Terumbu karang merupakan ekosistem yang paling beragam di planet ini. Ahli Biologi kelautan Fleur Van Duyl dari Royal Royal Netherlands Institute for Sea Research terpesona oleh energi anggaran yang mendukung terumbu karang di lingkungan ini. Ia menemukan bahwa spons Halisarca caerulea mengkonsumsi karbon sebanyak setengah dari berat badan mereka sendiri setiap hari, namun mereka tidak pernah tumbuh.
Spons ini yang hidup di dalam rongga yang gelap di bawah karang, dan 90% dari makanan mereka terdiri dari karbon organik terlarut, yang tidak termakan oleh sebagian besar penghuni terumbu lainnya.
Lalu apa yang spons lakukan pada karbon sebanyak itu? Apakah mereka benar-benar mengkonsumsi banyak karbon, atau ada masalah dengan pengukuran yang dilakukan De Goeij’s? Dia mencari tahu di mana karbon akan kembali dan menerbitkan penemuannya bahwa spons merupakan salah satu hewan yang memiliki kemampuan pembelahan sel tercepat yang pernah diukur, dan bukannya tumbuh mereka membuang sel yang dihasilkannya.
Intinya, spons mendaur ulang karbon yang seharusnya dapat hilang ke dalam terumbu. De Goeij menerbitkan penemuannya pada 13 November 2009 di The Journal of Experimental Biology.
Dalam perjalanan ke Antillen Belanda De Goeij mulai melakukan penyelaman untuk mengetahui berapa banyak karbon yang dikonsumsi oleh spons. “Tempatnya sangat gelap dan secara teknis sulit untuk bekerja dalam rongga,” papar De Goeij.
Tim ini berhasil mengumpulkan spons, menempatkan mereka di ruang kecil dan menambahkan 5 – bromo-2′-deoxyuridine (BrdU). BrdU masuk ke dalam DNA dan akan membelah sel,” papar De Goeij, “sehingga sel-sel yang membawa label BrdU harus membelah, atau telah dibelah, karena molekul ini ditambahkan ke air spons, dan sel-sel hanya dapat membelah jika mereka menyerap karbon.
De Goeij mendiskusikan hasil deteksi BrdU dengan ayahnya, biokimiawan Anton De Goeij. De Goeij Sr menawarkan lebih baik berdiskusi dengan Bert Schutte di Maastricht, yang telah mengembangkan sistem deteksi BrdU untuk digunakan dalam terapi kanker. Mungkin dia bisa membantu De Goeij Jr menemukan bukti pembelahan sel dalam spons.
Mengambil sampel di laboratorium patologi Maastricht, De Goeij akhirnya bisa mendeteksi label BrdU dalam sel spons. Hebatnya, setengah dari choanocyte (sel penyaring) pada spons merupakan sel-sel yang telah membelah. Siklus pembelahan sel choanocyte adalah fenomena pendek yaitu 5.4 jam. “Waktu tersebut bahkan lebih cepat daripada kemampuan kebanyakan bakteri membelah diri,” kata De Goeij.
Spons mampu mengambil jumlah karbon organik dalam jumlah besar seperti yang telah diukur oleh De Goeij. Tetapi kemana perginya karbon yang diserap jika spons tidak mengalami pertumbuhan. De Goeij berusaha untuk melihat apakah sel-sel mati dan hilang, tetapi ia tidak bisa menemukan bukti kematian sel.
De Goeij tahu bahwa ia telah melihat beberapa sel yang longgar, dan berpikir bahwa mereka artefak dari pemotongan sampel, tetapi ketika ia dan rekan-rekan Departemen Patologi kembali dan melihat sampel, De Goeij menyadari bahwa itu merupakan hasil pembelahan sel choanocytes. Dan kemudian De Goeij teringat tumpukan kecil material berwarna cokelat yang ia temukan di sebelah spons di pjok akuarium setiap pagi.
Spons itu rupanya telah membelah menghasilkan sel yang baru, dan penghuni terumbu lainnya sekarang bisa mendapat makanan. ‘Halisarca caerulea adalah pendaur ulang energi bagi terumbu karang dengan cara membalik energi yang tidak dapat digunakan oleh organisme terumbu karang manapun (karbon organik) menjadi energi yang dapat digunakan oleh banyak organisme di sana (sel choanocytes tua yang dilepaskan spons), “papar De Goeij.
Sumber: http://www.sciencedaily.com
Spons ini yang hidup di dalam rongga yang gelap di bawah karang, dan 90% dari makanan mereka terdiri dari karbon organik terlarut, yang tidak termakan oleh sebagian besar penghuni terumbu lainnya.
Lalu apa yang spons lakukan pada karbon sebanyak itu? Apakah mereka benar-benar mengkonsumsi banyak karbon, atau ada masalah dengan pengukuran yang dilakukan De Goeij’s? Dia mencari tahu di mana karbon akan kembali dan menerbitkan penemuannya bahwa spons merupakan salah satu hewan yang memiliki kemampuan pembelahan sel tercepat yang pernah diukur, dan bukannya tumbuh mereka membuang sel yang dihasilkannya.
Intinya, spons mendaur ulang karbon yang seharusnya dapat hilang ke dalam terumbu. De Goeij menerbitkan penemuannya pada 13 November 2009 di The Journal of Experimental Biology.
Dalam perjalanan ke Antillen Belanda De Goeij mulai melakukan penyelaman untuk mengetahui berapa banyak karbon yang dikonsumsi oleh spons. “Tempatnya sangat gelap dan secara teknis sulit untuk bekerja dalam rongga,” papar De Goeij.
Tim ini berhasil mengumpulkan spons, menempatkan mereka di ruang kecil dan menambahkan 5 – bromo-2′-deoxyuridine (BrdU). BrdU masuk ke dalam DNA dan akan membelah sel,” papar De Goeij, “sehingga sel-sel yang membawa label BrdU harus membelah, atau telah dibelah, karena molekul ini ditambahkan ke air spons, dan sel-sel hanya dapat membelah jika mereka menyerap karbon.
De Goeij mendiskusikan hasil deteksi BrdU dengan ayahnya, biokimiawan Anton De Goeij. De Goeij Sr menawarkan lebih baik berdiskusi dengan Bert Schutte di Maastricht, yang telah mengembangkan sistem deteksi BrdU untuk digunakan dalam terapi kanker. Mungkin dia bisa membantu De Goeij Jr menemukan bukti pembelahan sel dalam spons.
Mengambil sampel di laboratorium patologi Maastricht, De Goeij akhirnya bisa mendeteksi label BrdU dalam sel spons. Hebatnya, setengah dari choanocyte (sel penyaring) pada spons merupakan sel-sel yang telah membelah. Siklus pembelahan sel choanocyte adalah fenomena pendek yaitu 5.4 jam. “Waktu tersebut bahkan lebih cepat daripada kemampuan kebanyakan bakteri membelah diri,” kata De Goeij.
Spons mampu mengambil jumlah karbon organik dalam jumlah besar seperti yang telah diukur oleh De Goeij. Tetapi kemana perginya karbon yang diserap jika spons tidak mengalami pertumbuhan. De Goeij berusaha untuk melihat apakah sel-sel mati dan hilang, tetapi ia tidak bisa menemukan bukti kematian sel.
De Goeij tahu bahwa ia telah melihat beberapa sel yang longgar, dan berpikir bahwa mereka artefak dari pemotongan sampel, tetapi ketika ia dan rekan-rekan Departemen Patologi kembali dan melihat sampel, De Goeij menyadari bahwa itu merupakan hasil pembelahan sel choanocytes. Dan kemudian De Goeij teringat tumpukan kecil material berwarna cokelat yang ia temukan di sebelah spons di pjok akuarium setiap pagi.
Spons itu rupanya telah membelah menghasilkan sel yang baru, dan penghuni terumbu lainnya sekarang bisa mendapat makanan. ‘Halisarca caerulea adalah pendaur ulang energi bagi terumbu karang dengan cara membalik energi yang tidak dapat digunakan oleh organisme terumbu karang manapun (karbon organik) menjadi energi yang dapat digunakan oleh banyak organisme di sana (sel choanocytes tua yang dilepaskan spons), “papar De Goeij.
Sumber: http://www.sciencedaily.com
3 komentar:
informasi yang sangat menarik pak! ijinkan saya menaruh link blog pak Mukhtar di blog saya..
maju terus dunia perikanan Indonesia!
silakan kami sangat berterima kasih karena untuk memajukan dunia kelautan dan perikanan kita semoga anda sukses selalu
Terima kasih banyak pak! silahkan mampir ke blog saya http://ikanlautindonesia.blogspot.com/ semoga kita bisa saling bertukar informasi...
Posting Komentar