Para peneliti berhasil menghitung jumlah penyimpanan karbon global dalam rumput laut yang mencapai 19,9 miliar metrik ton.
Hal tersebut terungkap dalam siaran pers National Science Foundation yang diumumkan kepada publik kemarin (23/5).
Rumput laut adalah bagian penting dari solusi mengatasi perubahan
iklim. Dalam satu wilayah, rumput laut bisa menyimpan karbon dua kali
lebih banyak dibanding hutan-hutan dunia. Temuan ini dipublikasikan
dalam jurnal Nature Geoscience, minggu ini.
Laporan yang berjudul “Seagrass Ecosystems as a Globally Significant
Carbon Stock,” adalah analisis global pertama yang membahas mengenai
potensi penyimpanan karbon di rumput laut.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa hamparan rumput laut di wilayah
perairan, mampu menyimpan karbon hingga 83,000 metrik ton per km2.
Kebanyakan dari karbon-karbon ini tersimpan di dalam tanah, di antara
rumput-rumput laut tersebut. Sebagai perbandingan, hutan biasa, mampu
menyimpan karbon sebesar 30.000 metrik ton per km2 dalam bentuk kayu.
Penelitian
ini memerkirakan, walaupun rumput laut hanya menghuni kurang dari 0.2%
wilayah laut dunia, mereka mampu menyimpan lebih dari 10% karbon yang
tersimpan dalam laut setiap tahun.
“Rumput laut memiliki kemampuan yang unik. Mereka bisa menyimpan
karbon di tanah dan akarnya,” ujar James Fourqurean, ilmuwan dari
Florida International University dan the National Science Foundation
(NSF) yang memimpin penelitian ini. “Kami berhasil menemukan lokasi
rumput laut yang telah menyimpan karbon selama ribuan tahun,” tambahnya
lagi.
Ladang rumput laut menurut para peneliti menyimpan 90% karbon di
tanah dan akan terus menyimpannya selama berabad-abad. Di wilayah
Mediterania – yang memiliki konsentrasi penyimpanan karbon terbesar
dalam penelitian ini – rumput laut bisa menyimpan karbon hingga beberapa
meter ke dalam tanah.
Yang disayangkan, rumput laut saat ini termasuk dalam ekosistem yang
terancam kelestariannya. Sebanyak 29% ladang rumput laut dunia musnah
akibat pencemaran dan penurunan kualitas air. Setidaknya 1,5% dari
hamparan rumput laut di bumi musnah setiap tahun.
Penelitian ini memerkirakan, kerusakan habitat rumput laut ini mampu
melepas karbon hingga 25% lebih banyak dibanding penebangan hutan
(deforestasi) yang terjadi di darat.
“Jika kerusakan habitat rumput laut bisa dipulihkan, mereka bisa
kembali berfungsi sebagai tempat penyimpanan karbon yang efektif ,” ujar
Karen McGlathery, peneliti dari University of Virginia yang turut
membantu penelitian ini.
Redaksi Hijauku.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar