sekitar Teluk Senunu yang terletak di bagian selatan dan barat Pulau Sumbawa.

"Kami mendesak agar pemerintah menghentikan kontrak pembuangan limbah tambang ke laut yang dilakukan oleh Newmont," kata Manajer Kampanye Tambang dan Energi Walhi, Pius Ginting di Walhi, Jakarta, Minggu (17/4).

Data satelit Walhi menunjukan terjadi penurunan kadar klorofil di laut bagian selatan dan barat Pulau Sumbawa. Klorofil yang terkandung dalam fitoplankton merupakan rantai pertama dari mata rantai makanan untuk makhluk yang hidup di laut. Menurut Pius, penurunan fitoplankton menunjukan kualitas air laut yang memburuk,

Satelit dengan menggunakan analisis MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) merekam kadar klorofil di laut sejak November 2006 hingga Maret 2010. Gambar yang dihasilkan menunjukkan penurunan klorofil di laut sebesar 76 persen hingga 62,5 persen, yakni dari 0,5 sampai 0,8 miligram per liter menjadi 0,12 sampai 0,3 miligram per liter. "Penurunan klorofil terbesar mulai terjadi pada saat pembuangan tailing ke laut diijinkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup pada tahun 2005 hingga saat ini," jelas Pius.

Memburuknya kualitas air laut di Pulau Sumbawa juga terlihat dari peningkatan total padatan tersuspensi. Pada skala bawah, telah terjadi peningkatan sebesar 111,7 persen yaitu dari 17 menjadi 36 mg/l pada periode 2006-2010. Sementara itu, penambangan total padatan tersuspensi yang diperbolehkan oleh Marine Water Quality Criteria for ASEAN Regional adalah 10 persen per tahun.

"Penurunan kualitas laut ini menunjukan daya dukung dan daya tampung laut bagian selatan dan barat Pulau Sumbawa telah terlampaui atau tidak mencukupi lagi," kata Pius.

Ketua Dewan Nasional Walhi, Yani Sagaroa, mengatakan tindakan membuang limbah tailing ke laut sangat berdampak di masyarakat. Penghasilan nelayan menjadi sangat turun karena jumlah ikan di laut sudah menurun sangat drastis. Dalam sehari, nelayan hanya bisa mendapatkan ikan kurang lebih dua kilo jika menggunakan sampan. "Jika ingin menangkap ikan yang lebih banyak, nelayan harus mencari di tempat yang lebih jauh yaitu sekitar 70 km dari lokasi semula," kata Yani.

Selain itu, limbah tailing yang mengandung senyawa kimia yang sangat berbahaya ini juga mengganggu kesehatan warga setempat. Banyak warga yang mengeluhkan penyakit seperti bisul, penyakit kulit, rabun dalam usia muda, dan persendian yang sebelumnya mereka tidak pernah alami. (E3)

Sumber : http://www.vhrmedia.com/2010/mobile/detailmobile.php?.e=2209

Tidak ada komentar: