BANDA ACEH - Panglima Laot Aceh, T Bustamam menyesalkan tindakan patroli laut Malayasia yang memukul nelayan Aceh atas nam Sepakul Asmar alias Cecep (45). Jika benar nelayan Aceh itu melanggar batas teritorial negara Malaysia, menurutnya, pemukulan itu termasuk tindakan yang salah. “Pemukulan itu baru bisa dilakukan patroli laut Malaysia jika si nelayan sudah diberi peringatan, tapi mereka melawan. Itu pun ada tingkatannya dan tak asal main pukul. Kita akan menyelesaikan masalah itu,” ujar Bustaman kepada Serambi, kemarin.
Bustamam mengakui, sejauh ini pihaknya belum mendapat laporan dari nelayan bersangkutan. Namun, menurutnya, perlu diinvestigasi apa sebenarnya yang terjadi. Dikatakan, pihaknya akan berusaha mencari informasi dari nelayan Aceh dan patroli laut Malaysia. “Bila benar apa yang dikatakan nelayan itu kepada Serambi, kita akan bicarakan masalah itu dengan Pemerintah Aceh untuk mencari solusi. Jadi kita minta nelayan tersebut segera melapor pada kita atau panglima laot setempat,” kata Bustaman. Sementara Sekjen Panglima Laot Aceh, Umar Abdul Aziz, mengatakan, peran Pemerintah Aceh dan aparat penegak hukum selama ini sangat respons dan peduli terhadap nelayan Aceh. Buktinya, sebut Umar, pascatsunami, Panglima Laot Aceh dan Pemerintah Aceh melalui Dinas Kelautan dan Perikanan serta Pemerintah Pusat telah memulangkan 33 nelayan yang terdampar di Luar Negeri seperti di Thailand, India, dan Myanmar.
Karena itu, ia mengimbau nelayan yang mencari hiu agar berhati-hati jangan sampai melalui batas teritorial negara lain. Sebab, lanjut Umar, bila ditangkap maka urusannya jadi rumit karena harus melalui proses panjang. “Apalagi kondisi cuaca seperti saat ini yang tidak menentu, kami harap nelayan lebih waspada dan hati-hati. Karena tanpa disadari bisa saja melewati batas teritorial negara lain,” pesan Umar. Seperti yang diberikan kemarin, nasib apes menimpa sejumlah nelayan Aceh, pertengahan Oktober lalu. Sepakul Asmar alias Cecep (45), warga Desa Pangki, Kecamatan Kaway XVI, Meulaboh, Aceh Barat, dan tiga temannya yang biasa memancing ikan hiu di wilayah perairan Selat Malaka, mengaku ditangkap dan dipukul oleh petugas patroli laut Malaysia.(c47)
http://www.serambinews.com/news/view/42311/panglima-laot-sesalkan-pemukulan-nelayan-aceh
Bustamam mengakui, sejauh ini pihaknya belum mendapat laporan dari nelayan bersangkutan. Namun, menurutnya, perlu diinvestigasi apa sebenarnya yang terjadi. Dikatakan, pihaknya akan berusaha mencari informasi dari nelayan Aceh dan patroli laut Malaysia. “Bila benar apa yang dikatakan nelayan itu kepada Serambi, kita akan bicarakan masalah itu dengan Pemerintah Aceh untuk mencari solusi. Jadi kita minta nelayan tersebut segera melapor pada kita atau panglima laot setempat,” kata Bustaman. Sementara Sekjen Panglima Laot Aceh, Umar Abdul Aziz, mengatakan, peran Pemerintah Aceh dan aparat penegak hukum selama ini sangat respons dan peduli terhadap nelayan Aceh. Buktinya, sebut Umar, pascatsunami, Panglima Laot Aceh dan Pemerintah Aceh melalui Dinas Kelautan dan Perikanan serta Pemerintah Pusat telah memulangkan 33 nelayan yang terdampar di Luar Negeri seperti di Thailand, India, dan Myanmar.
Karena itu, ia mengimbau nelayan yang mencari hiu agar berhati-hati jangan sampai melalui batas teritorial negara lain. Sebab, lanjut Umar, bila ditangkap maka urusannya jadi rumit karena harus melalui proses panjang. “Apalagi kondisi cuaca seperti saat ini yang tidak menentu, kami harap nelayan lebih waspada dan hati-hati. Karena tanpa disadari bisa saja melewati batas teritorial negara lain,” pesan Umar. Seperti yang diberikan kemarin, nasib apes menimpa sejumlah nelayan Aceh, pertengahan Oktober lalu. Sepakul Asmar alias Cecep (45), warga Desa Pangki, Kecamatan Kaway XVI, Meulaboh, Aceh Barat, dan tiga temannya yang biasa memancing ikan hiu di wilayah perairan Selat Malaka, mengaku ditangkap dan dipukul oleh petugas patroli laut Malaysia.(c47)
http://www.serambinews.com/news/view/42311/panglima-laot-sesalkan-pemukulan-nelayan-aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar