Aktivitas kapal di Pelabuhan PT Semen Tonasa, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, kemarin.
DULU bekerja sebagai nelayan, kini banting setir menjadi buruh.Namanya Labba. Usianya menginjak 50 tahun,badannya pun terlihat mulai keriput. Labba tinggal di Biring Kassi,Desa Bulu Cindea,Kecamatan Bungoro.Rumahnya tak jauh dari PLTU Pelabuhan Biring Kassi milik PT Semen Tonasa. Dia begitu ramah saat penulis singgah di kediamannya akhir pekan lalu.Rumah panggung berukuran 4x6 meter.
Setelah menyilakan kepada penulis untuk duduk di sebuah kursi plastik,Labba mulai bercerita.Labba beralih profesi menjadi buruh bukan tanpa alasan.Populasi kepiting, ikan,dan udang sudah berkurang sehingga tak cukup alasan untuk bertahan.“Kalau dulu hasil tangkapan kepiting dan udang bisa sampai 10 kilogram, kini tinggal 5 ons, udang dan kepitingnya menjauh,” kata Labba. Dulu hasil tangkapan yang dijual di pasar sudah mampu membiayai kebutuhan sehariharinya.
Padahal beberapa tahun yang lalu,harga ikan,nelayan, dan udang masih dijual murah.Dia pun tak pernah berpikir untuk mencari pekerjaan tambahan.Namun,saat kehadiran Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT Semen Tonasa di Pelabuhan Biring Kassi beroperasi,populasi ikan,udang,dan kepiting berkurang drastis.“Kita harus mencari pekerjaan tambahan untuk melanjutkan hidup,cuma kita belum tahu apakah karena limbah sehingga ikan di laut berkurang,”ujarnya.
Labba yang siang itu ditemani istrinya,Gassi mengaku tak pernah lagi melaut.Dia menyerahkan perahu dan pukat penangkap ikannya kepada anaknya.“Jadi tinggal anak saya yang pergi melaut,dari pukul 04.00 Wita hingga pukul 08.00 wita hasilnya rata-rata 5 ons,”urainya. Ambo Tang bernasib sama. Hasil tangkapannya berkurang drastis sejak kehadiran pembangkit listrik di Pelabuhan Biring Kassi.Meski demikian, dia mengaku tetap bertahan sebagai nelayan untuk melanjutkan hidup.
“Entah sampai kapan,tetapi kalau terus begini mungkin juga saya akan mencari pekerjaan lain,”tuturnya. Dia mengaku,nelayan di sekitar Pelabuhan Biring Kassi telah lama mengeluh. Desa Bulu Cindea juga termasuk ring satu yang harus mendapatkan kepedulian dari perusahaan semen terbesar di kawasan timur Indonesia itu. Bulu Cindea bestatus sama dengan Desa Biring Ere,Bontoa, Taraweang, Mangilu,Kalabbirang .Kepedulian PT Semen Tonasa terhadap warga yang terkena dampak negatif atas hadirnya pabrik itu sangat diharapkan.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulsel, Dzulkarnain kepada wartawan SINDOmempertanyakan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) PT Semen Tonasa. Dia mengaku,selain mengakibatkan polusi udara,suara, dan situs sejarah,limbah PLTU Biring Kassi yang di buang ke laut mengakibatkan matinya karang.“Karang adalah rumah mahluk hidup di laut,termasuk terumbu karang,ikan,udang, kepiting,jadi satu ekosistem yang saling terkait,”tegas Dzulkarnain,kemarin.
Aktivis lingkungan ini mengaku,pembuangan limbah ke laut telah berdampak berkurangnya populasi ikan, udang,kepiting di Perairan Biring Kassi dan sekitarntya. Akibatnya,warga di sekitar pelabuhan yang berkerja kehilangan pekerjaan karena hasil tangkapan tak memuaskan. “Penghasilan warga di Biring Kassi berkurang dengan pembuangan limbah ke laut,dan saya kira warga di sana telah terang- terangan mengeluh terhadap dampak itu,”ujarnya.
Dzulkar kembali mencurigai keabsahan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) yang dimiliki Tonasa sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan.Selain itu, Dzulkar menyesalkan pihak Tonasa yang cenderung tidak memedulikan atas pencemaran laut yang ditimbulkan.Perusahaan kata dia,harus bertanggug jawab atas kerusakan lingkungan.Masyarakat yang mengalami dampak negatif atas kehadiran pabrik harus diberikan kompensasi maksimal alias corporate social responsibility (CSR).
“Pemerintah Pangkep seharusnya memperjuangkan warga yang terkena dampak Tonasa dengan melakukan komunikasi dengan pihak perusahaan, bukan malah meligitimasi pengrusakan lingkungan,”tegasnya. Anggota Komisi III DPRD Pangkep Abdul Rauf kepada SINDOmenegaskan,pihak PT Semen Tonasa harusnya bertanggung jawab atas segala dampak yang ditimbulkan baik di sekitar pabrik maupun di sekitar Pelabuhan Biring Kassi.“Tidak benar jika pihak Tonasa berlepas tangan dari penderitaan warga akibat debu,asap,ataupun pencemaran yang lain,”katanya.
Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) Pangkep ini meminta pihak perusahaan untuk memenuhi CSR kepada warga sekitar.Dia mengatakan,manfaat hadirnya PT Semen Tonasa bukan Cuma dirasakan oleh petinggi dan karyawan perusahaan, melainkan warga sekitar harus merasakan manfaat hadirnya semen Tonasa di Pangkep. Namun keluhan warga dibantah keras oleh Humas PT SemenTonasa, Abdul Jabbar.
Dia mengaku,limbah PLTU Biring Kassi yang mengalir ke laut tidak berpotensi merusak karang dan terumbu karang. Malahan,limbah itu berpotensi menyuburkan karang sehingga memperbayak populasi ikan dan udang. “Tidak benar,bahkan limbah itu bisa menyuburkan karang,”kilahnya.(*)
Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/388749/37/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar