31 Mei, 2010

Limbah Batu Bara Cemari Sungai

Sungai Sekalo Tumpuan Hidup Warga

Senin, 31 Mei 2010 | 04:11 WIB

Jambi, Kompas - Aktivitas tambang batu bara di Desa Suo-suo, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Jambi, membendung dan memindahkan aliran Sungai Sekalo sepanjang 500 meter. Pembuangan limbah tambang juga dilakukan secara langsung ke sungai sehingga warga terkena penyakit gatal-gatal.

Berdasarkan hasil pemantauan Kompas, Sabtu (29/5), bekas penambangan batu bara yang dilakukan PT Dwi Gita Mandiri (DGM) tepat berada di badan Sungai Sekalo, yang merupakan anak Sungai Batanghari. Aliran air Sungai Sekalo selebar hampir 20 meter itu dibendung dan dialihkan ke sungai buatan selebar 10-15 meter di sebelah timur. Pengalihan aliran sungai tersebut, menurut warga, terjadi sejak dua bulan lalu.

”Alirannya dialihkan oleh perusahaan penambangan karena diketahui ada banyak kandungan batu bara di bawah sungai yang lama ini,” ujar Marzuki (45), warga Suo-suo, Sabtu lalu.

Menurut Marzuki, pihak perusahaan sebelumnya sepakat dengan masyarakat bahwa penambangan hanya akan dilakukan berjarak minimal 100 meter dari sungai. Belakangan diketahui oleh masyarakat bahwa ternyata penambangan dilakukan persis memakan badan sungai dan bahkan sampai berakibat terjadi pemindahan alur sungai.

Pengalihan alur sungai sepanjang 500 meter itu pun mengakibatkan penggundulan hutan karet milik masyarakat. Sisa-sisa tanaman karet dan kayu keras lainnya yang tumbang berserakan di sepanjang pinggir sungai. Lahan dibeli dari warga seharga Rp 10 juta per hektar.

Kepala Desa Suo- suo Zulita membenarkan aktivitas tambang batu bara telah menutup aliran Sungai Sekalo. Pengalihan sungai yang dilakukan tanpa izin warga desa menimbulkan protes. Tidak hanya itu, masyarakat juga mengeluhkan pembuangan limbah asam tambang secara langsung ke sungai buatan yang berjarak 15 meter dari lokasi penambangan.

Kepala Kantor Lingkungan Hidup Tebo Supadi, Minggu malam, mengatakan, pemindahan sungai tersebut tidak memiliki izin dari pemerintah kabupaten.

Tumpuan hidup

Warga Suo-suo lainnya, Hamsyik, menambahkan, masyarakat mandi, minum, dan memasak dengan memanfaatkan air dari Sungai Sekalo. Pembuangan air limbah tambang batu bara secara langsung ke sungai mengakibatkan sebagian warga mengalami gatal-gatal setelah mandi. Air sungai berubah agak kehitaman. Warga harus mengendapkan air terlebih dahulu sebelum dimasak agar kekeruhan air berkurang. Namun, air minum yang telah dimasak tetap terasa agak kelat.

Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Jambi Yanuar Fitri mengatakan, pengalihan aliran sungai untuk aktivitas tambang harus melalui analisis mengenai dampak lingkungan dalam proses perizinan, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi. Pengalihan aliran sungai juga tidak boleh menimbulkan kerugian di masyarakat.

Selain itu, air limbah asam batu bara harus terlebih dahulu diproses dalam instalasi pengolahan air limbah agar tidak mencemari biota dalam sungai dan meracuni manusia. ”Perusahaan wajib membuat tiga bak instalasi, yaitu bak pengendapan, bak proses, dan bak indikator, supaya air yang masuk ke sungai tidak mencemari lingkungan dan aman ketika dimanfaatkan manusia,” ujarnya. (ITA).

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/05/31/04114339/..limbah..batu.bara.cemari.sungai

Tidak ada komentar: