GUNUNG KIDUL, KOMPAS - Paceklik ikan enam bulan terakhir di Gunung Kidul membuat sebagian besar nelayan memilih beralih profesi menjadi buruh bangunan atau petani. Mereka merantau ke sejumlah kota seiring paceklik yang salah satunya disebabkan dampak cuaca buruk.
Pada Rabu (29/12), pantai-pantai di Gunung Kidul sepi nelayan. Perahu-perahu dibiarkan teronggok di pantai. Tingginya ombak sekitar 2 meter membahayakan perahu motor tempel yang banyak digunakan nelayan Gunung Kidul.
Bahkan, angin laut yang bertiup kencang dapat menyebabkan ketinggian ombak maksimal 4 meter. ”Kalaupun nekat melaut, hasilnya sangat sedikit,” kata Ngatijo, salah seorang nelayan di Pantai Siung, Gunung Kidul, Rabu.
Di Pantai Siung, tak satu pun dari belasan perahu jukung bertenaga 15 PK yang turun melaut. Demikian pula di Pantai Wediombo dan Pantai Ngandong.
Satu-satunya pelabuhan ikan di DIY, Pelabuhan Sadeng, juga sepi nelayan. Satu pekan terakhir hanya tiga kapal berukuran bobot mati 10 ton yang melaut. Total kapal di Pelabuhan Sadeng berjumlah 87 kapal berukuran bobot mati 10 ton serta 52 kapal 15 PK.
Nelayan dengan kapal berukuran besar di Pelabuhan Sadeng yang tetap nekat melaut pun mengeluhkan rendahnya tangkapan ikan. Biasanya setiap kapal mampu menangkap 2 ton ikan tuna dalam satu minggu melaut.
Saat ini, satu kapal di Pantai Sadeng hanya bisa menangkap maksimal 1 kuintal ikan tuna per minggu. Nelayan harus melaut hingga sejauh 100 mil dari pantai, yang biasanya hanya sejauh 30 mil-40 mil.
Jauh berbeda
Tahun lalu, bulan Desember menjadi puncak musim panen ikan tuna di Pelabuhan Sadeng. Masa penghujung tahun biasanya juga menjadi puncak panenan lobster serta berbagai jenis ikan laut, seperti tengiri dan bawal.
Minimnya tangkapan lobster membuat harga beragam jenis lobster yang biasa diekspor anjlok (tidak memenuhi kuota ekspor). Harga lobster jenis mutiara, misalnya, turun dari Rp 400.000 menjadi Rp 300.000 per kilogram.
Seperti perkiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, nelayan memperkirakan cuaca buruk masih akan berlangsung hingga akhir tahun mendatang. Nelayan dengan perahu jukung hanya berani melaut sejauh 2 mil dari biasanya bisa 4 mil.
Tak hanya nelayan laut, sebagian nelayan darat yang memancing dari tebing-tebing di Gunung Kidul juga mengeluhkan sepinya ikan jenis cucut yang biasanya melimpah.
Akibat cuaca buruk, Koordinator Tim Search and Rescue Wilayah I Pantai Sadeng Subowo mulai menerjunkan semua anggota tim SAR untuk penjagaan pantai selatan sejak Kamis (30/12). Pengunjung diimbau mewaspadai ombak tinggi dan angin kencang selama berlibur di pantai, termasuk pada saat malam pergantian tahun. (WKM)
Sumber: http://cetak.kompas.com/read/2010/12/30/02594846/nelayan.jadi..buruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar