RIBUNNEWS/HENDRA GUNAWAN
Nelayan di perairan Kepulauan Seribu.
TRIBUNMANADO.CO.ID, AIRMADIDI - Penggunaan bom untuk
menangkap ikan kembali marak di perairan laut Likupang, Minahasa Utara
(Minut). Menurut Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI)
Minut, aktivitas penggunaan bom ikan sudah empat hari belakangan
terpantau oleh nelayan.
"Pelakunya segelintir oknum yang juga
nelayan tak bertanggungjawab menjaga kelestarian ekosistem laut," ungkap
Sarjan kepada Tribun Manado, Selasa (1/4).
Dari sejumlah laporan nelayan, kata Sarjan, penangkapan menggunakan bom terpantau di perairan Likupang II, Pulau Gangga, Kinabutan. Sarjan mengungkapkan, kepolisian yang seharusnya menindak para pelaku. Ia siap kerja sama. Titik yang biasa menjadi lokasi pemboman sudah diketahui, begitupun oknum-oknum pelaku, masalahnya tinggal fasilitas untuk menjelajah perairan. "Kita kekurangan fasilitas perahu cepat," ungkap Hukumtua Likupang II ini.
Dari sejumlah laporan nelayan, kata Sarjan, penangkapan menggunakan bom terpantau di perairan Likupang II, Pulau Gangga, Kinabutan. Sarjan mengungkapkan, kepolisian yang seharusnya menindak para pelaku. Ia siap kerja sama. Titik yang biasa menjadi lokasi pemboman sudah diketahui, begitupun oknum-oknum pelaku, masalahnya tinggal fasilitas untuk menjelajah perairan. "Kita kekurangan fasilitas perahu cepat," ungkap Hukumtua Likupang II ini.
Ia juga menyayangkan Pemerintah terkesan tutup mata mengatasi masalah ini. Terakhir saja, operasi di laut di perairan Likupang dilakukan 3 tahun lalu. Lanjut Sarjan, tanpa ada pemberian efek jera lewat penindakan hukum, aktivitas ini akan terus berlangsung,berpotensi nelayan lain ikut-ikutan. Dampaknya masyarakat tinggal menunggu ekosistem laut rusak.
Rignolda
Djamaludin pakar kelautan Sulut menyampaikan dampak penggunaan bom
menyebabkan destruktrif atau merusak fisik ekosistem secara langsung,
terutama karang. Ia mencontohkan biasanya efek ledakan berdiameter 2
meter, kalau kena batu karang bisa terbelah. kalau kena karang
bercabang, karang hancur jadi patahan kecil. Ekosistem terganggu karena
karang merupakan tempat ikan bertelur. Selain itu, saat bom meledak,
getaran bunyi yang ditimbulkan dampaknya tak mengenal ukuran ikan akan
mati, bahkan untuk sekelas mahluk laut seperti ikan duyung.
Penggunaan
bom terus bekembang seiring zaman, bahan bakunya dari pupuk matahari.
Jika dulu menggunakan botol bir, kini sudah ada teknologi menggunakan
detonator sebagai pemicu." Kalau bom tradisional, digunakan dengan
melempar sekarang sudah ada detonator menggunakan baterei untuk pemicu
listriknya," ungkapnya.
Teknologi berkembang pula untuk meredam
suara bom, materi bom lanjut Rignolda sudah dibungkus bahan tertentu
"Hasilnya dipermukaan air cuma muncul percikan air suaranya tak
menggema, tapi di dalam air efeknya besar," sebut Dosen Universitas Sam
Ratulangi ini.
Ia menjelaskan, jika dulu bom ditanam dengan
menyelam tanpa alat bantu cuma menjangkau perairan dangkal, kini dengan
alat selam bisa menjangkau perairan dalam. Penggunaan bom membutuhkan
dana cukup besar,sekitar satu sampai dua juta. Sebab itu, untuk
menggunakannya ditempat berkumpulnya ikan, yakni terumbu karang. "Dari
pantauan Asosiasi Nelayan Tradisional Sulut lokasi masik marak berada di
perairan selatan yakni teluk Tomini. Penindakan hukum dinilai sangat
minim. Pahadal seharusnya pemerintah bisa turut serta berperan terutama
mengontrol bahan baku pembuatan bom lewat instansi perdagangan,"
terangnya.
Kemudian masalah lainnya, bahwa pelaku harus tertangkap tangan. Ini ada kesulitan padahal inisial oknum pelaku sudah banyak terindentifikasi. Bicara undang-undangn, penindakan diatur dalam UU perikanan. Penindakan hukum bisa dilakukan penyidip PNS di lingkup Dinas Kelautan Perikanan.
"Kendalanya biasa saat melapor ke instansi seperti Dinas Kelautan alasannya tak ada alat, tak ada petugas," ujarnya.
Masyarakat
pun sulit menghentikan, karena kebanyakan takut bisa-bisa ikut jadi
korban dilempar dengan bom. Selain itu, langkah pencegahan bisa
dilakukan dengan pelarangan jual beli ikan hasil pemboman. Karena bisa
dibedakan ikan dibom dengan yang ditangkap menggunakan jala. "Ikan bisa
dibedakan dari kekauannya," ungkap dia.
Ia juga mencurigai ada
pihak yang berduit membiayai karena penggunaan bom membutuhkan modal tak
kecil. Ini hal yang jadi pekerjaan rumah untuk menyelamatkan ekosistem
laut Sulut dari kerusakan. *
http://manado.tribunnews.com/2014/04/01/bom-ikan-marak-di-perairan-likupang-minut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar