Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu menyelidiki
ceceran minyak mentah yang terdapat di Pulau Biawak Indramayu. Sampel
ceceran minyak mentah yang ditemukan tersebut dikirim ke Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) RI.
Kepala kantor lingkungan hidup kabupaten Indramayu, Joko Hartawan mengatakan sampel minyak mentah yang diperoleh dari koalisi masyarakat pesisir Indramayu (KOMPI) akan diteliti dan diuji di laboratorium KLH RI.
Kepala kantor lingkungan hidup kabupaten Indramayu, Joko Hartawan mengatakan sampel minyak mentah yang diperoleh dari koalisi masyarakat pesisir Indramayu (KOMPI) akan diteliti dan diuji di laboratorium KLH RI.
"Pencemaran di Pulau Biawak telah kita laporkan ke KLH di
Jakarta. Sampelnya tengah kita kirim untuk diuji," ungkap Joko
menjelaskan kepada wartawan, Kamis (11/10/2012).
Joko mengatakan selain melakukan uji sampel minyak mentah, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu juga akan mengundang sejumlah industri migas seperti Pertamina RU VI Balongan, Pertamina EP region Jawa dan Pertamina ONWJ untuk membantu melakukan pembersihan ceceran minyak mentah di Pulau Biawak.
"Kita belum melakukan upaya untuk mencari pelaku pencemaran, karena harus didasarkan atas bukti dan penelitian yang valid. Saat ini, lebih baik semua pihak, bersama-sama untuk peduli terhadap lingkungan dengan melakukan pembersihan ceceran minyak mentah," katanya.
Apalagi dari sejumlah penelitian yang dilakukan melalui uji laboratorium, terutama dalam pencemaran minyak mentah di Pantai Payang dan Pantai Balok Desa Pasekan Kecamatan Indramayu, setelah dicocokan dengan minyak mentah milik industri migas, tidak ada kecocokan.
Sementara itu, Anggota fraksi PDI-P DPRD Kabupaten Indramayu, Ruwadi Budiman cukup prihatin dengan maraknya pencemaran limbah minyak mentah di sejumlah wilayah pantai di kabupaten Indramayu. Ia menjelaskan, kasus pencemaran di Kabupaten Indramayu dalam beberapa tahun terakhir cukup meningkat jumlahnya.
"DPRD juga meminta kepada kantor lingkungan hidup untuk lebih maksimal dalam penanganan pencemaran lingkungan," katanya.
Ruwadi menyebut, pencemaran lingkungan akibat limbah minyak mentah harus menjadi evaluasi agar dapat ditangani secara lebih serius.
Komandan pengawasan laut dan pantai (KPLP) Kantor Pelabuhan Kabupaten Indramayu, Koko Sudeswara mengatakan, pihaknya telah melakukan monitoring terkait pencemaran minyak mentah di Pulau Biawak.
"Kami belum menemukan adanya kebocoran minyak mentah di laut lepas. Namun, kami juga telah menemukan adanya ceceran minyak mentah di Pulau Biawak," katanya.
Kawasan wisata Pulau Biawak seperti diketahui, tercemar oleh ceceran minyak mentah atau crude oil. Tumpahan crude oil tersebut menempel di pohon-pohon mangrove di kawasan wisata dan konservasi milik daerah.
Pencemaran yang terjadi di Pulau Biawak diduga telah berlangsung lama. Hal itu dikarenakan, ceceran crude oil yang menempel di pohon mangrove, sulit untuk dibersihkan. KOMPI telah melakukan penelitian di lokasi dan mengambil sampel crude oil yang ditemukan di Pulau Biawak. (sindonews.com)
Joko mengatakan selain melakukan uji sampel minyak mentah, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu juga akan mengundang sejumlah industri migas seperti Pertamina RU VI Balongan, Pertamina EP region Jawa dan Pertamina ONWJ untuk membantu melakukan pembersihan ceceran minyak mentah di Pulau Biawak.
"Kita belum melakukan upaya untuk mencari pelaku pencemaran, karena harus didasarkan atas bukti dan penelitian yang valid. Saat ini, lebih baik semua pihak, bersama-sama untuk peduli terhadap lingkungan dengan melakukan pembersihan ceceran minyak mentah," katanya.
Apalagi dari sejumlah penelitian yang dilakukan melalui uji laboratorium, terutama dalam pencemaran minyak mentah di Pantai Payang dan Pantai Balok Desa Pasekan Kecamatan Indramayu, setelah dicocokan dengan minyak mentah milik industri migas, tidak ada kecocokan.
Sementara itu, Anggota fraksi PDI-P DPRD Kabupaten Indramayu, Ruwadi Budiman cukup prihatin dengan maraknya pencemaran limbah minyak mentah di sejumlah wilayah pantai di kabupaten Indramayu. Ia menjelaskan, kasus pencemaran di Kabupaten Indramayu dalam beberapa tahun terakhir cukup meningkat jumlahnya.
"DPRD juga meminta kepada kantor lingkungan hidup untuk lebih maksimal dalam penanganan pencemaran lingkungan," katanya.
Ruwadi menyebut, pencemaran lingkungan akibat limbah minyak mentah harus menjadi evaluasi agar dapat ditangani secara lebih serius.
Komandan pengawasan laut dan pantai (KPLP) Kantor Pelabuhan Kabupaten Indramayu, Koko Sudeswara mengatakan, pihaknya telah melakukan monitoring terkait pencemaran minyak mentah di Pulau Biawak.
"Kami belum menemukan adanya kebocoran minyak mentah di laut lepas. Namun, kami juga telah menemukan adanya ceceran minyak mentah di Pulau Biawak," katanya.
Kawasan wisata Pulau Biawak seperti diketahui, tercemar oleh ceceran minyak mentah atau crude oil. Tumpahan crude oil tersebut menempel di pohon-pohon mangrove di kawasan wisata dan konservasi milik daerah.
Pencemaran yang terjadi di Pulau Biawak diduga telah berlangsung lama. Hal itu dikarenakan, ceceran crude oil yang menempel di pohon mangrove, sulit untuk dibersihkan. KOMPI telah melakukan penelitian di lokasi dan mengambil sampel crude oil yang ditemukan di Pulau Biawak. (sindonews.com)
Limbah minyak kembali cemari pulau terluar Indonesia
Limbah minyak dari kapal-kapal yang berlalu lalang di Selat
Philips kawasan perbatasan Indonesia-Singapura kembali cemari ekosistem
perairan Pulau Putri dan pantai utara Batam, Kepulauan Riau.
Limbah minyak banyak dibuang kapal-kapal yang melintas di sekitar Pulau Putri, saat angin utara mencemari pulau terluar ini. Akibatnya ekosistem seperti terumbu karang dan pohon bakau sebagai penahan ombak rusak dan luas pulau berkurang.
Limbah minyak banyak dibuang kapal-kapal yang melintas di sekitar Pulau Putri, saat angin utara mencemari pulau terluar ini. Akibatnya ekosistem seperti terumbu karang dan pohon bakau sebagai penahan ombak rusak dan luas pulau berkurang.
Ia mengatakan, limbah minyak
mencemari air dan bebatuan yang berada di pantai salah satu pulau
terluar NKRI menjadi hitam akibat minyak yang menempel.
Limbah minyak juga mengakibatkan tunas-tunas bakau yang jatuh dari pohon induk mati akibat minyak yang bersifat panas dan saat terkena matahari menempel sehingga tidak ada pohon bakau baru yang mampu menahan ombak.
"Saat tunas-tunas itu jatuh langsung mati karena terkena minyak, Akibatnya karang juga rusak setelah tidak ada penahan ombak," kata dia.
Limbah B3 yang mengotori pantai pulau berpanorama indah itu tidak hanya berupa minyak mentah yang terlihat tergenang di pantai pasir putih tetapi juga lengket di sampah-sampah domestik yang berserak di kawasan pantai serta ada juga yang telah mengering.
Rini, warga Batam yang berlibur di Pulau Puteri juga mengeluhkan pencemaran yang terjadi.
"Airnya jadi berminyak. Jadi kami nggak bisa main air lagi," kata dia.
Ia mesayangkan pencemaran yang terjadi setiap tahun pada pulau berpasir putih tersebut.
Akhir Oktober 2013, pemerintah Kota Batam, menggandeng Badan Koordinasi Keamanan Laut untuk mengantisipasi pencemaran limbah di pantai utara Pulau Batam yang kerap terjadi setiap musim angin utara.
Kerja sama keduanya tertuang dalam nota kesepahaman tentang pemanfaatan dan pemeliharaan Maritime Rescue Coordinating Centre (MRCC) yang ditandatangani di Batam.
"Kami memiliki fasilitas MRCC, dan bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Fokusnya ingin membantu penanganan lingkungan," kata Kepala Pusat Informasi, Hukum dan Kerja Sama Bakorkamla Laksma TNI Eko Susilo Hadi.
Bakorkamla memiliki MRCC di Teluk Mata Ikan yang bisa digunakan untuk memantau aktivitas kapal-kapal yang berlayar di Selat Malaka. Dari alat itu, diharapkan bisa mengetahui kapal yang membuang limbah di laut untuk kemudian diinformasikan kepada Pemkot Batam. "Laut harus bebas dari pencemaran," kata dia.
MRCC, kata dia, bisa membantu Pemkot mendeteksi dini kapal-kapal yang diduga membuang limbah di tengah laut. "Kami hanya membantu informasi, aksinya oleh Pemkot Batam," kata dia.
Wali Kota Batam, Ahmad Dahlan, mengatakan, selain sekitar Nongsa, pencemaran juga sering terjadi di Batu Besar dan Tiban Utara. (antaranews)
Limbah minyak juga mengakibatkan tunas-tunas bakau yang jatuh dari pohon induk mati akibat minyak yang bersifat panas dan saat terkena matahari menempel sehingga tidak ada pohon bakau baru yang mampu menahan ombak.
"Saat tunas-tunas itu jatuh langsung mati karena terkena minyak, Akibatnya karang juga rusak setelah tidak ada penahan ombak," kata dia.
Limbah B3 yang mengotori pantai pulau berpanorama indah itu tidak hanya berupa minyak mentah yang terlihat tergenang di pantai pasir putih tetapi juga lengket di sampah-sampah domestik yang berserak di kawasan pantai serta ada juga yang telah mengering.
Rini, warga Batam yang berlibur di Pulau Puteri juga mengeluhkan pencemaran yang terjadi.
"Airnya jadi berminyak. Jadi kami nggak bisa main air lagi," kata dia.
Ia mesayangkan pencemaran yang terjadi setiap tahun pada pulau berpasir putih tersebut.
Akhir Oktober 2013, pemerintah Kota Batam, menggandeng Badan Koordinasi Keamanan Laut untuk mengantisipasi pencemaran limbah di pantai utara Pulau Batam yang kerap terjadi setiap musim angin utara.
Kerja sama keduanya tertuang dalam nota kesepahaman tentang pemanfaatan dan pemeliharaan Maritime Rescue Coordinating Centre (MRCC) yang ditandatangani di Batam.
"Kami memiliki fasilitas MRCC, dan bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Fokusnya ingin membantu penanganan lingkungan," kata Kepala Pusat Informasi, Hukum dan Kerja Sama Bakorkamla Laksma TNI Eko Susilo Hadi.
Bakorkamla memiliki MRCC di Teluk Mata Ikan yang bisa digunakan untuk memantau aktivitas kapal-kapal yang berlayar di Selat Malaka. Dari alat itu, diharapkan bisa mengetahui kapal yang membuang limbah di laut untuk kemudian diinformasikan kepada Pemkot Batam. "Laut harus bebas dari pencemaran," kata dia.
MRCC, kata dia, bisa membantu Pemkot mendeteksi dini kapal-kapal yang diduga membuang limbah di tengah laut. "Kami hanya membantu informasi, aksinya oleh Pemkot Batam," kata dia.
Wali Kota Batam, Ahmad Dahlan, mengatakan, selain sekitar Nongsa, pencemaran juga sering terjadi di Batu Besar dan Tiban Utara. (antaranews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar