”Dikhawatirkan, perubahan kenaikan suhu laut tidak berjalan secara pelan-pelan sehingga terumbu karang yang tersisa tidak adaptif,” kata Kepala Pusat Penelitian Oseanografi pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Suharsono, Rabu (19/5) di Jakarta.
Menurut Suharsono, luas tutupan terumbu karang saat ini diperkirakan masih mencapai 45.000 kilometer persegi. Sebanyak 24 persen terumbu karang masih tergolong baik, selebihnya dalam kondisi tidak baik.
Fenomena alam yang menyebabkan kenaikan suhu muka laut antara 0,5 hingga 1,6 derajat celsius di atas normal berdampak pada rusaknya terumbu karang. Menurut Suharsono, terumbu karang di perairan barat Sumatera hingga Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi saat ini mengalami pemutihan massal.
Peneliti terumbu karang pada Balai Riset dan Observasi Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan Elvan Ampou mengatakan, metode pengembangan budidaya terumbu karang sejak 2007 dilakukan melalui program ”Bioreef”.
”Program ini memiliki metode penumbuhan terumbu karang pada substrat yang kami sediakan dengan tempurung kelapa di
Setelah terumbu karang tumbuh di media tempurung kelapa, baru dipindahkan ke lokasi tertentu, antara lain di lokasi bekas pengeboman ikan, lokasi eksploitasi berlebih, atau yang terkena pemutihan massal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar