16 Mei, 2022

Nasihat Rasulullah: Memperbanyak Ucapan Hauqalah

Oleh Abdul Gaffar Ruskhan

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Apa kabar saudaraku? Ada kalimat zikir yang sangat dahsyat manfaat dan nilainya di sisi Alah Swt., yakni ucapan hauqalah atau Lā hawla wa lā quwwata illā billāhil-‘aliyyil-‘azhīm. Kedahsyatannya disebutkan di dalam hadis bahwa kalimat itu berasal dari harta karun yang tersimpan di bawah Arasy, bahkan di dalam hadis yang lain simpana di surga. Itulah salah satu nasihat Rasulullah saw. kepada   Abu Zarr al-Gifari yang juga nasihat bagi umat Nabi Muhammad saw.

أَمَرَنِي بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ، وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ، وَأَمَرَنِي أَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ دُونِي، وَلَا أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِي، وَأَمَرَنِي أَنْ أَصِلَ الرَّحِمَ وَإِنْ أَدْبَرَتْ، وَأَمَرَنِي أَنْ لَا أَسْأَلَ أَحَدًا شَيْئًا، وَأَمَرَنِي أَنْ أَقُولَ بِالْحَقِّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا، وَأَمَرَنِي أَنْ لَا أَخَافَ فِي اللهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ، وَأَمَرَنِي أَنْ أُكْثِرَ مِنْ قَوْلِ: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، فَإِنَّهُنَّ مِنْ كَنْزٍ تَحْتَ الْعَرْشِ

“Beliau (1) menyuruhku untuk mencintai orang orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) menyuruhku untuk melihat kepada orang yang lebih susah dariku dan jangan melihat kepada orang yang lebih senang dariku, (3) menyuruhku untuk menyambung silaturahim walaupun diputus, (4) menyuruhku agar tidak meminta kepada siapa pun, (5) menyuruhku mengatakan kebenaran walaupun pahit, (6) menyuruhku agar tidak takut cercaan orang yang mencerca saat berada di jalan Allah, dan (7) menyuruhku untuk memperbanyak ucapan Lā hawla wa lā quwwata illā billāh karena ia berasal dari harta karun yang berada di bawah ‘Arasy.”  (HR Ahmad No. 21509 dan disahihkan oleh Syaikh Al-Bani)

Ucapan Lā haula wa lā quwwata illā billāh  merupakan kalimat zikir yang memiliki keutamaan. Rasulullah saw. menyebutkan bahwa kalimat zikir itu merupakan harta karun yang tersimpan di bawah Arasy. Di dalam hadis yang lain, Rasulullah saw. juga mewasiatkan kepada Abdullah bin Qais r.a. bahwa kalimat zikir itu merupakan simpanan surga dengan sabdanya,

  يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ قَيْسٍ، أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى كَنْزٍ مِنْ كُنُوْزِ الجَنَّةِ؟ قُلْتُ: بَلى يَا رَسُوْلَ الله، قَالَ: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ  

 “Wahai Abdullah bin Qais, maukah aku tunjukkan kepadamu suatu simpanan dari berbagai simpanan surga?” Aku menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” Kemudian beliau bersabda: “Lā haula wa lā quwwata illā billāh  .” (HR Bukhari). Lengkapnya,

 لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ

“Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.”
Menurut Syekh Muhammad Asyraf bin Amir Syaraful-Haq as-Siddiqi (wafat 1329 H), yang dimaksud simpanan (kanzun) pada hadis di atas adalah pahala yang disimpan Allah di dalam surga. Kelak di akhirat simpanan itu akan diberikan kepada orang-orang yang membaca kalimat Lā haula wa lā quwwata illā billāh. Dapat juga diartikan sebagai barang surga yang sangat indah yang sudah dipersiapkan oleh Allah Swt. untuk orang-orang yang membacanya. (As-Siddiqi IV, 2009:  271)

Ada beberapa keutamaan dan keistimewaan dari kalimat hauqalah yang dijelaskan oleh beberapa ulama sebagai berikut.

  1. Pendapat Syekh Abul ‘Ala al-Mubarakfuri  tentang Imam Nawawi

Syekh Abul ‘Ala al-Mubarakfuri dalam salah satu kitabnya, yakni Tuhfatul Ahwâdzi, menjelaskan penafsiran dari Imam Nawawi tentang kalimat hauqalah. Ia berkata, ‘Kalimat Lā hawla wa lā quwwata illā billāh atau hauqalah adalah kalimat yang penuh kepatuhan dan kepasrahan diri (kepada Allah) dan sungguh seorang hamba tidak memiliki urusannya sedikit pun, tidaklah ia memiliki daya untuk menolak keburukan, dan tidak memiliki kekuatan untuk menarik kebaikan, kecuali dengan kehendak Allah Swt.”

  • Pendapat Al-Hafidh Muhammad bin ‘Abdurrauf al-Munawi

Menurutnya, dalam kalimat hauqalah terdapat pengakuan orang yang melepas daya dan kekuatan diri dan menyandarkannya hanya kepada kehendak Allah Swt. “Ini merupakan prinsip tauhid yang sebenarnya, yaitu menyandarkan semua urusan kepada Allah Swt. semata.”

  • Pendapat Imam Ibnu Hajar al-Asqalani

Dalam penafsirannya, makna kalimat hauqalah adalah tidak ada yang memiliki daya untuk bisa menghindar dari maksiat, kecuali dengan adanya penjagaan dari Allah. Tidak ada yang memiliki kekuatan untuk melakukan ketaatan, kecuali mendapatkan taufiq dari Allah Swt.

  •  Pendapat Sayyid Muhammad bin ‘Ali Ba Alawi

Ia berpendapat bahwa maksud memasrahkan semua urusan kepada Allah Swt. ialah orang tidak lagi meragukan keadaannya dan percaya penuh bahwa semuanya menjadi kehendak Allah Swt. Ia juga percaya bahwa urusan rezekinya dan rezeki seluruh makhluk di dunia sudah diatur dan dijamin oleh Allah Swt.

Gambaran yang tepat menurutnya adalah seperti kepercayaan burung pada rezekinya. Dia menjalankan kesehariannya tanpa persiapan. Semua makanan yang dimiliki akan dihabiskan saat itu juga tanpa berpikir makanan selanjutnya. Artinya, sebisa mungkin tingkat kepercayaan manusia terhadap rezekinya bisa sama dengan kepercayaan burung yang tidak pernah mengkhawatirkan rezekinya. (Muhammad bin ‘Ali Ba Alawi al-Husaini at-Tarimi, al-Wasâ-ilusy Syâfi’ah fil Adzkârin Nâfi’ah wal Aurâdil Jâmi’ah)

Adanya nasihat Rasulullah saw. kepada Abu Zarr al-Gifari dan Abdullah bin Qais merupakan motivasi yang tinggi bagi umat Islam untuk meraih simpanan Allah yang ada di Arasy dan di dalam surga. Simpanan itu akan diberikan Allah nanti di akhirat.

Ada beberapa keistimewaan membaca kalimat hauqalah.

  1. Memberikan kekuatan
    Kalimat hauqalah akan memberikan kekuatan bagi yang melazimkannya. Di dalamnya terkandung makna bahwa manusia tidak memiliki daya dan upaya, kecuali pemiliknya adalah Allah Swt.  Di dalam kalimat itu terkandung adanya pertolongan dari Allah yang akan diberikan kepada orang yang senantiasa mengucapkan kalimat itu. Setiap orang yang memiliki masalah atau kebimbangan hati dianjurkan membaca kalimat hauqalah sebab akan menumbuhkan harapan datangnya pertolongan dari Allah Swt. Tiada kekuatan yang paling dahsyat selain kekuatan yang datang dari Allah Yang Mahakuasa.
  2. Meringankan beban hidup
    Manusia di muka bumi ini tidak ada yang tidak menghadapi masalah. Masalah itu bisa datang, seperti dari diri sendiri, keluarga, aktivitas di tempat bekerja.  Dari setiap masalah yang datang tentu ada jalan keluarnya. Jalan keluarnya dilakukan dengan memohon kepada Allah Swt. dengan melakukan salat, berdoa, dan lazimkan membaca zikir kalimat hauqalah. Kalimat itu memiliki makna yang luar biasa karena ada penyerahan total kepada Allah Yang Mahakuasa. Jika manusia itu bersungguh-sungguh berserah diri kepada Allah atas setiap masalah, Allah Swt. akan mencarikan jalan keluar dan memberikan kemudahan kepadanya.

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya”. (QS At-Talaq [65]: 3)

  • Menyejukkan hati
    Manusia memiliki emosi yang sering tidak terkendali. Ketika emosi memuncak, hati menjadi gundah dan pikiran menjadi kacau. Bahkan, ia akan melakukan dosa ikutan dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak baik. Akibatnya, manusia terjerumus pada perbuatan yang tercela. Perbanyak berzikir karena berzikir akan dapat menenangkan batin manusia. Salah satunya adalah membaca kalimat hauqalah. Allah Swt. berfirman,

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.” (QS Ar-Ra’d [13]: 28)

  • Dekat dengan Allah
    Cara manusia berinteraksi dengan sang Pencipta dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan salat, membaca Al-Qur’an, dan berzikir. Ada banyak kalimat zikir yang dapat dibaca oleh orang beriman. Salah satunya kalimat hauqalah. Memperbanyak ucapan kalimat tersebut dapat mendekatkan diri dengan Allah Swt. Hal itu membuat mukmin menjadi manusia yang beruntung karena dengan memiliki hubungan yang baik dengan sang Pencipta sungguh memiliki kenikmatan yang luar biasa.
  • Menghapuskan dosa

Manausia banyak yang melanggar aturan Allah Swt. Pelanggaran itu akan mendatangkan dosa. Jika manusia tidak menghapuskan dosanya, dosanya akan menumpuk. Salah satu sarana penghapus dosa adalah ucapan hauqalah. Rasulullah saw. bersabda,

مَا عَلَى الْأَرْضِ رَجُلٌ يَقُولُ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَسُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، إِلَّا كُفِّرَتْ عَنْهُ ذُنُوبُهُ، وَلَوْ كَانَتْ أَكْثَرَ مِنْ زَبَدِ الْبَحْرِ”

 “Tidaklah seorang di muka bumi mengucapkan  ilāha illallāhAllāhu akbarSubhānallahAlhamdulillāh, dan Lā hawla wa lā quwwata illā billāh, kecuali dosa-dosanya akan diampuni walaupun lebih banyak dibanding buih di lautan.” (HR Ahmad dari Abdullah bin ‘Amr r.a.)

  • Memenuhi tangan dengan kebaikan

Ibnu Abi Aufa r.a. berkata dari riwayat Imam Ahmad,

أَتَى رَجُلٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: “يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي لَا أَقْرَأُ الْقُرْآنَ، فَمُرْنِي بِمَا يُجْزِئُنِي مِنْهُ!”، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “قُلْ: الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَسُبْحَانَ اللهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ”. قَالَ: فَقَالَهَا الرَّجُلُ: وَقَبَضَ كَفَّهُ، وَعَدَّ خَمْسًا مَعَ إِبْهَامِهِ، فَقَالَ: “يَا رَسُولَ اللهِ، هَذَا لِلَّهِ تَعَالَى فَمَا لِنَفْسِي؟” قَالَ: “قُلْ: “اللهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَعَافِنِي، وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي” . قَالَ: فَقَالَهَا وَقَبَضَ عَلَى كَفِّهِ الْأُخْرَى، وَعَدَّ خَمْسًا مَعَ إِبْهَامِهِ، فَانْطَلَقَ الرَّجُلُ وَقَدْ قَبَضَ كَفَّيْهِ جَمِيعًا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “لَقَدْ مَلَأَ كَفَّيْهِ مِنَ الْخَيْرِ”.

“Suatu hari ada seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, saya tidak bisa membaca Al-Qur’an. Ajarkan padaku bacaan yang bisa menggantikan Al-Qur’an (saat aku salat)’. Maka Rasulullah saw. bersabda, ‘Bacalah AlhamdulillāhSubhānallah ilāha illallāhAllāhu akbar, dan Lā hawla wa lā quwwata illā billāh.’

Maka, lelaki itu mengucapkan kalimat tersebut sambil menggenggam telapak tangannya dan menghitung lima dengan jari-jarinya. Lalu, ia berkata, “Wahai Rasulullah, ini yang untuk Allah. Untuk diriku mana?”

Nabi menjawab, “Ucapkanlah, Allāhummagfirlî, warhamnî,  wa ‘âfinî, wahdinî, warzuqnî (Ya Allah, ampunilah aku, sayangilah aku, sehatkanlah aku, berilah aku petunjuk dan karuniakanlah padaku rizki).”

Maka, lelaki tersebut menggenggam telapak tangannya yang satunya sembari menghitung lima dengan jari-jarinya. Kemudian, ia pergi sambil menggenggam kedua telapak tangannya. Rasulullah saw. pun berkomentar, ‘Sungguh ia telah memenuhi kedua tangannya dengan kebaikan.” (HR Ahmad)

  • Menjadi amal saleh yang berpahala abadi

Allah Swt. berfirman,

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi  amal kebaikan yang abadi lebih baik di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS Al-Kahfi [18]: 46)

Berdasarkan ayat itu,  harta dan anak tidaklah kekal. Sesuatu yang akan bermanfaat dan kekal untuk manusia adalah kebaikan yang abadi (al-bâqiyât ash-shâlihât). Salah satunya adalah ucapan hauqalah.

  • Merupakan harta karun surga

Dalam sebuah hadis, Abu Musa al-Asy’ary r.a. berkata dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim yang berkaitan dengan nasihat Rasulullah saw. kepada Abdullah bin Qais. Lengkapnya adalah sebagai berikut.

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَكُنَّا إِذَا عَلَوْنَا كَبَّرْنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا وَلَكِنْ تَدْعُونَ سَمِيعًا بَصِيرًا”. ثُمَّ أَتَى عَلَيَّ وَأَنَا أَقُولُ فِي نَفْسِي لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ فَقَالَ: “يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ

“Pada suatu hari kami bepergian bersama dengan Rasulullah saw. Setiap kali melewati jalan menanjak, kami bertakbir (dengan suara keras). Maka, Rasulullah saw. bersabda, ‘Wahai manusia, kasihanilah diri kalian! Sungguh kalian tidaklah sedang memanggil zat yang tuli atau sesuatu yang tidak ada. Namun, kalian sedang memanggil zat Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat!’ Kemudian, beliau mendatangiku dan saat itu aku sedang membaca dengan lirih, Lā hawla wa lā quwwata illā billāh.

Maka, beliaupun berkata, “Wahai Abdullah bin Qais, ucapkanlah La haula wa la quwwata illa billah. Sungguh ia merupakan salah satu harta karun surga” (HR Bukhari dan Muslim)

Banyak kalimat zikir yang memiliki keutamaan yang dapat diamalkan oleh mukmin. Salah satunya adalah kalimat hauqalah. Kalimat itu menyadarkan mukmin bahwa tidak ada kekuatan yang paling hebat di alam ini, kecuali kekuatan yang bersumber dari Allah Swt. Hal itu harus diyakini sehingga mukmin tidak perlu mencari penolong dan pelindung kapada makhluk, tetapi carilah penolong dan pelindung kepada pencipta makhluk itu sendiri. Dialah Allah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Wallāhu a’lam biṣ-ṣawāb.

(Insyaallah, bersambung besok.)

‎والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Tangerang, 16 Mei 2022

http://www.agaffarruskhan.info/serial-ke-8-nasihat-rasulullah-memperbanyak-ucapan-hauqalah-759/ 

 



 

Lihat Artikel Siraman Rohani Lainnya



Pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan



 
Cari Kos Kosan di Kota Kendari ini tempatnya


 

Topi KKP

Berminat Hub 081342791003 
 
 
  Menyediakan Batik Motif IKan
Untuk Melihat Klik
Yang Berminat Hub 081342791003



Miliki Kavling tanah di Pusat Pemerintahan Kabupaten Bima di 


Investasi Kavling Tanah Perumahan di Griya Godo Permai yang merupakan Daerah Pengembangan Ibu Kota Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat. Jarak hanya + 1 Kilo meter dari Kantor Bupati Kab. Bima dan dari jalan utama hanya + 500 Meter.
Berminat Hub 081342791003

 

Tidak ada komentar: