21 April, 2011

Ekspor Ikan Kerapu Terganggu Pencemaran


Gedong Tataan, Kompas - Mayoritas pembudidaya kerapu untuk komoditas ekspor di perairan Teluk Lampung mengeluhkan pencemaran laut oleh sampah industri dan tambak. Pencemaran ini mengakibatkan tingginya kematian kerapu.

Keluhan ini terutama dirasakan para pembudidaya yang berada di pesisir utara Kabupaten Pesawaran. Wilayah ini tidak jauh dari pusat kota Bandar Lampung dan kawasan industri di Panjang. Jaraknya hanya sekitar 7 mil laut.

Amau Tready (55), pembudidaya kerapu bebek di Pantai Ringgung, Pesawaran, Lampung, Selasa (19/4), mengatakan, kadar pencemaran tinggi biasanya terjadi pada awal serta akhir tahun, tepatnya pada peralihan musim angin barat dan angin timur.

Pada Februari–Maret lalu misalnya, sekitar 500 ikan kerapu bebek yang siap panen, berumur 11–12 bulan, di kerambanya mati akibat pencemaran. ”Karena airnya keruh, ikan kerapu jadi mudah sakit,” tuturnya.

Ia bercerita, di masa-masa peralihan angin barat itu, sampah-sampah rumah tangga dan industri yang berasal dari Bandar Lampung dan Pelabuhan Panjang terbawa arus hingga ke pesisir Kabupaten Pesawaran. Sehingga, perairan Teluk Lampung bagian utara biasanya terlihat lebih keruh.

”Yang merepotkan, karena berupa teluk yang sirkulasi arusnya kurang lancar, pencemaran lama terurainya. Sementara, kerapu sangat butuh lingkungan perairan jernih,” ungkap Khaerudin, pembudidaya kerapu lainnya di Pesawaran menceritakan tantangan budidaya kerapu.

Ia bercerita, tingkat kematian bibit kerapu bebek dan macan saat ini masih sangat tinggi. ”Bisa 50–60 persen, terutama jika bukan jenis bibit super,” ungkapnya. Siklus panennya pun sangat lama, yaitu hingga satu tahun.

Selain sampah dari kota dan kawasan industri, menurut Mulia Bangun Sitepu, Ketua Forum Komunikasi Kerapu Lampung, budidaya kerapu di Pesawaran juga terancam oleh aktivitas tambak dan sekelompok nelayan.

Tambak yang berada di dekat keramba kerapu biasa mengeluarkan zat-zat sisa pakan yang mencemari air. Sementara penggunaan bom ikan oleh sekelompok nelayan sangat merusak terumbu karang. Penggunaan potasium oleh nelayan juga berpotensi mencemari perairan.

(JON)

Tidak ada komentar: