06 Juli, 2010

AS Teliti Misteri Bawah Laut Sulut

Bitung, Misteri alam bawah laut sejumlah daerah di Sulawesi Utara (Sulut), ternyata
mengundang rasa penasaran Pemerintah Amerika (AS) untuk melakukan penelitian.
Tak tanggung-tanggung, kapal penelitian bawah laut tercanggih saat ini,
didatangkan guna meneliti alam bawah laut di Kota Bitung, Kepulauan Sangihe,
Talaud dan Sitaro.

Negeri superpower yang dipimpin Presiden Barack Obama pun telah mengerahkan NOAA
(National Oceanic and Atmospheric Administration) United States Departemen of
Commerce, datang ke Sulut via Kota Bitung. Malah Duta Besar AS untuk Indonesia,
Mr Cameroon Hume, datang langsung menemui petinggi daerah ini, di Kota Bitung,
Rabu (23/06) kemarin.

Kedatangan Hume disambut Gubernur Sulut Drs Sinyo Harry Sarundajang, didampingi
Sekkot Bitung, Maximilian Jonas Lomban SE MSi, serta kalangan Muspida Sulut dan
Bitung di Pelabuhan Nusantara. Dalam sambutannya, Gubernur Sarundajang
menyatakan sangat mendukung penuh rencana pihak NOAA untuk meneliti perairan
Sulut. “Kita perlu berbangga, sebab dalam melakukan penelitian, pihak NOAA ini
tidak sembarangan. Hal ini adalah merupakan perwujudan dari kunjungan saya ke AS
lalu terkait Sail Bunaken,” tukas gubernur sembari berharap Sulut dan Bitung
mendukung pelaksanaan penelitian bawah laut ini.

Sementara Dubes Cameroon Hume dalam sambutannya, mengakui adanya penelitian dari
pihak NOAA. “Ini sangat bermanfaat demi melihat akan potensi alam bawah laut
Sulut ini, apakah mempunyai ekosistem yang unik dan menarik, serta akan juga
mengetahui yang mungkin belum diketahui oleh masyarakat Sulut serta Indonesia,”
ujarnya.
Lebih dari itu, kata dia, penelitian yang dilakukan NOAA melalui Kapal Okeanos
Explorer NOAA, diharapkan dapat menemukan fitur geologi yang belum ditemukan dan
organism hidup yang belum pernah terlihat sebelumnya, serta keragaman hidup
dalam ekosistem laut mencakup berbagai spesies baru yang dapat mengahasilkan
obat-obatan penting dan produk berguna lainnya.

Selain itu juga, Cameroon menambahkan bahwa operasional Kapal Okeanos Explorer
tak hanya memonitor akan ekosistem laut saja. “Melainkan informasi terkait
kemungkinan meramalkan gempa bumi dan tsunami, serta termasuk dampak yang akan
dirasakan manusia dari system laut terkait pengaruh perubahan iklim dan atmosfer
bumi, juga akan diketahui oleh kapal yang sangat diakui kecanggihannya,”
pungkasnya.
Sedangkan David Mc Kinnie dari Liaison Officer NOAA menjelaskan, kapal Okeanos
Explorer (OE) merupakan jenis baru kapal penelitian yang akan mengelilingi dunia
akan memetakan dasar laut dan menggolongkan secara luas wilayah laut dan
samudera yang masih belum diketahui. Menurutnya, salah satu keistimewaan dari
kapal ini, yaitu dapat melihat dasar laut dengan memakai alat multibeam sonar
mapping, yaitu alat canggih yang dapat menggambarkan secara jelas perairan
laut.

Kinnie menambahkan, berbagai tempat akan dieksplorasi lebih jauh dengan Remotely
Operated Vehicle (ROV) yaitu alat yang dapat melakukan perjalanan hingga
kedalaman 4.000 meter (13.123 kaki). Alat ini dapat merekam kondisi bawah laut
dan langsung dikirimkan dari ROV ke kapal hingga ke darat dalam waktu yang riil.
Teknologi ini disebut Telepresence V-Sat Kapal yang dapat mengirimkan informasi
dengan sambungan internet berkecepatan tinggi.

Selain itu, lanjut Kinnie, kapal ini memiliki pemetaan 3 dimensi serta lambung
tersusun dari jenis pemetaan multibeamnya,yang akan memproduksi peta-peta dasar
laut beresolusi tinggi. Peta-peta yang akan digunakan untuk mengidentifikasikan
cirri-ciri dasar laut yang unik untuk diselidiki lebih lanjut, dan akan
memberikan peta jalan untuk mengeksplorasi tempat-tempat khusus dengan alat yang
dioperasikan dari jarak jauh dengan alat ROV ini.

Kinnie menjelaskan juga, Kapal OE ini, merupakan kapal NOAA yang memiliki alat
ROV permanen yang membuat kapal ini lebih memudahkan ROV sampai kapanpun. Di
samping itu juga di kapal OE ini terdapat ruang kendali tergabung untuk
mengoperasikan ROV dan menjalankan komunikasi telepresence. Yakni memiliki layar
dan computer yang secara permanen tersambung ke kapal yang membuatnya lebih
efisien dalam mempertahankan eksplorasi jarak jauh di daerah-daerah terpencil di
dunia.
Perlu diketahui bahwa kapal OE ini, sebelumnya adalah kapal Angkatan Laut (AL)
Amerika Serikat bernama Capable, yaitu sebuah kapal kelas T-Agos. Yang kemudian
pada tahun 2004 NOAA mendapatkan kapal ini dan melakukan perubahan pada tahun
2005. Kapal ini diberi nama oleh tim yang terdiri dari lima siswa Woodstock High
School di Woodstock.

Terkait spesifikasi kapal, menurut Kinnie bahwa kapal ini mempunyai panjang 224
kaki, lebar 43 kaki, sarat kapal 17 kaki, berat kapal saat muatan penuh 2.312
it, berat kapal saat kosong 1.616 it, kecepatan 10 knot, garis merkah 9.600 mil
laut, ketahanan 40 hari, nomor lambung R337, huruf panggilan WTHD, 6 petugas uji
kelayakan, 3 insinyur berlisensi, crew 18, 19 personel missil, diluncurkan 28
Oktober 1988, dialihkan ke NOAA: 10 September 2004 dan diuji tanggal 13 Agustus
2008, serta diproduksi oleh VT Halter Marine, AS.

Marini Lusia Aray
Database Walhi Sulut

1 komentar:

Sunggoro Trirahardjo mengatakan...

Terlepas dari aspek ilmiah yang akan diteliti, tetap kewaspadaan harus disertakan, mengingat banyak sekali plasma nutfah asli Indonesia yang "dilarikan" oleh orang asing.