JAKARTA - Konsep pembangunan minapolitan yang diusung Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terancam gagal. Selain karena berjumlah banyak, infrastruktur perikanan rakyat, permodalan, dan subsidi menjadi kendala serius yang mengadang.
Tidak saja soal jumlah minapolitan yang mencapai 24 titik, tetapi prioritasnya yang keliru. Lingkungan rusak, tata produksi timpang, biaya produksi tinggi, dan pengawasan yang lemah membuat minapolitan bisa saja gagal," kata Riza Damanik, sekretaris jenderal (sekjen) Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kara) kepada Investor Daily di Jakarta, Selasa (2/11).
Pengembangan kawasan minapolitan merupakan konsep pembangunan berbasis kawasan atas sejumlah komoditas kelautan dan perikanan unggulan seperti lele, bandeng, patin, kerapu, rumput laut, dan perikanan tangkap. Pengembangan yang diusung KKP itu mewajibkan nelayan dan pelaku usaha swasta di sektor tersebut berada di kawasan yang sama.
Di kawasan itu didirikan pabrik pengolahan yang bertujuan menampung hasil produksi nelayan. Lewat konsep pengembangan minapolitan berbasis kawasan tersebut biaya operasi nelayan maupun pelaku usaha swasta lainnya bisa lebih murah.
Riza Damanik mengatakan, koordinasi antara pemerintah pusat (KKP) dan pemerintah daerah dimana minapolitan berada juga lemah. Kondisi itu memperburuk kinerja sektor perikanan dan kelautan, padahal sektor tersebut menjadi primadona baru sejalan dengan tujuan pembangunan berorientasi maritim. Koordinasi pemerintah yang lemah tampak dari lambatnya pencairan paket bantuan dana tunai bagi pembudidaya di daerah. Padahal, bantuan tunai berupa paket itu berasal dari anggaran belanja tahunan KKP 2010.
"Bayangkan saja jika hingga November anggaran belum cair, maka program minapolitan gagal," kata Riza.
Tetap Primadona
Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad memastikan, program minapolitan tetap menja-di primadona kementerian itu untuk menggencot produksi ikan nasional.
Menurut Fadel, target menjadi produsen ikan nomor I dunia tahun 2015 hanya bisa ditempuh dengan cara menggenjot perikanan tangkap dan memperbesar kapasitas produksi perikanan budidaya.
Fadel menegaskan, pihaknya sudah mengalokasikan anggaran, belanja tahunan KKP tahun 2011 yang cukup besar untuk minapolitan. Pencairan dana bantuan tahun 2011 pun dipastikan bisa lebih cepat, dan diperkirakan terjadi awal pada tahun.
"Pengalaman tahun ini bisa dijadikan pelajaran agar pencairan dana tahun depan tepat waktu. Yang pasti, minapolitan tetap menjadi andalan meningkatkan produksi," tegas Fadel.
"Dari dulu kami sudah mendengar minapolitan ikan lele di Boyolali, tetapi tidak ada perkembangan yang signifikan. Minimal, berdiri sebuah pabrik-pengolahan untuk industri hilirnya, sayang, itu pun tak pernah ada," kata Muqowan, belum lama ini. Muqowan mengkritik KKP yang dinilainya hanya bagus pada tataran konsep namun tidak memberi hasil yang maksimal pada penerapannya.
Akhmad Muqowan menambahkan, konsep pengembangan minapolitan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi geografis setempat Kendala alam misalnya, kata Muqowan, bisa menjadi hambatan keberhasilan program tersebut Selain itu, KKP diharapkan tidak terlalu membelanjakan banyak anggaran tahunan kementerian itu pada minapolitan. (jjr)
Sumber: http://bataviase.co.id/node/443995
Tidak ada komentar:
Posting Komentar