Mangrove di Lampung hampir tinggal menjadi kenangan. Mangrove yang ada sudah beralih fungsi, sebagian besar untuk pertambakan dan pembibitan udang dan komoditi laut lainnya.

Menurut Profesor Ali Kabul, ahli pesisir dari Universitas Lampung, mangrove yang tersisa di Lampung hanya sekitar 10% dari sekitar 22,000 hektar lahan mangrove yang terpetakan di tahun 1999. “Padahal mangrove sangat penting bagi masyarakat Lampung untuk menjaga siklus abrasi dan sedimentasi di Lampung,” ujar Proffesor Ali menambahkan.

Sekelumit harapan datang dari desa Merak Belantung, Kalianda. Walau diapit oleh pembangunan tambak, sebagian mangrove dari kawasan ini masih tampak cukup baik.

“Tempat ini sangat penting bukan hanya dari sisi ekologis, namun juga karena potensial ekonomi langsung yang bisa didapat, seperti misalnya melalui pengembangan ekowisata,” tutur Ahmad Yunus, pengelola program Miyara untuk Lampung

Yunus beserta tim Miyara lainnya, bersama-sama dengan partner kerja dari Grand Elty Krakatoa Resort dan Coral Reef Aliance hari Senin, 17 Oktober 2011 kemarin, baru saja melakukan kayaking di kawasan mangrove di muara Sungai Glubug, Kalianda. Kawasan mangrove ini masih rindang, dan penuh dengan burung serta binatang-binatang lainnya.

Harapan ke depan tentunya adalah bekerja bersama para mitra lokal agar kawasan mangrove ini dapat terjaga dan terpelihara dengan baik agar bermanfaat bagi masyarakat.

http://www.goblue.or.id/sepercik-harapan-untuk-mangrove-di-kalianda