26 April, 2010

PRANATA MANGSA

SEBAGAI ALTERATIF PEDOMAN UNTUK PENANGKAPAN IKAN DI SAMODERA HINDIA SELATAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh :  Suwarman Partosuwiryo
NIM. 08/278850/SPN/00373

INTISARI

Pranata mangsa merupakan perkiraan pola musim, iklim dan fenomena alam yang dikembangkan oleh nenek moyang berdasarkan kejadian-kejadian alam seperti musim penghujan, kemarau, musim tanaman berbunga, dan letak bintang di jagat raya, serta pengaruh bulan purnama terhadap pasang-surut air laut. Pranata mangsa dibutuhkan pada penentuan atau patokan bila akan mengerjakan sesuatu pekerjaan misalnya bercocok tanam, melaut bagi nelayan, merantau, pedoman berperang dan mencegah biaya produksi tinggi. Di bidang perikanan, para nelayan juga memanfaatkan pranata mangsa untuk pedoman melaut, mendeteksi musim ikan dan lokasi ikan berada. Para nelayan melaut sambil membaca alam dengan melihat letak bintang yang dijadikan patokan untuk menemani mereka saat melaut. Nelayan mengetahui pada bulan-bulan tertentu yang baik untuk pergi melaut dan akan mendapatkan ikan banyak. 

Sebagian besar nelayan Indonesia adalah nelayan tradisional atau nelayan kecil, dengan tingkat pendidikan yang relatif masih rendah. Akses mereka terhadap perkembangan iptek masih relatif terbatas, baik karena kemampuan mereka atau sarana dan prasarana yang ada. Untuk itu perlu aktualisasi pengenalan waktu tradisional dengan menggunakan perhitungan pranata mangsa sebagai salah satu kearifan lokal yang telah ada sejak zaman nenek moyang, dan terbukti dapat digunakan sebagai pedoman oleh masyarakat dalam berusaha maupun beraktivitas.

Pengenalan waktu dibedakan menjadi pengenalan waktu modern dan tradisional. Pengenalan waktu modern adalah pengenalan waktu yang menggunakan ukuran yang homogen dalam ukuran wilayah yang luas. Sesuai dengan dasar yang digunakan untuk menyusun kalender dikenal dengan kalender yang mendasarkan matahari (surya) dan yang mendasarkan bulan (candra). Pengertian tradisional dapat diartikan sebagai penyampaian unsur-unsur budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya, terutama disampaikan secara lisan.  



Tidak ada komentar: