23 Desember, 2010

Cuaca Buruk Ancam Perairan


Kupang, Kompas - Cuaca ekstrem yang melanda pelbagai belahan dunia juga menimbulkan angin kencang dan gelombang tinggi di perairan di Indonesia. Hal itu mengakibatkan nelayan tidak bisa melaut dan terancam kehilangan pendapatan.


Cuaca buruk terjadi di perairan Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi, dan Sumatera.


Di NTT, terutama kawasan pantai selatan, angin kencang dan curah hujan menjadi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Cuaca di Australia, adanya salju pada musim panas, memengaruhi cuaca di Pulau Rote Ndao, Sabu Raijua, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, dan Kabupaten Belu.


Adapun cuaca di Flores dan Sumba tidak terlalu terpengaruh.


Kepala Stasiun Klimatologi Lasiana, Kupang, Purwanto di Kupang, Selasa (21/12), menyatakan, selama badai salju di Australia masih terjadi, NTT tidak luput dari ekor badai. Saat ini tinggi gelombang laut masih 2-3 meter dan kecepatan angin 25-30 kilometer per jam.


Purwanto meminta Pemerintah Kabupaten Rote Ndao dan Sabu Raijua untuk mengingatkan nelayan tradisional agar waspada selama berlayar. Mereka tidak boleh memasuki wilayah perairan sampai jauh ke selatan mendekati Australia. Pelayaran rakyat di Sabu Raijua dan Rote Ndao sebaiknya dihentikan sementara sambil menunggu cuaca normal.


Kepala Seksi Kesyahbandaran Dinas Kelautan dan Perikanan NTT Frans Meo mengatakan, ratusan nelayan tradisional, termasuk pencari ikan tuna dan cakalang, empat hari terakhir tidak melaut karena cuaca sulit diprediksi.


Ketua Himpunan Kerukunan Tani dan Nelayan NTT Melkianus Adoe meminta pemerintah segera melakukan sosialisasi kepada nelayan dan usaha pelayaran agar mereka waspada.


Cuaca buruk pada awal musim barat ini belum memengaruhi aktivitas pelayaran penumpang dan barang dari dan ke pelabuhan di Ambon, Maluku. Namun, nakhoda kapal diminta waspada karena gelombang laut yang tinggi kerap terjadi.


Hal itu dikemukakan Kepala Bidang Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai Administratur Pelabuhan Slamet Riyadi, Ambon, Benny Manuputty, Selasa. Hal yang sama dikatakan KepalaBadan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Bandara Pattimura, Ambon, Erasmus Kayadu.


Kepala Kantor Pelabuhan Tulehu, Maluku Tengah, Eddy Paays mengatakan, arus lalu lintaspenumpang dan barang dari Tulehu ke Pulau Saparua atau Seram tidak terganggu selama sepekan ini.


Nelayan tidak melaut
Sementara itu, gelombang tinggi dan angin kencang sejak pekan lalu memaksa ratusan nelayan di Paotere, Makassar, dan Pantai Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, tidak melaut. Harga ikan laut melonjak.


Di Pasar Pa’baeng-baeng dan Pasar Terong, Kota Makassar, harga ikan tongkol naik dari Rp 20.000 menjadi Rp 30.000 per kilogram (kg), ikan tenggiri dari Rp 28.000 menjadi Rp 42.000 per kg, ikan kakap putih dan kakap merah dari Rp 25.000 menjadi Rp 37.500-Rp 40.000 per kg. Ikan tambak dan air tawar, seperti bandeng, lele, dan nila, harganya turut melonjak.


Menurut sejumlah pedagang, kenaikan harga tersebut terjadi karena tingginya permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru. Di sisi lain, pasokan ikan laut juga terbatas.
Kepala Stasiun Meteorologi Pelabuhan Paotere Hanafi Hamzah menuturkan, ketinggian gelombang di Selat Makassar hingga Laut Flores mencapai 3 meter. Gelombang diperkirakan semakin tinggi pada puncak musim hujan Januari 2011.


Hal serupa terjadi pada nelayan di Teluk Betung, Bandar Lampung. Hari Selasa, aktivitas di Pusat Pelelangan Ikan Lempasing, Teluk Betung, sepi. Hanya segelintir nelayan dan pedagang melakukan bongkar muat ikan.


Kembali normal
Sebaliknya, setelah terjadi cuaca buruk beberapa hari terakhir, aktivitas kapal-kapal di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, kini kembali normal. Kepala Bidang Humas Administrasi Pelabuhan Tanjung Emas Suwardji Sentot di Kota Semarang, Selasa, mengatakan, sejak hari Sabtu (18/12), beberapa kapal, terutama kapal penumpang, sempat mengundurkan waktu keberangkatan untuk menghindari cuaca buruk.


Pada 18-20 Desember 2010, ketinggian gelombang laut di wilayah perairan Tegal-Semarang- Rembang-Karimun Jawa-Belitung mencapai 4 meter. Bagi kapal layar motor dan kapal dengan ketinggian kurang dari 4 meter, kondisi itu sangat berbahaya. Karena itu, pihak administratur pelabuhan hanya mengeluarkan surat persetujuan berlayar untuk kapal kargo dan tongkang.


Mohammad Rozi dari PT Kecubung Samudra mengatakan, selama cuaca buruk, jadwal keberangkatan kapal mundur. Kemarin, kapal-kapalnya dapat berangkat sesuai dengan jadwal.


Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jateng Evi Luthfiati mengatakan, curah hujan tinggi disertai angin kencang akan terus berlangsung hingga Februari 2011. (KOR/APA/RIZ/JON/UTI)


Sumber: http://cetak.kompas.com/read/2010/12/22/05444373/cuaca.buruk.ancam.perairan

Tidak ada komentar: