28 April, 2016

Peta Industri Perikanan Asia Tenggara Mulai Bergeser

KOMPAS.com / DINO OKTAVIANO Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat ditemui awak media Kompas.com, di sela mengikuti rapat kerja dengan Komisi IV DPR, Jakarta, Rabu (13/4/2016). Raker membahas Kunjungan Kerja Masa Reses Komisi IV, RUU Prioritas dan
 
SINGAPURA, KOMPAS.com — Sampai dua tahun lalu, industri pengolahan ikan di Asia Tenggara dikuasai oleh Thailand dan Filipina.
 
Ekspor ikan olahan dan ikan mentah dari kedua negara tersebut lebih besar dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya.
 
Sementara itu, Indonesia sebagai pemilik lautan terluas dan garis panjang pantai terpanjang di Asia Tenggara hanya menduduki posisi ketiga.
 
"Namun, kini situasinya mulai berubah. Kekuatan industri perikanan di Asia Tenggara mulai bergeser ke Indonesia," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Sabtu (16/4/2016), di Singapura, seperti dilaporkan wartawan Kompas.com, M Fajar Marta.
 
Menurut Susi, ikan-ikan yang diolah di Thailand dan Filipina untuk kemudian mereka ekspor sebenarnya banyak yang berasal dari perairan Indonesia.
 
Lemahnya penegakan hukum terhadap pencurian ikan (illegal fishing) pada masa lalu membuat nelayan dan perusahaan penangkapan ikan Thailand, Filipina, dan lainnya bebas menangkap ikan di Indonesia dan kemudian membawanya ke negara mereka untuk diolah dan diekspor.
 
"Tragisnya, ikan yang mereka ambil dari Indonesia ada juga yang diekspor ke Indonesia. Jadi, kita membeli ikan yang mereka ambil dari kita," kata Susi.
 
Sekarang, kata Susi, dengan kebijakan moratorium perizinan kapal eks asing, mereka tak bisa lagi seenaknya menangkap ikan dari Indonesia.
 
Larangan bongkar muat ikan di tengah laut (transhipment) semakin menutup pasokan ikan ke Thailand dan Filipina.
 
Dampaknya, kinerja industri pengolahan perikanan di Thailand dan Filipina merosot. Ekspor perikanan mereka juga menyusut jauh.
 
Sementara itu, Indonesia mulai merasakan manfaatnya. Nelayan-nelayan di Tanah Air tak lagi sulit mendapatkan ikan. Kesejahteraan mereka mulai meningkat.
 
Karena tidak lagi dieksploitasi, ikan-ikan di laut memiliki kesempatan untuk berkembang biak dan tumbuh besar. Nelayan tak perlu lagi melaut jauh ke tengah karena di pinggiran ikan sudah tersedia.
 
Menyadari tak bisa lagi mengandalkan ikan curian dari Indonesia, perusahaan pengolahan ikan dari Thailand dan Filipina akhirnya datang ke Indonesia untuk berinvestasi.
 
"Banyak perusahaan dari Thailand dan Filipina yang kini mengajukan permohonan membuka pabrik pengolahan ikan di Indonesia," kata Susi.
 
Jadi, menurut Susi, kebijakan yang diterapkannya tidak sebatas menghilangkan pencurian ikan, tetapi dalam jangka menengah panjang memperkuat industri perikanan secara keseluruhan.
 
Tujuan akhirnya adalah menjadikan Indonesia sebagai bangsa maritim yang besar seperti dicanangkan dalam Nawacita.
 
"Itulah grand strategy yang kami jalankan," kata Susi.
 
Editor : M Fajar Marta  

Tidak ada komentar: