16 Agustus, 2012

Hutan Mangrove Lebih Efisien Menyimpan Karbon


 
Hutan mangrove adalah ekosistem yang terus terancam kelestariannya. Diperkirakan 35% wilayah hutan mangrove dunia telah mengalami kerusakan.
Indonesia adalah satu-satunya negara dengan wilayah hutan mangrove terluas yaitu mencapai 27.072 km2 (19.5% dari total wilayah hutan mangrove dunia).

Hasil penelitian terbaru yang diterbitkan dalam situs Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), Senin (30/7) mengungkapkan, jika lestari, potensi hutan mangrove secara ekonomi, ekologis dan sebagai tempat penyimpanan karbon sangat besar.
Penelitian ini disusun oleh tiga orang peneliti yaitu Juha Siikamäkia, James N. Sanchiricoa dan Sunny L. Jardinec dari tiga lembaga yaitu Resources for the Future; Department of Environmental Science and Policy; dan Department of Agricultural and Resource Economics, University of California, Davis.

Mereka berhasil mengungkap potensi ekonomi, ekologis dan penyimpanan karbon dari hutan mangrove guna memromosikan pelestarian sumber daya alam yang berharga ini.
Hutan mangrove selain sebagai tempat berkembangbiaknya ikan, kerang, burung dan mamalia laut, juga berfungsi sebagai penahan abrasi dan melindungi penduduk dari gelombang air laut.
Selain fungsi ekologis di atas, ketiga peneliti menyimpulkan, setiap hektar hutan mangrove, mampu menyimpan karbon dalam jumlah yang lebih banyak dibanding hutan tropis di dataran tinggi (upland tropical forests). Peran ini penting untuk mengurangi jumlah emisi CO2, penyebab pemanasan global yang saat ini terus meningkat.

Walau luas hutan mangrove hanya 0.7% (sekitar 140.000 km2) dari luas hutan tropis dunia, hutan mangrove mampu menyimpan emisi karbon dioksida hingga 20 miliar ton (20 Pg C) atau 2,5 kali lipat lebih banyak dari emisi CO2 yang dihasilkan dunia setiap tahun.

Dan upaya menghindari emisi CO2 dengan menjaga kelestarian hutan mangrove bisa dilakukan dengan biaya antara US$4-10 per ton CO2 – relatif lebih murah jika dibandingkan upaya yang sama pada hutan tropis lain yang mencapai US$10-20 per ton CO2.

Jika mangrove dijaga lestari, kemampuan ini akan terus meningkat, namun jika tren kerusakan hutan mangrove saat ini terus berlanjut, maka potensi akumulasi penyimpanan karbonnya akan musnah.

Salah satu sistem yang bisa digunakan untuk memromosikan upaya konservasi hutan mangrove adalah program pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi (REDD).
Menurut para peneliti, potensi pasar karbon dengan melindungi hutan mangrove ini masih belum banyak digali sebagaimana potensi penyimpanan karbon di hutan tropis.

Untuk itu, penting mengetahui dan menghitung potensi penyimpanan karbon di atas, di bawah dan di dalam tanah hutan mangrove. Kecepatan kerusakan yang terjadi di hutan mangrove juga harus diperhitungkan guna melindungi hutan mangrove dan mencegah pelepasan emisi CO2.

Dengan mengetahui semua informasi tersebut, penduduk dan negara bisa memeroleh manfaat ganda yaitu manfaat ekonomi melalui pasar karbon dan peluang ekologis guna memromosikan konservasi hutan mangrove dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.

Redaksi Hijauku.com

Tidak ada komentar: