28 Mei, 2015

Mafia Ikan Lebih Ngeri, Nyawa Taruhannya

JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah menuntaskan masa kontraknya dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, kini mantan Ketua Tim Reformasi dan Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (Migas), Faisal Basri, merapat ke Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), membantu tim satuan tugas (satgas) anti-illegal fishing untuk menghapus mafia ikan. 

"Ya, sekarang saya bantuinBu Susi (Menteri Kelautan dan Perikanan)," kata Faisal saat dikonfirmasi wartawan, Jakarta, Selasa (26/5/2015). Faisal bergidik ketika ditanya soal mafia ikan. "Itu lebih ngeri. Itu nyawa taruhannya. Perbudakan ada di sana," kata Faisal. Faisal mengatakan, dalam waktu dekat, pemerintah akan mengeluarkan peraturan presiden (perpres) untuk melindungi laut dari tangan-tangan para mafia. Dia mencontohkan, salah satu pelaku perbudakan di laut berasal dari tokoh Orde Baru. "Ad
"Ada perbudakan. Ada tokoh Orde Baru yang muncul. Ada Burhan Uray, saya sebut nama saja deh. Tambah satu lagi," kata Faisal. Faisal pun menjelaskan sekilas mengenai sosok Burhan Uray. Dari keterangan Faisal, Burhan Uray memiliki bisnis yang cukup besar di bidang kayu. Namun, setelah kayu-kayunya habis dibabat, pulau-pulau yang sudah gundul dijadikan basis perbudakan dan tempat ikan. "Mata rantainya ada. 

"Mata rantainya ada. Datanya ada. Petanya lengkap," kata Faisal. Lebih lanjut, Faisal mengatakan, dirinya saat ini membantu tim satgas, yang antara lain terdiri dari Mas Achmad Santosa dan Yunus Husein. "Keren, kan? Kita lihat modus operandi (mafia ikan). Lebih ngeri dari mafia migas karena taruhannya nyawa. Makanya, orang-orangnya lebih gila-gila di situ," kata Faisal.


Tidak ada komentar: