Di tengah gencar-gencarnya pemerintah
untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim, masih disayangkan ketika faktor
sosialogi masyarakat belum diperhatikan sepenuhnya. Padahal ketika bangsa ini
mulai menyiapkan infrastuktur guna memperbaiki sarana dan prasarana untuk
mendorong majunya bidang kemaritiman Indonesia, salah satu yang jangan samapai
terlewatkan adalah membangun mental pada masyarakatnya. Tanpa terkecuali
masyarakat yang secara geografis sangat dekat dengan daerah pesisir, hal ini
guna merubah paradigma bahwa;
”Daerah Pesisir adalah daerah tertinggal,
begitu pula dengan kualitas orang-orangnya jauh dibawah dari orang-orang yang
berkehidupan jauh dari daerah pesisir.
Padahal ketika bangsa ini menjadi Poros
Maritim, kebanyakan aktivitas akan berlangsung didaerah yang dekat dengan laut.
Masyarakat pesisirlah yang pertama kali merasakan dampak dari aktivitas
kemaritiman bangsa ini, jangan sampai ketika bangsa ini sudah memiliki sarana
dan prasarana kemaritiman akan tetapi masyarakatnya hanya menjadi jongos-jongos
asing.
Foto Selfi Susanti dirumah baca dimana ia
belajar
"Selfi Susanti anak perempuan
berumur 8 tahun, di usia nya saat ini, ia sedang begembira bersama teman-teman
sekolahnya", akan tetapi karena
keterbatasan dan keadaan hal tersebut tidak begitu saja ia rasakan.
"Diusianya saat ini dia tidak bersekolah, keadaan ibunya yang menggalami
gangguan jiwa serta kabar bapaknya yang tidak jelas kemana? Membuatnya harus
menerima keadaan tersebut. Ia hidup bersama neneknya, yang setiap paginya
bekerja memungut rosok dan siangnya sampai sore dia ngupas kerang hijau dirumah
tetangga".
Bersama kawan-kawan yang berada di sekitar
daerah semarang Kami mengagas komunitas Asa Edu. Komunitas Asa Edu merupakan
komunitas yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat pesisir yang
secara khususnya yakni menyediakan taman baca bagi masayarakat pesisir.
Walau ia tidak bersekolah ia masih bisa
untuk belajar membaca dan menulis karena setiap minggu pagi dia aktif mengikuti
kegiatan yang dilaksanakan oleh Komunitas Asa Edu Project yang bekerjasama
dengan remaja setempat.
"Dia rajin mas, ikut senam, tapi dia
gak punya sepatu buat senam mas. Minta tolong mas diusahin supaya dia bisa
sekolah seperti kayak temen-temennya, karna ia berhak menerimanya." Kata
Mas Udin seorang remaja setempat.
Hal ini hanya sedikit cerita dari
kehidupan masyarakat-masyarakat pesisir yang terjadi di Tambak Mulyo (dulu:
Tambak Lorok) RW 15 RT 1, Kota Semarang berdekatan dengan Pelabuhan Tanjung
Emas. Mungkin masih banyak nasib Selfi-selfi lainnya, masih banyak masyarakat
pesisir dari usia dini hingga remaja yang belum mendapatkan pendidikan karena
faktor mental dan ekonomi serta nasib para nelayan yang tidak memiliki gaji
pensiunan atau jaminan guna mencukupi kehidupan mereka dihari tua nanti".
Bagi yang ingin memberikan bantuan bisa
melaui Asa Edu dan APMI (Asosiasi Pemuda Maritim Indonesia), kami siap menyalurkan bantuan untuk membangun
masyarakat pesisir khususnya didaerah rumah selfi yakni di Tambak Mulyo (Tambak
Lorok) Semarang.
Kami berhadap agenda poros maritim dapat
lebih substansial yakni dengan memperhatikan kondisi keadanaan masyarakat pesisir. Pasalnya kebijakan yang dilakukan pemerintah
saat ini masih jauh dari kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut disampaikan
karena penekanan poros maritim saat ini masih fokus dalam pembangunan secara
fisik bukan secara sosial kemasyarakatan.
oleh Hendra
Wiguna (Mahasiswa FPIK UNDIP, APMI Semarang dan Asa Edu Project)
3 komentar:
Tercerahkan gan
Jangan Lupa ikuti juga blog saya ya pak http://www.putraperikananaceh.cf
Jangan lupa ikuti blog saya juga ya pak http://www.putraperikananaceh.cf
Posting Komentar