03 April, 2010

Terumbu Karang Mati, Dunia Dilanda Kemiskinan, Kelaparan dan Ketidakstabilan Politik


foto

Terumbu karang

TEMPO Interaktif, West Palm Beach - Terumbu karang tengah sekarat. Sebuah bencana besar tengah menanti bila binatang-binatang kecil itu mati secara bersamaan. Gagasan ini amat mengkhawatirkan para ilmuwan maupun pemimpin negara di seluruh dunia.

Terumbu karang adalah bagian dari fondasi rantai makanan laut. Hampir separuh ikan yang menjadi sumber pangan dunia menghuni gugusan karang yang dibentuk oleh binatang tersebut. Miliaran orang di seluruh dunia, bahkan diperkirakan di Asia saja terdapat satu miliar orang yang menggantungkan hasil laut sebagai sumber pangan dan kehidupan mereka.

Jika terumbu karang musnah, para pakar memperkirakan, tinggal tunggu waktu saja dunia akan dilanda kelaparan, kemiskinan, dan ketidakstabilan politik. "Seluruh bangsa akan terancam eksistensinya," kata Carl Gustaf Lundin dari International Union for the Conservation of Nature.

Banyak studi memprediksi terumbu karang di seluruh dunia tengah menuju kepunahan, terutama disebabkan oleh pemanasan global, polusi, dan pengembangan kawasan pantai. Namun beragam aktivitas manusia, seperti penggunaan kapal pukat yang menyapu dasar laut sampai perdagangan internasional perhiasan dan suvenir yang terbuat dari koral, juga memperparah kondisi terumbu karang di dunia.

Sedikitnya 19 persen terumbu karang dunia telah hancur, sebagian di antaranya adalah terumbu karang di Karibia. Dalam 20 tahu mendatang, diperkirakan 15 persen terumbu karang lainnya akan mengalami nasib yang sama, kata badan iklim Amerika Serikat, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).

Kent Carpenter, pengajar di Old Dominion University sekaligus direktur sensus spesies laut dunia, memperingatkan bahwa jika pemanasan global berlanjut tanpa terkendali, seluruh koral di dunia akan punah dalam waktu 100 tahun. "Anda bisa menyatakan bahwa hancurnya seluruh ekosistem laut bisa jadi merupakan salah satu konsekuensi dari hilangnya koral," kata Carpenter. "Ini akan menjadi efek beruntun yang amat dahsyat bagi seluruh kehidupan di dalam laut."

Beraneka warna dan bentuk, terumbu karang bukanlah batu tak bernyawa. Mereka terbentuk dari puluhan hingga ratusan makhluk hidup yang mengeluarkan cangkang luar dari kalsium karbonat yang keras. Begitu binatang itu mati, struktur batuan itu pun perlahan terkikis. Hilangnya terumbu karang akan membuat ikan kehilangan tempat untuk berkembang biak dan mencari makan.

Para pakar menyatakan bahwa pengurangan emisi karbon dapat menahan laju kenaikan temperatur dan pengasaman air laut. Pendeklarasian beberapa terumbu karang tertutup bagi penangkapan ikan maupun penyelaman. Selain itu, pengendalian pengembangan kawasan pesisir dan polusi dapat membantu melestarikannya atau paling tidak menahan gelombang.

Florida, misalnya, memiliki zona bebas penangkapan ikan terbesar di Amerika Serikat. Di dalam maupun di sekitar Taman Nasional Dry Tortugas, sebuah gugusan kepulauan dan terumbu karang seluas 360 kilometer persegi di lepas pantai Key West itu, terlarang bagi penangkapan ikan.

Banyak nelayan yang menentang larangan penangkapan ikan tersebut. Berbagai kebijakan lingkungan lainnya juga menemui rintangan baik di tingkat negara bagian, lokal, nasional, maupun internasional. Pekan lalu, Convention on the International Trade in Endangered Species (CITES) di Doha, Qatar, juga gagal meloloskan sejumlah proposal yang diajukan oleh Amerika Serikat dan Swedia untuk membatasi perdagangan internasional beberapa spesies koral.
Jika terumbu karang lenyap, ikan kakap maupun kerapu, yang biasa kita makan, pun akan tinggal kenangan. Tiram, kerang, dan banyak binatang lainnya yang amat penting bagi sumber pangan manusia juga akan menderita. Pada akhirnya, industri perikanan juga bakal gagal memenuhi permintaan akan ikan dan bahan pangan dari laut lainnya. "Ikan akan menjadi barang mewah," kata Cassandra deYoung dari Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa. "Saat ini, sekitar satu miliar orang mengalami kelaparan, dan masalah ini akan memperburuk situasi tersebut. Kita tak akan bisa mempertahankan ketahanan pangan di seluruh dunia."

Bukan hanya bencana kelaparan, matinya terumbu karang juga akan menghantam perekonomian banyak negara. Industri perikanan laut menyediakan lapangan kerja bagi sedikitnya 38 juta orang di seluruh dunia. Menurut PBB, 162 juta orang lainnya juga terlibat dalam industri itu secara tidak langsung.

Selain menarik ikan karang untuk bertempat tinggal di sekitarnya, terumbu karang memikat para penyelam dan turis ke berbagai resor tepi laut di Florida, Hawaii, Asia Tenggara, dan Karibia serta membantu memelihara pantai pasir halus dunia dengan menyerap energi gelombang agar tak menghantam pantai terlalu keras. Tanpa terumbu karang, restoran dan bisnis lain yang bergantung pada kegiatan wisata akan ambruk.

Banyak negara Karibia yang hampir separuh produk nasionalnya berasal dari para pendatang dan wisatawan yang mencari pengalaman bawah laut Karibia yang kaya akan terumbu karang. Orang dari seluruh dunia harus menanggung dampak bila terumbu karang musnah. Pasalnya, beberapa jenis spesies koral dan organisme laut yang menggantungkan kehidupannya pada terumbu karang adalah sumber bahan baku industri farmasi untuk mengembangkan obat kanker, arthritis, dan virus.

"Dunia tanpa terumbu karang sama sekali tak terbayangkan," kata Jane Lubchenco, seorang ahli biologi kelautan yang mengepalai NOAA. "Terumbu karang adalah sumber pangan, obat, dan kehidupan yang amat berharga bagi ratusan ribu orang di seluruh dunia. Mereka juga tempat spesial untuk beristirahat dan rekreasi bagi ribuan orang lainnya. Keindahannya yang eksotis dan keanekaragamannya adalah harta karun dunia."

TJANDRA DEWI |

Tidak ada komentar: