11 September, 2012

Keasinan Air Laut Tanda Perubahan Iklim

 

Para peneliti kelautan dari Lembaga Antariksa Amerika Serikat, NASA, berupaya mengungkap hubungan antara tingkat keasinan air laut dan perubahan iklim.
Para peneliti kelautan di NASA meyakini, lautan menyimpan tanda perubahan iklim yang lebih lengkap dibanding daratan dan menunjukkannya melalui data konsentrasi garam di permukaan air laut.
Para peneliti telah mencatat tingkat keasinan air laut sejak 50 tahun yang lalu. Mereka menyatakan telah menemukan bukti semakin cepatnya siklus air di laut.

Air laut di wilayah yang mengalami peningkatan intensitas penguapan (evaporasi) dan penurunan curah hujan, akan cenderung menjadi semakin asin. Sementara air laut di lokasi yang sering terjadi hujan, cenderung lebih segar atau memiliki kandungan garam yang lebih sedikit.
Siklus air laut yang semakin cepat, akan semakin memparah kondisi kekeringan dan banjir di seluruh dunia, walau ada prediksi yang menyatakan tidak akan terjadi banyak perubahan pada siklus iklim.

Untuk membuktikan hal itu, NASA mensponsori ekspedisi ke wilayah dengan kandungan garam tertinggi di Samudra Atlantik Utara melalui program Salinity Processes in the Upper Ocean Regional Study (SPURS).
Ekspedisi ini bertujuan memeroleh gambar 3-Dimensi fluktuasi kandungan garam di permukaan air laut dan bagaimana variasi ini memengaruhi pola hujan di seluruh permukaan bumi.

Ekspedisi pertama diberangkatkan minggu lalu (Kamis, 6 September) dengan target menyerap semua informasi di wilayah-wilayah laut yang memiliki tingkat kandungan garam yang tinggi.
Ekspedisi SPURS yang kedua akan dilakukan pada 2015 dengan meneliti wilayah dengan kandungan garam rendah yang terletak di muara sungai – dimana terjadi pertemuan air tawar dan air laut – dan di wilayah katulistiwa yang memiliki curah hujan tinggi.

Laporan lengkap NASA bisa diakses di tautan berikut.

Tidak ada komentar: