Pembangunan Terusan Khatulistiwa Sudah Disampaikan Ke Presiden
Gagasan para gubernur se-Sulawesi untuk membangun Terusan Khatulistiwa yang menghubungkan Teluk Tomini dan Selat Makassar di Sulawesi Tengah sudah disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad, kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Presiden mengatakan bahwa rencana itu akan diperhatikan," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah, Hasanuddin Atjo, Selasa, mengutip pernyataan Menteri KP Fadel Muhammad saat menerima Gubernur Sulawesi Tengah HB. Paliudju di Jakarta, pekan lalu.
Menurut dia, gagasan membangun terusan Khatulistiwa ini dicetuskan Fadel Muhammad yang saat itu masih menjabat Gubernur Gorontalo dalam pertemuan para gubernur se-Sulawesi di Palu awal 2008.
Semula, kata Hasanuddin, Bappenas dan Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan mendukung usulan Pemprov Sulteng membangun terusan ini. Kedua lembaga itu menyediakan dana dan tenaga ahli untuk menyusun rencana strategis (renstra) pembangunan Terusan Khatulistiwa bersamaan dengan renstra pengelolaan Teluk Tomini secara komprehensif yang melibatkan tiga provinsi di Sulawesi, yakni Sulawesi Utara (Sulut), Gorontalo, dan Sulteng dan studi kelayakannya.
"Namun karena Bappenas sekarang telah berganti pemimpin (menteri), maka perlu pendekatan-pendekatan baru untuk meminta dukungan dana pembuatan renstra dan study kelayakan," ujarnya. Dia menambahkan bahwa yang ada saat ini baru kajian-kajian umum saja.
Hasanuddin menjelaskan, Terusan Khatulistiwa akan dibangun antara Desa Tambu, Kabupaten Donggala ke Desa Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong, keduanya di Provinsi Sulteng.
Ada dua alternatif terusan yang paling memungkinkan, yakni alternatif pertama jalur sepanjang 28 kilometer dan lebar 200 meter dengan ketinggian gunung 70 meter, sehingga volume material yang akan disingkirkan mencapai dua juta meter kubik.
Alternatif kedua adalah terusan sepanjang 18,5 kilometer, lebar 200 meter dan ketinggian gunung 450 meter dengan jumlah material yang akan digali mencapai tiga juta meter kubik.
Hasanuddin mengaku belum ada hitungan dana pengerukkannya, namun soal dana bukan masalah besar karena material yang akan digali berupa tanah, batu, dan pasir memiliki nilai ekonomis tinggi untuk diekspor. Ini pasti menarik bagi investor, katanya.
"Material tanah di kawasan itu juga mengandung emas dan rakyat di sana sudah mulai melakukan penambangan," katanya.
Karena itu, tambah Hasanuddin, Gubernur HB. Paliudju saat bertemu Menteri KKP mengusulkan agar KKP membantu Sulteng mencarikan investor untuk mega proyek ini.
Terusan Khatulistiwa ini, katanya, memiliki fungsi strategis baik dalam bidang ekonomi maupun pertahanan dan keamanan nasional.
Di bidang ekonomi akan memperlancar perhubungan (memperpendek jarak pelayaran) antara Indonesia bagian barat dan timur, sehingga akan menekan biaya ekonomi tinggi.
"Kami sudah mengkalkulasi bila terusan ini beroperasi, maka jarak pelayaran dari Indonesia bagian timur ke barat atau sebaliknya akan diperpendek sekitar 200 mil. Bila setiap tahun ada 1.000 kapal lewat di terusan ini, maka penghematan bahan bakar yang akan diperoleh mencapai Rp1,9 triliun," katanya.
Di bidang Hankamnas, terusan ini akan meningkatkan pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II di Selat Makassar dan Laut Sulawesi serta ALKI II di Teluk Tomini sampai Laut Banda.
"Masih banyak lagi manfaat strategis lainnya jika terusan tersebut beroperasi. Karena itu Pemerintah Provinsi Sulteng terus mendorong agar mega proyek ini bisa terealisasi dalam waktu yang tidak terlalu lama," katanya.
Dia menambakan, kalau di Jawa sekarang ada jembatan Madura dan akan menyusul jembatan Selat Sunda ke Sumatra, maka Indonesia Timur butuh Terusan Katulistiwa untuk mempercepat pembangunan di kawasan yang masih tertinggal ini.
http://www.beritadaerah.com/news.php?pg=berita_sulawesi&id=22512&sub=column&page=1
Gagasan para gubernur se-Sulawesi untuk membangun Terusan Khatulistiwa yang menghubungkan Teluk Tomini dan Selat Makassar di Sulawesi Tengah sudah disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad, kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Presiden mengatakan bahwa rencana itu akan diperhatikan," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah, Hasanuddin Atjo, Selasa, mengutip pernyataan Menteri KP Fadel Muhammad saat menerima Gubernur Sulawesi Tengah HB. Paliudju di Jakarta, pekan lalu.
Menurut dia, gagasan membangun terusan Khatulistiwa ini dicetuskan Fadel Muhammad yang saat itu masih menjabat Gubernur Gorontalo dalam pertemuan para gubernur se-Sulawesi di Palu awal 2008.
Semula, kata Hasanuddin, Bappenas dan Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan mendukung usulan Pemprov Sulteng membangun terusan ini. Kedua lembaga itu menyediakan dana dan tenaga ahli untuk menyusun rencana strategis (renstra) pembangunan Terusan Khatulistiwa bersamaan dengan renstra pengelolaan Teluk Tomini secara komprehensif yang melibatkan tiga provinsi di Sulawesi, yakni Sulawesi Utara (Sulut), Gorontalo, dan Sulteng dan studi kelayakannya.
"Namun karena Bappenas sekarang telah berganti pemimpin (menteri), maka perlu pendekatan-pendekatan baru untuk meminta dukungan dana pembuatan renstra dan study kelayakan," ujarnya. Dia menambahkan bahwa yang ada saat ini baru kajian-kajian umum saja.
Hasanuddin menjelaskan, Terusan Khatulistiwa akan dibangun antara Desa Tambu, Kabupaten Donggala ke Desa Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong, keduanya di Provinsi Sulteng.
Ada dua alternatif terusan yang paling memungkinkan, yakni alternatif pertama jalur sepanjang 28 kilometer dan lebar 200 meter dengan ketinggian gunung 70 meter, sehingga volume material yang akan disingkirkan mencapai dua juta meter kubik.
Alternatif kedua adalah terusan sepanjang 18,5 kilometer, lebar 200 meter dan ketinggian gunung 450 meter dengan jumlah material yang akan digali mencapai tiga juta meter kubik.
Hasanuddin mengaku belum ada hitungan dana pengerukkannya, namun soal dana bukan masalah besar karena material yang akan digali berupa tanah, batu, dan pasir memiliki nilai ekonomis tinggi untuk diekspor. Ini pasti menarik bagi investor, katanya.
"Material tanah di kawasan itu juga mengandung emas dan rakyat di sana sudah mulai melakukan penambangan," katanya.
Karena itu, tambah Hasanuddin, Gubernur HB. Paliudju saat bertemu Menteri KKP mengusulkan agar KKP membantu Sulteng mencarikan investor untuk mega proyek ini.
Terusan Khatulistiwa ini, katanya, memiliki fungsi strategis baik dalam bidang ekonomi maupun pertahanan dan keamanan nasional.
Di bidang ekonomi akan memperlancar perhubungan (memperpendek jarak pelayaran) antara Indonesia bagian barat dan timur, sehingga akan menekan biaya ekonomi tinggi.
"Kami sudah mengkalkulasi bila terusan ini beroperasi, maka jarak pelayaran dari Indonesia bagian timur ke barat atau sebaliknya akan diperpendek sekitar 200 mil. Bila setiap tahun ada 1.000 kapal lewat di terusan ini, maka penghematan bahan bakar yang akan diperoleh mencapai Rp1,9 triliun," katanya.
Di bidang Hankamnas, terusan ini akan meningkatkan pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II di Selat Makassar dan Laut Sulawesi serta ALKI II di Teluk Tomini sampai Laut Banda.
"Masih banyak lagi manfaat strategis lainnya jika terusan tersebut beroperasi. Karena itu Pemerintah Provinsi Sulteng terus mendorong agar mega proyek ini bisa terealisasi dalam waktu yang tidak terlalu lama," katanya.
Dia menambakan, kalau di Jawa sekarang ada jembatan Madura dan akan menyusul jembatan Selat Sunda ke Sumatra, maka Indonesia Timur butuh Terusan Katulistiwa untuk mempercepat pembangunan di kawasan yang masih tertinggal ini.
http://www.beritadaerah.com/news.php?pg=berita_sulawesi&id=22512&sub=column&page=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar