BANDARLAMPUNG, KOMPAS.com - Kerusakan hutan mangrove Lampung telah mencapai 90 persen dari total luas hutan bakau di daerah itu.
Menurut Direktur LSM Mitra Bentala, Herza, Senin, kerusakan hutan mangrove itu makin parah karena dieksploitasi berlebihan tanpa memikirkan aspeknya.
"Kerusakan hutan mangrove itu mengakibatkan terjadinya abrasi pantai, intrusi air laut, menurunnya sumber nutrisi biota laut serta berkurangnya potensi perikanan," katanya, Senin (13/12/2010).
Lampung memiliki kekayaan sumber daya pesisir laut yang melimpah berupa gugusan pulau-pulau kecil, berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya, terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun dan potensi wisata yang cukup potensial.
Ia berharap pemerintah, pihak swasta dan berbagai lapisan masyarakat terlibat aktif dalam upaya pemulihan lingkungan.
Caranya, menghentikan kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan pukat harimau dan racun ikan.
"Selain itu, menghentikan alih fungsi hutan mangrove dan pemanfaatan terumbu karang secara belebihan," katanya.
Kerusakan sumber daya alam (SDA) tersebut memberikan dampak besar terhadap pemanasan global.
Sementara itu, aktivis LSM Mitra Bentala, Supriyadi, mengharapkan masyarakat memberikan respons atas kerusakan lingkungan.
Dalam rangka memperingati hari Nusantara, pihaknya membagikan ikan teri yang mengandung arti semakin rusaknya pesisir Lampung maka makin kecil pula ikan yang ditangkap.
"Saat ini respons maysarakat terhadap penyelamatan hutan dan pesisir pantai masih sangat kurang," katanya.
Menurut Direktur LSM Mitra Bentala, Herza, Senin, kerusakan hutan mangrove itu makin parah karena dieksploitasi berlebihan tanpa memikirkan aspeknya.
"Kerusakan hutan mangrove itu mengakibatkan terjadinya abrasi pantai, intrusi air laut, menurunnya sumber nutrisi biota laut serta berkurangnya potensi perikanan," katanya, Senin (13/12/2010).
Lampung memiliki kekayaan sumber daya pesisir laut yang melimpah berupa gugusan pulau-pulau kecil, berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya, terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun dan potensi wisata yang cukup potensial.
Ia berharap pemerintah, pihak swasta dan berbagai lapisan masyarakat terlibat aktif dalam upaya pemulihan lingkungan.
Caranya, menghentikan kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan pukat harimau dan racun ikan.
"Selain itu, menghentikan alih fungsi hutan mangrove dan pemanfaatan terumbu karang secara belebihan," katanya.
Kerusakan sumber daya alam (SDA) tersebut memberikan dampak besar terhadap pemanasan global.
Sementara itu, aktivis LSM Mitra Bentala, Supriyadi, mengharapkan masyarakat memberikan respons atas kerusakan lingkungan.
Dalam rangka memperingati hari Nusantara, pihaknya membagikan ikan teri yang mengandung arti semakin rusaknya pesisir Lampung maka makin kecil pula ikan yang ditangkap.
"Saat ini respons maysarakat terhadap penyelamatan hutan dan pesisir pantai masih sangat kurang," katanya.
http://regional.kompas.com/read/2010/12/13/20335121/90.Persen.Hutan.Mangrove.Rusak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar