Aceh kembali dihadapkan
pada bencana ekosistem laut. Pascatsunami, Desember 2004, kondisi
terumbu karang yang membaik kini terancam perilaku buruk para nelayan.
Menurut Marzuki, Sekretaris Jenderal Jaringan Kuala, lembaga nirlaba di
bidang kelautan, penangkapan ikan dengan bom dan obat bius semakin marak
di perairan Aceh dalam beberapa tahun terakhir.
"Saat
ini, kondisi terumbu karang mulai pulih sekitar 50 persen setelah
musibah tsunami. Namun muncul ancaman lain akibat pemboman dan pembiusan
ikan," kata Marzuki di sela-sela penutupan Working Group Pesisir dan
Laut Aceh, di Banda Aceh, Jumat (24/10/2014) sore. Kelompok ini terdiri
dari jaringan aktivis lingkungan, akademisi, dan Pemerintah Kabupaten
Aceh Besar.
Praktik melanggar hukum ini kerap
terjadi di kawasan Ujung Pancu dan Lhoong, Aceh Besar. Marzuki menduga,
para nelayan memdapatkan peledak dari oknum aparatur negara. Selain
merusak terumbu karang, tindakan nelayan ini mengakibatkan jumlah ikan
di sekitar empat mil garis pantai Aceh Besar menurun.
"Jika
ini dibiarkan, nelayan Aceh akan semakin miskin karena jumlah tangkapan
ikan di perairan dangkal semakin berkurang. Sementara untuk berlayar ke
lautan dalam, nelayan kita harus berhadapan dengan nelayan Sibolga dan
Thailand yang memiliki alat tangkap lebih baik," kata Marzuki.
Marzuki
juga menyorot aktivitas penambangan pasir besi di kawasan Krueng Raya.
Meski beroperasi di luar batas garis kawasan konservasi, aktivitas itu
mempengaruhi kehidupan laut yang tak mengenal batas geografis. Jika
terus dibiarkan, penambangan akan merusak kawasan laut Aceh Besar. Saat
ini, wilayah pesisir Aceh Besar memiliki kekayaan biota laut, seperti
terumbu karang, lamun, mangrove, manta, penyu, duyung (dugong), dan
beragam jenis hiu.
"Perlu penanganan bersama
untuk memberantas aktivitas yang merusak laut. Namun sayang, Pemerintah
Aceh dan Pemerintah Pusat lebih tertarik untuk memperdebatkan batas
pengelolaan laut Aceh karena minyak dan gas, ketimbang mempertahankan
ekosistem laut yang memiliki dampak besar bagi kehidupan," kata Marzuki.(Fauji)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar