25 Oktober, 2011

Sepasang Nelayan


Pada tanggal 21 November 1998 presiden Amerika Serikat Bill Clinton dalam pencanangan hari perikanan dunia World Fisheries Day menyatakan bahwa "World Fisheries Day,its not only anoccasion for celebration, it is also a time to raise awerness of the plight of so many of the world's fish resources". tampak nya di bumi belahan Barat fokus masalah tinggal ke arah pelestarian lingkungan.sedangkan di Timur,segenap pihak sampai saat ini masih berkubang dalam masalah yang kompleks,terutama kemiskinan nelayan. begitulah, rupanya di dunia ini ada berpasang-pasangan.Barat-Timur, Utara-Selatan, Kaya-Miskin dan sebagainya.

Kendati pun di Barat dan Timur keduanya ada tuntutan untuk peningkatan taraf hidup,tapi ukurannya tampak berbeda,ada subjektifitas. hal ini terbukti saat muncul dalam upaya perbaikan kondisi kerja di sektor perikanan di PBB. Organisasi Buruh Sedunia ILO,mengusulkan adanya konvensi yang mengatur kondisi kerja di kapal ikan sejak 2003. akhirnya Work in Fishing convention di sepakati dan ditetapkan pada Iternational Labour Conference pada tanggal 14 Juni 2007. konvensi tersebut terwujud setelah melalui perjalanan panjang perdebatan dan pembahasan di Afrika, Asia, Amerika Latin dan Eropa,yang di sebabkan oleh beda "kelas" kesejahteraan.

Konvensi di setujui secara mayoritas oleh utusan pemerintah.pengusaha dan nelayan. kesepakatan tersebut terwujud setelah ada pertemuan antara harapan dan kenyataan, pengakuan adanya dua wajah nelayan di dunia. di satu pihak kelomok eropa dan amerika latin mengharapkan "kenyamanan" bekerja, di lain pihak asia dan afrika mengungkapkan kenyataan kemiskinan yang harus di pertimbangkan.

Di dunia ini terdapat 4 juta kapal ikan, yang di awaki oleh 30 juta nelayan. tujuh belas juta di antaranya adalah full time nelayan, bukan sambilan. usulan dari Eropa yang di dukung Amerika Latin,meminta kenyamanan tempat tidur,tempat kerja di laut,bahkan toilet dan keberadaan air minum dan lain-lain agar di jamin secar detail. delegasi dari Asia Pasifik melihat kondisi nyata kapal ikan di negara berkembang yang jauh dari nyaman.

Dalam sidang ILO bulan Mei-Juni 2007, delegasi dari Asia- Pasifik meminta penulis memimpin pra-sidang yang akhirnya menyampaikan solusi,yakni harus ada pasal yang memuat penerapan konvensi tersebut supaya di laksanakan secara realistis,progresif dan luwes. yakni dapat diterapkan secara bertahap,dan atas keputusan pemerintah negara setempat.

Bahkan perbedaan wajah fisik kapal juga di berikan solusi.kapal ikan Eropa kebanyakan berbentuk panjang dan langsing,adapun di Asia kelihatan lebar dan pendek.oleh karnanya dalam konvensi juga dilakukan ketentuan konversi,yakni dari ukuran panjang 15 meter,24 meter dan 45 meter, di tetapkan kesetaraannya dengan ukuran gross ton bagi kapal Asia.

work in fishing convention 2007 dinilai sebagai konvensi yang menunjukan kedewasaan bersikap terhadap harsat untuk meningkatkan kondisi kerja para nelayan,dengan relitas yang sulit dipungkiri dalam kehidupan nyata,terutama di negara berkembang namun dengan adanya konvensi tersebut dapat dtetapkan adannya persyaratan minimun bagi manajemen kapal ikan,seperti sertifikat kesehatan,daftar anak buah kapal,perjanjian kerja di laut dan ansuransi yang menanggung adanya kesehatan, kecelakaan dan kematian.

Nelayan Nusantara

Di Indonesia,juga memilik dua wajah nelayan.sehubungan dengan kondisi sumberdaya perikanan yang ada. Indonesia kawasan timur memiliki komoditas ekspor,seperti tuna,cakalang dan udang. di kawasan tengah dan barat, hasil yang diperoleh nelayan kebanyakan ikan pelagis kecil,seperti kembung,layang,selar,tongkol, dan sebagainya, yang kebanyakan untuk pasar domestik.secar demografis daerah timur indonesia nelayan nya tidakbegitu banyak,dan sumber daya alamnya masih belum begitu terkuras,kecuali laut arafura. di kawasan tengah dan barat jumlah nelayannya sangat padat,yang mengeksploitasi daerah tangkapan laut Jawa, selat Makasar dan selat Karimata yang sudah dalam kondisi over fishing atau lebih tangkap.

Dari sisi pengelolaan atau manajemen, dikawasan timur, baik pengusaha join venture maupun pengusaha nasiona, menerep kan menejemen organisasi industri. hubunga kerja pemilik perusahaan dan nelayan atau anak buah kapal adalah sistem karyawan dengan pola penggajian bulanan disertai bonus terhadap kelebihan hasil tangkap atau kinerja lainnya. hubungan ini berdasar kontraktual yang bersifat formal.

Nelayan di Pantai Utara Jawa, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera, kebanyakan menjali hubungan sosial yang informal dengan pemilik kapal yang disebut ponggawa. pengupahan dilakukan dengqan sistem bagi hasil, dengan biaya operasional di ongkosi terlebih dahulu oleh pemilik kapal, namun dibeban kan bersama pada hasil tangkap. hasil bersihnya di bagi sebagian untuk pemilik kapsal, sebagian lainnya untuk nahkoda dan para nelayan yang menyertai.

Dalam strategi kedepan, hendaknya apapun wajahnya, secara bertahap harus menuju padaa pelaksanaan work in fishing convension, msebagai arah mensejaterahkan nelayan, dengan penghasilan yang layak, jaminan asuransi yang jelas dengan kondisi kerja yang memadai. dengan demikian kedua pasangan nelayan yang berada di kawasan timur dan barat indonesia atau nelayan moderen dan nelayan tradisional akan lebih baik, dan jurang antara keduanya semakin menyempit.

Sumber : Sekretaris Dewan Pakar Masyarakat Perikanan Nusantara (MPN)
Jl. Tawes Dalam No. 1 Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Telp. (021) 7807668 HP. 08161933911 email : soenanhp@yahoo.com

http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/3822/Sepasang-Nelayan/?category_id=30

Tidak ada komentar: