Lokasinya hanya 20 menit perjalanan dari pusat kota. Disana ada lokasi penyelaman dengan beragam koral dan ikan hias. Ada juga bangkai kapal yang ratusan tahun tenggelam. Panorama sunsetnya juga menjadi incaran calon pengantin. Itulah Pantai Leato di Gorontalo
PANTAI Leato berada di Kelurahan Leato, Kecamatan Kota Timur, sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Gorontalo. Cukup 15-20 menit perjalanan untuk mencapai pantai yang kaya dengan beragam koral dan ikan hias itu. Beragam model transportasi dapat dipilih. Dari terminal sentral kota Gorontalo, pengunjung bisa memanfaatkan angkutan umum dengan tarif 6 ribu per orang. Kalau mau yang yang lebih berkesan, ada jasa kenderaan khas Gorontalo. Yakni, bentor (becak motor). Tarifnya Rp 15 ribu-25 ribu sekali jalan. “Lebih mahal memang bila kita berangkat sendirian. Bila kita berangkat berombongan, jatuhnya tidak beda dengan angkutan umum. Sebab, satu bentor bisa memuat tiga penumpang”, terang seorang teman yang asli Gorontalo. Yang jelas, kita akan merasakan sensasi berbeda bila memilih bentor. Sebab, tidak disemua tempat kita bisa merasakan naik bentor. Dengan naik kenderaan khas Gorontalo tersebut, kita lebih leluasa menikmati pesona Pantai Teluk Tomini
disepanjang perjalanan ke Pantai Leato. Begitu sampai di Pantai Leato, beragam jenis terumbu karang dan ikan hias akan siap memanjakan mata kita. Dengan kekayaan bawah laut itu, Pantai Leato dikenal sebagai salah satu objek wisata diving (selam) di Provinsi Gorontalo. Apalagi, disana ada bangkai kapal yang ratusan tahun tenggelam. “Penyelam dari Jakarta, Surabaya dan Makasar sering berkunjung kesini untuk melihat keindahan bangkai kapal itu”, tuturnya. Setelah ratusan tahun berada dibawah laut, bangkai kapal tersebut menyatu dengan koral dan ikan hias di Pantai Leato. Itu menjadikannya semacam rumah ikan raksasa yang menawarkan sensasi tambahan bagi penggemar diving. Penyelam dapat menikmati keindahna terumbu karang pada kedalaman 25-28 meter jika air sedang surut di Pantai Leato. Titik penyelaman juga relative dekat, hanya sekitar 500 meter dari bibir pantai. Sebelum menyelam, pengunjung bisa menyiapkan peralatan di Gorontalo Diving Centre. Ada
juga fasilitas air bersih untuk membilas diri sehabis menyelam di bangunan tersebut. “Sayang, tidak teredia tempat pengisian tabung oksigen”, ujar rekan dari Jakarta yang baru pertama kali berkunjung ke Pantai Leato. Merespons itu, teman yang asli Gorontalo berkata, “memang ada sih. Tapi, di pusat Kota Gorontalo ada beberapa tempat melayani segala keperluan menyelam”. Bagi yang berminat menyelam, ada dermaga kayu yang memanjang dibibir pantai. Tempat tersebut menawarkan pemandangan lepas ke samudera. Dermaga kayu itu menjadi tempat favorit bagi pengujung yang ingin menikmati matahari tenggelam pada sore hari. Panorama sunset di Pantai Leato memang terkenal menawan. Lihat saja cahaya kemerahan yang seolah timbul dan tenggelam di permukaan gelombang tersebut. Dalam gulungan ombak, cahaya kemerahan itu seolah berkejaran menuju pantai. Gumpalan awan keemasan membentuk konfigurasi menakjubkan dalam hamparan langit biru yang berpadu dengan semburat
merah emas. Sungguh lukisan alam yang luar biasa. Tidak aneh jika banyak calon pengantin yang memanfaatkan sunset Pantai Leato sebagai latar foto kenangan mereka. Dalam temaram senja, pose mempelai memang jadi kian romantis. Tidak cukup menikmati panorama pantai, ada tempat penyewaan perahu sekitar 100 meter dari Pantai Leato. Tarifnya beragam dan bergantung pada jenis perahu yang dipakai. Untuk perahu tradisional, tarifnya 15 ribu per jam. Kalau mau perahu bermesin, kita harus membayar Rp 50 ribu per jam. Penghobi memancing biasa memanfaatkan perahu tersebut. Meski bukan lokasi terbaik untuk menangkap ikan, Pantai Leato punya Kerapu yang bertebaran dan menjadi incaran penghobi memancing. Ikan yang yang berhasil di tangkap bisa langsung di masak diurmah warga. “Rasanya beda lho kalau menikmati ikan segar di pantai. Apalagi ikan tangkapan sendiri”, kata teman yang asli Gorontalo tadi. (jpnn/c12/soe)
Sumber : Gorontalo Post 04 Mei 2011
PANTAI Leato berada di Kelurahan Leato, Kecamatan Kota Timur, sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Gorontalo. Cukup 15-20 menit perjalanan untuk mencapai pantai yang kaya dengan beragam koral dan ikan hias itu. Beragam model transportasi dapat dipilih. Dari terminal sentral kota Gorontalo, pengunjung bisa memanfaatkan angkutan umum dengan tarif 6 ribu per orang. Kalau mau yang yang lebih berkesan, ada jasa kenderaan khas Gorontalo. Yakni, bentor (becak motor). Tarifnya Rp 15 ribu-25 ribu sekali jalan. “Lebih mahal memang bila kita berangkat sendirian. Bila kita berangkat berombongan, jatuhnya tidak beda dengan angkutan umum. Sebab, satu bentor bisa memuat tiga penumpang”, terang seorang teman yang asli Gorontalo. Yang jelas, kita akan merasakan sensasi berbeda bila memilih bentor. Sebab, tidak disemua tempat kita bisa merasakan naik bentor. Dengan naik kenderaan khas Gorontalo tersebut, kita lebih leluasa menikmati pesona Pantai Teluk Tomini
disepanjang perjalanan ke Pantai Leato. Begitu sampai di Pantai Leato, beragam jenis terumbu karang dan ikan hias akan siap memanjakan mata kita. Dengan kekayaan bawah laut itu, Pantai Leato dikenal sebagai salah satu objek wisata diving (selam) di Provinsi Gorontalo. Apalagi, disana ada bangkai kapal yang ratusan tahun tenggelam. “Penyelam dari Jakarta, Surabaya dan Makasar sering berkunjung kesini untuk melihat keindahan bangkai kapal itu”, tuturnya. Setelah ratusan tahun berada dibawah laut, bangkai kapal tersebut menyatu dengan koral dan ikan hias di Pantai Leato. Itu menjadikannya semacam rumah ikan raksasa yang menawarkan sensasi tambahan bagi penggemar diving. Penyelam dapat menikmati keindahna terumbu karang pada kedalaman 25-28 meter jika air sedang surut di Pantai Leato. Titik penyelaman juga relative dekat, hanya sekitar 500 meter dari bibir pantai. Sebelum menyelam, pengunjung bisa menyiapkan peralatan di Gorontalo Diving Centre. Ada
juga fasilitas air bersih untuk membilas diri sehabis menyelam di bangunan tersebut. “Sayang, tidak teredia tempat pengisian tabung oksigen”, ujar rekan dari Jakarta yang baru pertama kali berkunjung ke Pantai Leato. Merespons itu, teman yang asli Gorontalo berkata, “memang ada sih. Tapi, di pusat Kota Gorontalo ada beberapa tempat melayani segala keperluan menyelam”. Bagi yang berminat menyelam, ada dermaga kayu yang memanjang dibibir pantai. Tempat tersebut menawarkan pemandangan lepas ke samudera. Dermaga kayu itu menjadi tempat favorit bagi pengujung yang ingin menikmati matahari tenggelam pada sore hari. Panorama sunset di Pantai Leato memang terkenal menawan. Lihat saja cahaya kemerahan yang seolah timbul dan tenggelam di permukaan gelombang tersebut. Dalam gulungan ombak, cahaya kemerahan itu seolah berkejaran menuju pantai. Gumpalan awan keemasan membentuk konfigurasi menakjubkan dalam hamparan langit biru yang berpadu dengan semburat
merah emas. Sungguh lukisan alam yang luar biasa. Tidak aneh jika banyak calon pengantin yang memanfaatkan sunset Pantai Leato sebagai latar foto kenangan mereka. Dalam temaram senja, pose mempelai memang jadi kian romantis. Tidak cukup menikmati panorama pantai, ada tempat penyewaan perahu sekitar 100 meter dari Pantai Leato. Tarifnya beragam dan bergantung pada jenis perahu yang dipakai. Untuk perahu tradisional, tarifnya 15 ribu per jam. Kalau mau perahu bermesin, kita harus membayar Rp 50 ribu per jam. Penghobi memancing biasa memanfaatkan perahu tersebut. Meski bukan lokasi terbaik untuk menangkap ikan, Pantai Leato punya Kerapu yang bertebaran dan menjadi incaran penghobi memancing. Ikan yang yang berhasil di tangkap bisa langsung di masak diurmah warga. “Rasanya beda lho kalau menikmati ikan segar di pantai. Apalagi ikan tangkapan sendiri”, kata teman yang asli Gorontalo tadi. (jpnn/c12/soe)
Sumber : Gorontalo Post 04 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar