Wangi-wangi, Sultra (ANTARA) - Walikota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur Daniel mengatakan kerusakan terumbu karang di wilayah pesisir merupakan bencana kemanusiaan karena menyimpan berbagai potensi sumber daya alam yang menjadi sumber kesejahteraan masyarakat.
"Merusak terumbu karang, sama halnya menciptakan bencana bagi umat manusia di muka bumi, karena potensi sumber daya wilayah pesisir yang menjadi kebutuhan banyak orang akan hilang bersamaan dengan rusaknya terumbu karang tersebut," katanya di sela-sela mengikuti pertemuan para bupati dan walikota dari enam negara yang menjadi anggota Coral Triangle Inisiative (CTI) di Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra), Selasa.
Oleh karena itu kata Daniel, para bupati dan walikota sebagai pemegang kebijakan di tingkat lokal, harus berkomitmen menjaga kelestarian wilayah pesisir teerutama terumbu karang dari berbagai ancaman kerusakan, sehingga dapat memberikan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
"Dengan sistem pemerintahan otonomi seperti sekarang ini, tanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan alam, termasuk wilayah pesisir terletak di tangan bupati dan walikota sebagai pemegang otorita atau kebijakan di tingkat lokal," katanya.
Makanya kata dia, setiap bupati dan walikota harus bertanggung jawab menyelamatkan lingkungan, terutama wilayah pesisir dari ancaman karusakan oleh pihak mana pun.
"Siapa pun dia, jika terindikasi melakukan kegiatan yang berdampak pada kerusakan lingkungan, terutama di wilayah pesisir, bupati dan walikota harus berani memberi tindakan tegas agar kelestarian alam tetap terjaga," katanya.
Keterangan serupa juga disampaikan Bupati Wakatobi, Provinsi Sultra, Hugua. Menurut Hugua , saat ini para bupati dan walikota tidak boleh lagi berpikir mengeruk kekayaan sumber daya alam untuk menyejahterakan masyarakatnya, akan tetapi harus berpikir bagaimana memberikan sesuatu kepada alam, sehingga kelestarian dan keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
"Kalau ada bupati dan walikota yang berpikir mengeruk sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat, lebih baik berhenti jadi bupati atau walikota, karena pejabat yang demikian itu hanya akan menciptakan bencana bagi anak cucuk," katanya.
Lingkungan alam kata Hugua, telah mengajarkan kepada umat manusia, bahwa jika memberikan sesuatu kepada alam, alam akan mengembalikan lebih dari sesuatu yang diberikan itu.
"Contoh kecil misalnya, kalau kita menanam padi atau jagung satu butir kepada alam, maka alam akan mengembalikannya satu bulir padi atau jagung yang didalamnya berisi puluhan bahkan ratusan biji," katanya.
Itulah ujar Hugua kemurahan alam yang diberikan kepada umat manusia, yang sering kali diabaikan bahkan dilupakan sama sekali.
Jadi, sekarang ini tutur Hugua, bukan lagi saatnya mengambil dari alam, akan tetapi sudah harus memberikan sesuatu kepada alam, sehingga kelestarian dan kesembangan alam tetap terjaga.
"Prinsipnya, kalau mengambil satu pohon dari alam, maka harus menanam atau mengembalikan dua pohon ke alam. Prilaku seperti itu yang bisa membawa kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan," katanya.
http://id.berita.yahoo.com/walikota-kupang-kerusakan-terumbu-karang-bencana-kemanusiaan-012815958.html
"Merusak terumbu karang, sama halnya menciptakan bencana bagi umat manusia di muka bumi, karena potensi sumber daya wilayah pesisir yang menjadi kebutuhan banyak orang akan hilang bersamaan dengan rusaknya terumbu karang tersebut," katanya di sela-sela mengikuti pertemuan para bupati dan walikota dari enam negara yang menjadi anggota Coral Triangle Inisiative (CTI) di Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra), Selasa.
Oleh karena itu kata Daniel, para bupati dan walikota sebagai pemegang kebijakan di tingkat lokal, harus berkomitmen menjaga kelestarian wilayah pesisir teerutama terumbu karang dari berbagai ancaman kerusakan, sehingga dapat memberikan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
"Dengan sistem pemerintahan otonomi seperti sekarang ini, tanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan alam, termasuk wilayah pesisir terletak di tangan bupati dan walikota sebagai pemegang otorita atau kebijakan di tingkat lokal," katanya.
Makanya kata dia, setiap bupati dan walikota harus bertanggung jawab menyelamatkan lingkungan, terutama wilayah pesisir dari ancaman karusakan oleh pihak mana pun.
"Siapa pun dia, jika terindikasi melakukan kegiatan yang berdampak pada kerusakan lingkungan, terutama di wilayah pesisir, bupati dan walikota harus berani memberi tindakan tegas agar kelestarian alam tetap terjaga," katanya.
Keterangan serupa juga disampaikan Bupati Wakatobi, Provinsi Sultra, Hugua. Menurut Hugua , saat ini para bupati dan walikota tidak boleh lagi berpikir mengeruk kekayaan sumber daya alam untuk menyejahterakan masyarakatnya, akan tetapi harus berpikir bagaimana memberikan sesuatu kepada alam, sehingga kelestarian dan keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
"Kalau ada bupati dan walikota yang berpikir mengeruk sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat, lebih baik berhenti jadi bupati atau walikota, karena pejabat yang demikian itu hanya akan menciptakan bencana bagi anak cucuk," katanya.
Lingkungan alam kata Hugua, telah mengajarkan kepada umat manusia, bahwa jika memberikan sesuatu kepada alam, alam akan mengembalikan lebih dari sesuatu yang diberikan itu.
"Contoh kecil misalnya, kalau kita menanam padi atau jagung satu butir kepada alam, maka alam akan mengembalikannya satu bulir padi atau jagung yang didalamnya berisi puluhan bahkan ratusan biji," katanya.
Itulah ujar Hugua kemurahan alam yang diberikan kepada umat manusia, yang sering kali diabaikan bahkan dilupakan sama sekali.
Jadi, sekarang ini tutur Hugua, bukan lagi saatnya mengambil dari alam, akan tetapi sudah harus memberikan sesuatu kepada alam, sehingga kelestarian dan kesembangan alam tetap terjaga.
"Prinsipnya, kalau mengambil satu pohon dari alam, maka harus menanam atau mengembalikan dua pohon ke alam. Prilaku seperti itu yang bisa membawa kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan," katanya.
http://id.berita.yahoo.com/walikota-kupang-kerusakan-terumbu-karang-bencana-kemanusiaan-012815958.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar