Sebuah makalah yang terbit pekan ini menyoroti keadaan terumbu karang dunia yang sedang berada di ujung tombak. Karya ilmiah para ahli terumbu karang dan iklim ini menegaskan kembali temuan dari pertemuan bulan Juli yang diadakan oleh The Royal Society (pemegang otoritas keilmuan terkemuka di Inggris).
“Kesimpulan mereka sangat mengejutkan. Dari sudut pandang ekosistem yang menakjubkan ini, perubahan iklim sudah berlangsung terlalu jauh,” kata Dr Charlie Veron, salah seorang ahli terumbu karang terkemuka seperti dikutip dari siaran pers itu.
Ancaman kejadian pemutihan semakin besar terhadap terumbu karang. Ketika tahun 1997/1998, “hanya” satu kejadian tunggal mampu memusnahkan sekitar 16 persen terumbu karang dunia dalam sekejap. Kejadian ini diikuti dengan pemulihan dan tumbuhnya kembali karang-karang baru. Namun pemutihan yang terjadi sekarang, yang disebabkan oleh kenaikan temperatur, terjadi terlalu sering menyebabkan karang yang belum pulih sepenuhnya dihantam kembali dan akhirnya mati.
Konsentrasi CO2 sebesar 350 ppm di atmosfir adalah ambang batas bagi terumbu karang, kata Veron. Bila melebihi ambang itu, akan mendorong terjadi pemanasan yang merusak. Selain itu kejadian pemanasan yang terjadi terlalu sering tentunya akan menyebabkan kualitas ekosistem mulai menurun. Data menunjukkan CO2 berada di batas tingkat 387ppm.
Dr Mark Spalding, ilmuwan laut senior The Nature Conservancy (TNC) mengatakan, bukan hanya terumbu karang yang mulai mati, tapi justru sesuatu yang mereka bawa.
Terumbu karang adalah ekosistem yang sangat sensitif. Selama bertahun-tahun banyak yang telah dimengalami kerusakan dan menjadi semakin lemah oleh aktivitas manusia seperti pengambilan ikan yang berlebihan dan pencemaran pesisir.Ekosistem laut ini amat rawan perusakan oleh manusia dan tentunya ini sangat buruk bagi terumbu karang karena juga harus melawan juga pemanasan global, kata Alex Rogers dari International Programme on the State of the Ocean.
“Pemutihan terumbu karang, telah menambah masalah yang ada dan telah merusak banyak terumbu karang. Tapi bukan hanya itu. Ancaman dari pengasaman karena laut menyerap CO2, dengan bukti-bukti bahwa pertumbuhan karang telah melambat karena perubahan kimiawi di laut,” katanya menjelaskan bahaya dari kejadian pengasaman laut akibat dari efek pemanasan global.
Siaran pers tersebut mendesak masyarakat global agar segera enyelesaikan perbedaan mereka dan menyetujui sebuah kerangka kerja yang kuat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dunia, atau kita akan terlambat menyelamatkan terumbu karang dan jutaan kehidupan yang terkait dengannya.
Disadur dari Kompas, Oktober 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar