06 September, 2014

Bom Ikan Marak di Perairan Likupang-Minut

Bom Ikan Marak di Perairan Likupang-Minut
 
RIBUNNEWS/HENDRA GUNAWAN
Nelayan di perairan Kepulauan Seribu. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, AIRMADIDI - Penggunaan bom untuk menangkap ikan kembali marak di perairan laut Likupang, Minahasa Utara (Minut). Menurut Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Minut, aktivitas penggunaan bom ikan sudah empat hari belakangan terpantau oleh nelayan.

"Pelakunya segelintir oknum yang juga nelayan tak bertanggungjawab menjaga kelestarian ekosistem laut," ungkap Sarjan kepada Tribun Manado, Selasa (1/4).
Dari sejumlah laporan nelayan, kata Sarjan, penangkapan menggunakan bom terpantau di perairan Likupang II, Pulau Gangga, Kinabutan. Sarjan mengungkapkan, kepolisian yang seharusnya menindak para pelaku. Ia siap kerja sama.  Titik yang biasa menjadi lokasi pemboman sudah diketahui, begitupun oknum-oknum pelaku, masalahnya tinggal fasilitas untuk menjelajah perairan. "Kita kekurangan fasilitas perahu cepat," ungkap Hukumtua Likupang II ini.

Ia juga menyayangkan Pemerintah terkesan tutup mata mengatasi masalah ini. Terakhir saja, operasi di laut di perairan Likupang dilakukan 3 tahun lalu. Lanjut Sarjan, tanpa ada pemberian efek jera lewat penindakan hukum, aktivitas ini akan terus berlangsung,berpotensi nelayan lain ikut-ikutan. Dampaknya masyarakat tinggal menunggu ekosistem laut rusak.

Rignolda Djamaludin pakar kelautan Sulut menyampaikan dampak penggunaan bom menyebabkan destruktrif atau merusak fisik ekosistem secara langsung, terutama karang. Ia mencontohkan  biasanya efek ledakan berdiameter 2 meter, kalau kena batu karang bisa terbelah.  kalau kena karang bercabang, karang hancur jadi patahan kecil. Ekosistem terganggu karena karang merupakan tempat ikan bertelur. Selain itu, saat bom meledak, getaran bunyi yang ditimbulkan dampaknya tak mengenal ukuran ikan akan mati, bahkan untuk sekelas mahluk laut seperti ikan duyung.

Penggunaan bom terus bekembang seiring zaman, bahan bakunya dari pupuk matahari. Jika dulu menggunakan botol bir, kini sudah ada teknologi menggunakan detonator sebagai pemicu." Kalau bom tradisional, digunakan dengan melempar sekarang sudah ada detonator menggunakan baterei untuk pemicu listriknya," ungkapnya.

Teknologi berkembang pula untuk meredam suara bom, materi bom lanjut Rignolda sudah dibungkus bahan tertentu "Hasilnya dipermukaan air cuma muncul percikan air suaranya tak menggema, tapi di dalam air efeknya besar," sebut Dosen Universitas Sam Ratulangi ini.

Ia menjelaskan, jika dulu bom ditanam dengan menyelam tanpa alat bantu cuma menjangkau perairan dangkal, kini dengan alat selam bisa menjangkau perairan dalam. Penggunaan bom membutuhkan dana cukup besar,sekitar satu sampai dua juta. Sebab itu, untuk menggunakannya ditempat berkumpulnya ikan, yakni terumbu karang. "Dari pantauan Asosiasi Nelayan Tradisional Sulut lokasi masik marak berada di perairan selatan yakni teluk Tomini. Penindakan hukum dinilai sangat minim. Pahadal seharusnya pemerintah bisa turut serta berperan terutama mengontrol bahan baku pembuatan bom lewat instansi perdagangan," terangnya.

Kemudian masalah lainnya, bahwa pelaku harus tertangkap tangan. Ini ada kesulitan padahal inisial oknum pelaku sudah banyak terindentifikasi. Bicara undang-undangn, penindakan diatur dalam UU perikanan. Penindakan hukum bisa dilakukan penyidip PNS di lingkup Dinas Kelautan Perikanan.
"Kendalanya biasa saat melapor ke instansi seperti Dinas Kelautan alasannya tak ada alat, tak ada petugas," ujarnya.

Masyarakat pun sulit menghentikan, karena kebanyakan takut bisa-bisa ikut jadi korban dilempar dengan bom. Selain itu, langkah pencegahan bisa dilakukan dengan pelarangan jual beli ikan hasil pemboman. Karena bisa dibedakan ikan dibom dengan yang ditangkap menggunakan jala. "Ikan bisa dibedakan dari kekauannya," ungkap dia.

Ia juga mencurigai ada pihak yang berduit membiayai karena penggunaan bom membutuhkan modal tak kecil. Ini hal yang jadi pekerjaan rumah untuk menyelamatkan ekosistem laut Sulut dari kerusakan. *

http://manado.tribunnews.com/2014/04/01/bom-ikan-marak-di-perairan-likupang-minut

Tidak ada komentar: