31 Desember, 2010

Memutus Mata Rantai Ilegal Fishing di P. Raam

Pulau Raam atau lebih dikenal masyarakat kota Sorong dengan sebutan Pulau Buaya...adalah sebuah pulau kecil di Kepala Burung Pulau Irian Jaya, pulau ini merupakan bagian dari daerah administrasi Kota Sorong...Penghuni Pulau ini pada umumnya (98 %) masyarakatnya adalah nelayan, namun tidak semua nelayan penghuni pulau ini menggunakan cara (teknik penangkapan) yang LEGAL, dari hasil wawancara saya dengan salah seorang warga pulau ini yang juga merupakan salah satu aparat desa, terungkap bahwa di pulau Raam biasanya menggunakan boom dalam melakukan aktifitas penangkapan...dan ini sudah berlangsung cukup lama...dan ironisnya bukan saja di lokasi mereka tapi sudah merembet bahkan sampai ke Raja Ampat, menurut saya hal ini sangat mengancam kelangsungan bidang perikanan baik di Kota Sorong, Raja Ampat maupun wilayah di sekitar Papua Barat, akan sangat ironis lagi bila kegiatan ini tidak bisa di hentikan (Bapak dan ibu sekalian bisa membayangkan dampak dari hal ini)...untuk itu saya coba menulis di millis untuk kita semua para pemerhati Perikanan dan Kelautan bagaimana caranya memutuskan benang sumbu pemicu boom di P. Raam, mohon saran dan masukan dari para pemerhati dunia perikanan...terima kasih...

From: Imam Bachtiar

Kemana aparat pemerintah ya? Pengebom ikan adalah nelayan yang serakah, bukan nelayan yang kelaparan. Buktinya, banyak nelayan jujur yang tdk mau mengebom dan tidak mati kelaparan. Jika nelayan yang serakah diberi "hadiah" tentu akan banyak nelayan jujur yang akan mencari hadiah dengan cara serakah.
IB

Dari: hery yusamandra

Menurut saya, letak pemecahan masalah memang leading sektor nya ada pada kemauan pemerintah, karena pemerintah lah yang telah dipercayakan oleh rakyat untuk mengelola (memanajemen) wilayah negeri ini. Karena besarnya sumberdaya perikanan di indonesia, itulah yang menyebankan MABUK-nya para pengusaha, pemerintah, politikus negeri ini, dan nelayan, sehingga sampai teler tidak tahu cara mengelola dengan baik, karena banyak pihak yg merasa berkepentingan utk cari untung sendiri shg lupa mengelola.

Memang masih ada orang baik di negeri ini, tapi kelas dan jumlahnya nya masih kalah dengan para pengusaha rakus, pejabat rakus, politisi rakus dan akhirnya nelayan kecil pun tak ketinggalan ikut-ikutan ambil bagian dalam kerakusan tsb.

Banyak kasus eksploitasi tanpa kontrol yang terjadi di dunia yang kalau ditelusuri hanya karena urusan bisnis, misalnya: amerika menyerang irak ternyata hanya semata karena bisnis minyak, banyak kawasan konservasi beralih fungsi jadi kawasan tambang juga karena urusan bisnis. JADI SOLUSINYA, bisnis harus dilawan dengan bisnis, artinya konservasi harus punya nilai bisnis, dan pejuang konservasi harus pintar2 dalam MARKETING kawasan konservasi tsb dgn cara-cara yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat sekitar. Bagaimana Caranya.....? mungkin salah satunya dengan kolaboratif management, tapi dlm berkolaboratif itu sendiri juga adalah masalah tersendiri. Jadi seperti disampaikan sebelumnya kuncinya hanya terletak pada KEMAUAN saja. MAU atau TIDAK...???

Hery Yusamandra

Dari:

Terima Kasih Bapak2 yang telah menyumbangkan pemikirannya untuk pemecahan masalah ini...

Pak Hery dan Pak Imam Bachtiar benar ...memang hanya orang rakuslah yang bertindak tanpa memikirkan orang lain, hanya orang rakuslah yang mengekploitasi alam tanpa memikirkan kelangsungan alam itu sendiri....

Oya Bapak2 Pemerhati Kelangsungan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, setelah saya menulis wacana ini di milis coremap2, dan membaca saran2 dari Bapak2 yang terhormat pernah juga saya diskusi dengan seorang teman yang juga berkecimpun di coremap2 Raja Ampat (Pak Nasar), beliu pernah tawarkan solusi secara internal dari keluarga pelaku ILEGAL FISHING tersebut, yakni mencari (mengidetifikasi) dedengkot pelaku dan salah satu anaknya di beri beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di bidang perikanan dan kelautan, dan terus dipantau dan diberi pengertian betapa pentingnya sumberdaya ini untuk kelangsungan hidup banyak orang...
Tapi pertanyaannya ....mungkinkah ini mustahil....?? Siapa yang bersedia melakukan itu.....??? Atau kalau ada dana dari KKP untuk keluarga nelayan, mengapa ini bukan merupakan subjek yang tepat...???

marilah kita pikirkan bersama....mudah-mudahan ada solusi yang efektif, efisien dan proporsional...


Tidak ada komentar: