31 Juli, 2014

Konservasi Kawasan Perairan Indonesia Bagi Anak Cucu Kita

Pergilah ke kawasan perairan. Anda niscaya akan mendapati panorama yang unik, entah itu perairan yang berada di wilayah darat maupun perairan yang membatasi kawasan pesisir.Yang terakhir ini menyajikan belaian lembut pasir laut pada sepasang kaki Anda, sementara sepasang mata menikmati panorama lautan yang membentang berbatas cakrawala langit. Negara kita justru memiliki bentang laut seluas dua pertiga dari luas keseluruhan wilayah.
Inilah rumah bagi terumbu karang yang cantik, berbagai jenis ikan, dan sumber daya hayati lainnya. Indonesia tercatat sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, yang telah diakui oleh konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS) pada tahun 1982.Wilayah yang luas itu dengan pantai sepanjang 95.186 kilometer dengan sekitar 17.480 pulau yang membentang pada garis katulistiwa dengan iklim tropis. 
Ikan-ikan bernilai ekonomi tinggi melintasi wilayah perairan  Indonesia, yang memiliki ekosistem  terumbu karang yang indah. Saat ini berbagai pihak telah menyuarakan semangat pelestarian untuk melindungi sumber daya ikan yang kita miliki bagi anak cucu kita di masa mendatang

Diapit oleh dua samudra (Samudra Hindia dan Pasifik) dan benua (Asia dan Australia, Laut Indonesia memiliki posisi yang strategis, yang dapat memberikan keuntungan ekonomi. Seiring pergeseran pusat ekonomi dunia, dari Poros Atlantik ke Asia Pasifik, kapal-kapal pengangkut internasional secara rutin melintasi perairan dalam Indonesia. Para ahli ekonomi memperkirakan bahwa potensi ekonomi jasa perhubungan laut mencapai 12 miliar dolar AS per tahun. Angka ini berdasarkan pada perhitungan, sejak 15 tahun terakhir negara kita mengeluarkan devisa lebih dari 10 miliar dolar per tahun untuk membayar armada pelayaran asing yang selama ini mengangkut 95 persen dari total barang untuk ekspor dan impor. Armada tersebut juga memobilisasi 45 persen dari total barang yang dikapalkan melalui ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia), yang meliputi Selat Malaka, Selat Lombok, Selat Makassar, dan laut-laut lainnya.

Jalur laut Indonesia memang telah memegang peranan penting sejak zaman nenek moyang. Peninggalan pada zaman pra sejarah mengindikasikan adanya penguasaan teknologi pembuatan perahu dan kemampuan mengarungi lautan Nusantara dan singgah di kawasan sekitarnya. Pada masa Hindu-Buddha mulai menyebar di kepulauan Nusantara, kerajaan-kerajaan Nusantara pun melakukan kegiatan maritim aktif, baik intra-insular ataupun ekstra-insular, hingga ke India dan China. Kekayaan komoditas perdagangan dari sumber daya alam dan posisi geografis yang strategis kepulauan Nusantara, menjadikan wilayah ini  berkembang sebagai jalur  perdagangan dan transportasi penting.

Laut juga menjadi saksi bagaimana pengorbanan para pahlawan kita saat berjuang merebut Irian Barat dari tangan penjajah Belanda. Pada tanggal 15 Januari 1962, suatu pertempuran terjadi di Laut Aru, Maluku. Saat itu, dua jenis kapal jenis perusak,

pesawat jenis Neptune, dan Frely milik Belanda menyerang KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang, dan KRI Harimau milik Indonesia yang tengah berpatroli. Komodor Yos Sudarso yang memimpin armada Indonesia, yang saat itu berada di KRI Macan Tutul, berhasil melakukan manuver untuk mengalihkan perhatian musuh. Pihak musuh akhirnya hanya memusatkan penyerangan ke KRI MacanTutul. Dua kapal lainnya selamat, sementara KRI Macan Tutul tenggelam beserta awaknya. Yos Sudarso menyerukan pesan terakhirnya yang terkenal, Kobarkan semangat pertempuran.

Bagi para peneliti kelautan negara kita merupakan tempat penelitian yang sangat penting. Pasalnya, tiga lempengan kerak Bumi saling bertabrakan sehingga menjadikan topografi dasar laut Indonesia bervariasi. Bentuknya mulai dari kawasan paparan laut yang dangkal (< 200 meter) di Laut Jawa, hingga kawasan cekungan yang dalam di Laut Banda dan deretan palung laut yang memanjang dan ultra dalam (> 7.000 meter) di selatan Pulau Jawa. Kombinasi beragam kedalaman laut ini memberikan keuntungan dikaitkan dengan sirkulasi air laut yang mendukung ekologi dan menjadi habitat berbagai ikan bernilai ekonomis, beserta pasokan alami makanan ikan yang berkesinambungan. Pada Oktober 2002, Tim Ekspedisi Laut Dalam Indonesia-Jepang berhasil menyelam pada kedalaman lebih dari 2.000 meter di Palung Jawa. Menggunakan kapal selam riset Jepang, Shinkai 6500, para ilmuwan itu mencari jawaban ilmiah terhadap Patahan Sumatra, endapan gas metana di dasar laut, dan keberadaan biota laut dalam yang hidup tanpa cahaya matahari.

Keindahan terumbu karang yang hidup di perairan dangkal negara kita berhasil memikat hati setiap penyelam,entah yang berasal dari dalam negeri maupun mancanegara. Di wilayah perairan terumbu karang yang jernih, hewan-hewan membekali diri mereka dengan warna-warna yang mencolok. Pada kawasan yang berlimpah cahaya matahari ini perubahan warna yang terjadi pada seekor ikan, misalnya ikan kambing-kambing (Pomacanthus imperator), juga berhasil memancing minat para peneliti dan olahragawan selam.

Menghampar sepanjang kurang lebih 50.000 kilometer persegi, kawasan terumbu karang membentengi pulau-pulau Indonesia.Wilayah terumbu karang itu juga termasuk kawasan segitiga terumbu karang (coral triangle) yang merupakan pusat keanekaragaman hayati laut dunia. Kawasan itu memiliki luas terumbu karang sekitar 75.000 km2 yang mencakup Indonesia, Philipina, Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon. Lebih dari 120 juta orang hidupnya sangat bergantung dari terumbu karang di kawasan tersebut. Hal ini menjadi alasan yang sangat kuat untuk melakukan upaya konservasi terumbu karang di kawasan tersebut.

Kawasan segitiga terumbu karang sendiri memiliki lebih dari 500 spesies karang. Hingga saat ini, kepulauan Raja Ampat merupakan lokasi dengan keanekaragaman hayati terumbu karang tertinggi di dunia dengan sekitar 537 jenis karang (CI, 2001). Jumlah jenis karang tersebut merupakan 75% jenis karang yang ditemukan di dunia. Akibat letaknya yang dekat dengan garis pantai dan mudah diakses masyarakat setempat, ekosistem terumbu karang mengalami tekanan yang hebat. Praktik penangkapan ikan menggunakan racun sianida dan bahan peledak merupakan contoh umum dalam kegiatan perusakan. Untuk itu, sudah sepantasnya kita menyelamatkan laut negara kita demi masa depan, bukan hanya untuk anak-cucu, tetapi sekaligus menjaga kelangsungan hidup ekosistem dunia.

Sumber Buku : Konservasi Kawasan Perairan Indonesia Bagi Masa Depan Dunia,

Ko

Tidak ada komentar: