VIVAnews - Siput abalone menyimpan potensi untuk menjadi komoditas,
karena nilai ekonominya yang tinggi. Tapi, jika penangkapannya
berlebihan, dapat mengakibatkan kepunahan. Oleh karena itu, inovasi teknologi budidaya abalone di Indonesia sangat penting ditingkatkan.
Hal itu disampaikan peneliti Puslit Oceanografi LIPI, Dwi Eny Djoko
Setyono dalam orasi ilmiah berjudul, ‘Biologi dan Inovasi Teknologi Budi
daya Abalon Tropis Untuk Meningkatkan Produksi Perikanan di Indonesia’,
di gedung LIPI, Jakarta, Jumat 11 November 2011.
Dia
menyampaikan, masa depan budi daya abalone sangat baik mengingat lahan
yang cocok sangat luas. Makanan siput ini juga gampang dan bahan
pakannya relatif murah. Makanan abalone ini berupa lumut, atau tepung
ikan, tepung kedelai, tepung jagung, dan minyak ikan.
“Pemerintah perlu menyosialisasikan usaha budidaya abalone tropis untuk
menyejahterakan masyarakat,” ujarnya, Jumat, 11 November 2011.
Dalam pasar ekspor, abalone juga banyak diminati seperti, China, Jepang
dan beberapa negara di Eropa. Bahkan di China, abalone kata Dwi,
dijadikan suguhan resmi untuk tamu.
Harga abalone di pasar
ekspor mencapai US$40 per kg untuk abalone hidup, US$66 per kg untuk
daging abalone segar, US$80 per kg untuk abalone yang dikalengkan.
“Untuk budidaya ini bisa dimulai kecil saja, buat kolam ukuran 5 m2 sudah bisa. Yang penting airnya bersih,” sarannya.
Sampai saat ini, dia mengaku sudah mengembangkan pembenihan. Tahun depan akan melakukan studi pembesaran budidaya.
Meski demikian, dia merasa inovasi budidaya perlu dikembangkan. Masih
banyak riset berkaitan dengan budidaya abalon perlu dilakukan, misalnya
formulasi pakan buatan, pemilihan benih, aplikasi zat probiotik dan
hormon pertumbuhan, dan kontrol penyakit.
Untuk melakukan
penelitian juga diperlukan kerja tim yang terdiri dari, pakar nutrisi,
biokimia, imunologi, mikrobiologi. Pemanfaatan abalone sampai saat ini
hanya untuk konsumsi. Tapi tidak menutup kemungkinan bisa dilanjutkan
dengan pemanfaatan yang lain.
Di beberapa wilayah Indonesia,
abalone diketahui telah mengalami kelebihan tangkapan. Untuk itu, dia
mengharapkan pemerintah mengeluarkan peraturan untuk membatasi kuota
maupun ukuran biota yang boleh ditangkap dari alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar