25 Agustus, 2010

Tiga Petugas KKP Diperlakukan Buruk


Asriadi Sempat Pingsan di Kapal Malaysia

JAKARTA-Tiga anggota patroli pengawas perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), yakni Asriadi (40), Erwan (37) dan Seivo Grevo Wewengkang (26) mendapat perlakuan yang kurang baik saat ditahan Polisi Diraja Malaysia (PDRM). Hal ini kontras 180 derajat dengan perlakuan yang diterima tujuh nelayan Malaysia selama berada di Markas Ditpolair Polda Kepri, Sekupang, Batam.

Perlakuan kurang baik yang diterima tiga petugas KKP itu diungkapkan langsung oleh Kepala Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Pontianak Bambang Nugroho saat dihubungi, Kamis (19/8). Bambang yang membawahi 10 wilayah KKP, di antaranya Riau, Kepri dan Sumatera Selatan ini, merupakan salah seorang juru runding yang diberangkatkan KKP ke Malaysia untuk membebaskan Asriadi dkk.

Perlakuan buruk yang diterima tiga petugas KKP itu, antara lain soal pemberian makan. Menurut Bambang, Asriadi dkk hanya diberi makan satu kali dalam sehari selama berada di tahanan. "Sedangkan nelayan Malaysia yang ditahan di tempat kita diperlakukan dengan baik. Kita malah tanya ke salah satu mereka yang beragama muslim, mereka mengaku tidak puasa. Karena tidak puasa, mereka tetap kita beri makan tiga kali. Inilah perbedaan tahanan di polisi Malaysia," kata Bambang.

Bambang mengaku saat ketiganya belum dibebaskan sempat menghubungi pihak PDRM di Johor Bahru. Dia mempertanyakan masalah makan tersebut. "Tapi waktu itu polisi Malaysia bilang, seluruh tahanan hanya diberimakan 2 kali saja mengingat bulan puasa. Walau pun tidak seluruh tahanan beragama Islam, tapi semua disamakan saja," kata Bambang.

Tindakan tak menyenangkan lainnya adalah ketiga pegawai KKP itu dikenakan baju tahanan. Tangan mereka juga diminta ke belakang dan diborgol. "Utusan dari Menteri Kelautan dan Perikanan, Happy Simanjutak sempat terkejut melihat keadaan mereka. Kita heran kenapa anggota kita justru diberlakukan seperti itu," ungkap Bambang menceritakan kondisi saat proses negosiasi berlangsung.

"Kita sebenarnya waktu itu bisa saja berdialog dengan anggota KKP agak lama. Namun kami tidak sampai hati, tangan mereka diborgol. Semua tim saat itu terenyuh sekali melihat kondisi mereka. Kita tidak menyangka kalau anggota kita diberlakukan seperti itu," imbuh Bambang.

Bambang juga mengungkapkan Asriadi sempat pingsan saat berada di kapal Police Marine Malaysia. Kejadian itu disebabkan kepala Asriadi terbentur dinding kapal.

Dia menjelaskan, saat dilakukan penangkapan, Asriadi dkk dipindahkan dari kapal nelayan yang ditangkapnya ke kapal Police Marine Malaysia. "Saat itu kemungkinan kepala Asriadi terbentur dinding kapal. Tapi memang media sempat menulis kepalanya dipukul senjata laras panjangnya pihak kepolisian Malaysia. Tapi kemungkinan kepala Asriadi terbentu lantas saat itu juga dia pingsan. Memang di kepalanya sampai sekarang masih ada bekas luka, tapi itu sudah diobati saat berada di tahanan polisi Johor," kata Bambang.

Bambang menegaskan, Asriadi dan kawan-kawan tidak mendapat penganiayaan saat berada di kapal polisi Malaysia. Tapi saat di kapal patroli milik Malaysia itu, mereka memang disekap. Tangan mereka diapit ke belakang dan disuruh tiarap di lantai kapal.

"Kondisi mereka saat itu memang dilumpuhkan pihak kepolisian Malaysia agar tidak bergerak. Tangan diminta ke belakang dan selanjutnya disuruh tiarap. Apakah tangan mereka saat itu diikat apa tidak, kita juga belum tahu pasti. Tapi saat itu satu anggota kita pingsan karena kepalanya terbentur dinding kapal," kata Bambang.

Sementara itu, Direktur Polair Polda Kepri AKBP Yassin Kosasih mengungkapkan, berdasarkan pengakuan Asriadi, luka di kepalanya akibat dipukul dengan senjata laras panjang oleh anggota PDRM. "Dia (Asriadi) sampaikan itu saat sampai di Batam. Waktu di KJRI (Johor Bahru), dia memang mengatakan baik-baik saja. Tapi waktu bertemu keluarganya, dia mengaku dianiaya polisi Malaysia," kata Yassin.

Yassin menambahkan, Asriadi juga mengaku diperlakukan tidak manusiawi. Dalam sehari, dia dan kedua rekannya hanya diberikan jatah makan satu kali.

Di Jakarta, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Dato Syed Munshe Afdzaruddin membantah tiga petugas KKP mendapat perlakuan tidak baik selama ditahan, apalagi dianiaya aparat PDRM. "Tidak mungkin, impossible," kata Afdzaruddin.

Menurutnya, hal tersebut harus ada laporan investigasinya. "Ini harus ada investigation report. Kita melihat bagaimana TV1 meliput," ujar dia.

Tetapi ini berdasar pengakuan anggota KKP? "Jangan tanya saya tetapi tanya sama yang bersangkutan," jawab Afdzaruddin.

Soal belum adanya permintaan maaf dari Malaysia terkait insiden ini, ia menjawab, "Ini bukan soal minta maaf, saya kira soal perbatasan ini perlu kita diskusi."

Afdzaruddin juga mengatakan, pihaknya telah menyerahkan nota keberatan pemerintah Indonesia kepada pemerintah Malaysia atas insiden itu. "Nota itu sudah kita serahkan kepada pemerintah Malaysia, yang penting kita selesaikan dengan baik," ucapnya.

Lebih lanjut dia juga berharap agar persoalan ini cepat selesai, apalagi sekarang ini adalah bulan Ramadhan. "Semoga permasalahan ini selesai dengan singkat. Alhamdulilah ini bulan baik sehingga selesai dengan baik."

Adapun Duta Besar RI untuk Malaysia, Da'i Bachtiar mengatakan jika ketiga petugas KKP terbukti diperlakukan tidak baik, pasti ada langkah yang akan diambil oleh pemerintah pusat. Menurutnya, sebagai perwakilan Indonesia di Malaysia, dia telah menugaskan Konjen RI di Johor Bahru untuk bertemu ketiga petugas KKP itu. Ketika masih berada di Johor Bahru pun, kata Da'i, dirinya telah menghubungi ketiga petugas itu dan menanyakan perlakuan aparat keamanan Malaysia kepada mereka. "Saat itu ketiga petugas mengatakan mereka diperlakukan dengan baik," ujarnya.

Mantan Kapolri ini menyatakan tidak mengetahui jika ada perlakuan tidak baik kepada ketiga petugas tersebut. "Kalau ternyata ada yang ditutupi, cerita yang fair dong. Kita juga tidak akan menerima dan melakukan langkah-langkah kalau benar diperlakukan tidak baik," kata Da'i saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (19/8).

Ditanya langkah apa yang akan diambil KBRI di Malaysia jika terbukti ada perlakuan tidak baik dari petugas keamanan Malaysia, Da'i menegaskan pasti akan ada proses lebih lanjut. Namun seperti apa pelaksanaan atau kebijakan tersebut dia menyerahkan sepenuhnya pemerintah pusat. "Terserah Jakarta akan seperti apa."

Da'i mengatakan, saat insiden antara ketiga petugas KKP dan Police Marine Malaysia di laut saat itu, ketiga petugas mengaku ada suara tembakan. Namun pengakuan dari pihak Police Marine Malaysia tembakan itu hanyalah tembakan cahaya. "Jadi bukan menembak dengan peluru. Tapi pakai tembakan untuk sinar. Bunyinya memang sama duaar tapi yang keluar api. Itu kan malam jadi buat cahaya," ujarnya.

Untuk itu, Da'i meminta kepada semua pihak untuk melihat keseluruhan cerita dari masing-masing versi. Dia pun mengaku persoalan seperti ini akan terus berulang selama persoalan perbatasan maritim antara Indonesia dengan Malaysia belum disepakati.

DPR Akan Panggil Tiga Petugas KKP

Komisi I DPR RI akan segera memanggil tiga petugas KKP tersebut untuk dimintai keterangan soal perlakuan yang mereka alami selama ditahan Malaysia. Komisi I DPR curiga ada tekanan yang membuat ketiga petugas ini memberi keterangan seolah tidak terjadi apa-apa selama ditahan.

"Kami sudah mengagendakan minggu depan untuk memanggil tiga petugas KKP yang bersangkutan. Kami curiga ada sesuatu yang membuat mereka takut memberi kesaksian apa adanya dan terkesan ada cincay," ujar anggota Komisi I DPR Tantowi Yahya dalam Dialektika Demokrasi di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (19/8).

Selain memanggil ketiga petugas KKP itu, Komisi I juga akan memanggil menteri terkait, seperti Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar serta Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad. "Kami meminta komitmen pemerintah dan menteri-menteri terkait agar sesegera mungkin menuntaskan (perundingan-red) tapal batas negara kita dengan negara lain. Masa sudah dua generasi masalah ini tidak tuntas juga," kata politisi Partai Golkar itu.

Dalam diskusi yang juga dihadiri anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Demokrat Ramadhan Pohan, anggota Komisi I dari Fraksi Partai Gerindra Ahmad Muzani serta anggota DPD Ferry Tinggogoy, itu terungkap keprihatinan dan kejengkelan kepada Malaysia. Tantowi dan Ahmad Muzani mengkritik tajam cara pemerintah menyelesaikan kasus itu.

"Bayangkan tujuh pencuri yang kita tangkap, ditukar dengan petugas yang menangkap pencuri itu. Ini menyalahi ketentuan UU, bayangkan kita melepas pencuri di rumah kita sendiri," kata Tantowi.

Hal ini menunjukkan lemahnya sikap Indonesia menghadapi Malaysia, padahal peremehan dan pelecehan terhadap Indoensia sudah beberapa kali dilakukan. "Jika hal ini dibiarkan, Malaysia akan semakin meremehkan Indonesia," kata Tantowi.

Ahmad Muzani menilai Menlu Marty Natalegawa bohong karena menyebut tidak ada barter atau tukang guling dalam pembebasan tiga petugas KKP dan tujuh nelayan Malaysia. Padahal, kata dia, media Malaysia memberitakan ada tukar-menukar tahanan.

"Pernyataan Jakarta tidak sepadan, Menlu Marty Natalegawa mengatakan bahwa tidak ada barter dalam pemulangan tersebut, tapi pers di Malaysia mengatakan ada tukar-menukar tahanan antara Indonesia dan Malaysia, jelas ini ada pembohongan dari Menlu. Ini yang kemudian membuat kita terluka," kata Sekjen Partai Gerindra itu.

Ferry Tinggogoy meminta orang yang bermain di balik barter tersebut untuk dicari dan diberikan hukuman. "Tapi kita tidak tahu siapa orang yang melakukan tukar guling tersebut," kata Ferry. (sm/dtc/ti/kc/ant)

http://sijorimandiri.net/sm/index.php?option=com_content&view=article&id=3014:tiga-petugas-kkp-diperlakukan-buruk&catid=37:nasional&Itemid=59

Tidak ada komentar: