23 Mei, 2010

Hutan Mangrove di Desa Rambat Rusak Parah *

PANGKALPINANG--MI:* Hutan mangrove di Desa Rambat, Kecamatan Bangka
Barat, Bangka Belitung (Babel), rusak parah akibat aktivitas penambangan
bijih timah dan pengerukan tambang di kawasan pesisir pantai desa tersebut.

Koordinator Simpul Eksekutif Daerah Walhi Babel, Yudho H Marhoed, di
Pangkalpinang, Jumat, mengatakan, berdasarkan investigasi tim Walhi Babel,
kondisi hutan mangrove sudah "babak belur" dan rusak parah akibat pengerukan
tambang timah yang dilakukan dua unit alat berat di pesisir pantai Desa
Rambat.

"Sekitar satu hektare hutan mangrove rusak berat akibat beroperasinya dua
unit alat berat yang sedang melakukan pengerukan di tepi pantai. Total ada
sekitar empat hektar hutan mangrove di desa tersebut sudah rusak berat,"
ujarnya.

Ia mengatakan, dua unit alat berat yang diduga milik Bujang Kuyul (warga
asal Desa Pangek) dan Acai (warga asal Desa Pelangas) tersebut melakukan
penggalian dan membuang sisa galian ke sungai yang dikhawatirkan terjadi
pencemaran dan pedangkalan pada alur Sungai Rambat.

Kabupaten Bangka Barat merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Kepulauan
Bangka Belitung yang memiliki potensi wilayah pesisir cukup luas. Menurut
data Kabupaten Bangka Barat 2007, luas daratan Kabupaten Bangka Barat seluas
2.820,61 km2 sedangkan luas wilayah laut terhitung 4 mil dari batas terluar
pantai adalah 1.541,29 km2.

Dari angka tersebut terlihat bahwa luas wilayah laut Kabupaten Bangka Barat
lebih dari setengah luas daratannya, sehingga kawasan pantai dan laut
seharusnya memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian
Kabupaten Bangka Barat.

"Rata-rata hutan mangrove di pesisir Bangka Barat rusak akibat pengerukan
dan pembukaan tambang timah dan aktivitas kapal isap dan tambang timah
apung," ujarnya.

Ia mengatakan, aktifitas pengerukan dan pembuangan limbah akan menyebabkan
perairan sekitar penambang mengalami kekeruhan. Radius kekeruhan tersebut
akan berdampak luas ke kawasan lainnya jika arus laut semakin kuat.

Meskipun pengerukan tidak dilakukan di sekitar daerah terumbu karang, namun
sendimen yang terbawa arus bisa mencapai daerah terumbu karang yang bersifat
fotosintetik dan sangat rentan terhadap kekeruhan.

"Berdasarkan pengalaman yang ada, akibat penambangan yang tidak terkendali
tersebut kekayaan sumber daya laut di Bangka Barat terancam punah dan
berdampak langsung terhadap perekonomian masyarakat yang rata-rata
berprofesi nelayan," ujarnya.

2 komentar:

KeSEMaT mengatakan...

Salam kenal. Salam MANGROVER! Apabila berminat, untuk mengetahui teknik rehabilitasi mangrove yang baik, silahkan menuju ke Jaringan KeSEMaTONLINE www.kesemat.undip.ac.id. Semangat MANGROVER!

papoyz mengatakan...

keren